Terima kasih kalian mau datang ke sini. Tapi kalau sekarang aku di suruh pilih, lebih baik kalian gak usah datang ke sini, jika kalian datang cuma mau ambil salah satu orang yang aku sayang dan sayang sama aku.
- Meisya Keyrila Cheryl
---><---
Meisya dapat melihat dengan jelas seluruh keluarga besarnya tengah berkumpul di ruang tamu. Ada nenek dan kakeknya, om dan tantenya, serta sepupunya yang masih kecil.
Mereka tertawa seolah di antara mereka tidak ada yang tersakiti saat ini. Sepertinya mereka memang tidak pernah menganggap Meisya ada.
Meisya berusaha tersenyum lalu tertawa saat mendengar lelucon yang dilontarkan dua abangnya secara bergantian.
Daritadi Meisya memperhatikan keluarganya dari lantai dua, tepat di depan kamarnya. Ingin menghampiri lalu menyapa mereka, tapi Meisya berpikir kembali. Jika ia mendekat, maka hanya akan menghancurkan kebahagiaan mereka saja.
"Bang Gelly, kakak Meisya mana?" tanya Bella, sepupu Meisya.
Semuanya sontak terdiam saat mendengar pertanyaan Bella. Semuanya seketika memasang wajah malas, kecuali Antartica, Vino, dan Gerry.
"Kakak Meisya lagi--"
"Bella sayang, kakak Meisya nya lagi ... main. Iya, main! Lain kali jangan tanyakan ke mana kakak Meisya lagi, oke?" Lita, mama dari Bella yang menjawab dengan memotong ucapan Gerry.
Bella mengangguk dengan wajah yang tertekuk. "Setiap Bella main ke sini pasti selalu gak ada kakak Meisya. Kakak Meisya nyebelin! Pokoknya Bella malah sama kakak Meisya!"
Bukannya kesal dengan ucapan Bella, Meisya justru tertawa melihat Bella yang sekarang terlihat sangat menggemaskan.
Meisya ikut senang saat melihat keluarganya senang. Meisya ikut bahagia saat keluarganya bahagia. Meisya ikut sedih saat keluarganya sedang sedih. Tapi mengapa saat Meisya sedang bahagia, keluarganya malah menghancurkan kebahagiannya? Mengapa saat Meisya sedih mereka tertawa? Apa di saat dirinya sedang sedih lalu melihat keluarganya tertawa, Meisya juga harus tertawa?
---><---
Meisya duduk di meja makan untuk makan malam bersama. Menatap satu persatu orang-orang yang ada di sana. Kakek, nenek, om, tante, dan Bella masih ada di sana.
Tepat di samping kanannya adalah Bella. Sepertinya Bella masih kesal pada Meisya. Buktinya saat Meisya menatap Bella, Bella malah memalingkan wajahnya. Dulu saat Bella sering main ke rumahnya, Bella itu sangat akrab dengan Meisya.
"Bella kenapa?" tanya Meisya pura-pura tidak mengetahui apapun.
Bella melirik Meisya sekilas lalu kembali fokus pada makanan di depannya. "Bella sebel sama kakak Meisya! Kenapa sih kakak Meisya hindalin kita? Kakak Meisya jahat!"
Meisya menunduk. Anak kecil berusia lima tahun seperti Bella saja membencinya. Anak kecil itu 'kan belum mengerti apa-apa. Tapi tidak dengan Bella, Bella sudah tahu bagaimana caranya membenci orang lain.
"Kakak bukannya mau ngehindar dari kamu dan yang lainnya, Bel. Kakak cuma gak mau merusak momen kebahagiaan kalian aja," batin Meisya tersenyum dan melanjutkan makan malamnya.
---><---
Meisya turun dari mobil setelah menyalimi tangan sang papa. Lalu setelahnya Gerry juga ikut turun. Setelah mobil yang dikendarai Regan kembali melaju, keduanya memasuki gerbang seperti yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA [TERBIT]
Teen Fiction"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa, kaki Meisya perih ...." "Tangan Mei juga perih, Pa." "Meisya gak akan bolos lagi, Pa. Meisya janji."...