Jika kalian menyuruh salah satu orang yang kusayangi pergi, maka jangan pernah lakukan itu. Biarkan aku saja yang pergi ... Dari dunia yang kejam ini.
- Meisya Keyrila Cheryl
---><---
Meisya sendiri bingung dengan mamanya yang tiba-tiba saja menyuruh kakaknya untuk masuk lagi ke dalam rumah. Meisya juga penasaran dengan apa yang Gerry bisikan di telinga mamanya.
Alina menyuruh Antartica masuk kembali ke dalam rumah bukan berarti ia membatalkan rencananya itu, 'kan?
Meisya tidak ikut masuk ke rumahnya. Ia berlari lagi menuju danau. Menenangkan perasaannya dan memikirkan cara untuk membujuk orangtuanya agar membatalkan semuanya.
Di dekat danau, Meisya duduk di bawah pohon yang rindang. Sesekali ia melemparkan batu-batuan kecil ke danau.
"Apa yang harus Meisya lakuin sekarang?" tanya Meisya pada dirinya sendiri.
Seorang perempuan datang menghampiri Meisya. Menggunakan baju berlengan panjang berwarna hijau tosca, rok panjang berwarna hitam, dan kerudung hitam. Giginya yang gingsul menambah kesan manis pada orang itu.
Wanita itu menghampiri Meisya dan ikut duduk bersila di samping Meisya.
Meisya yang menyadari keberadaan wanita di sampingnya pun menoleh. Wajahnya tidak asing lagi di mata Meisya.
"Kamu yang kemarin di gramedia, 'kan?" tanya wanita itu memastikan.
"Ehh?"
Wanita itu terkekeh melihat Meisya terkejut dan kebingungan. Kemudian tersenyum menunjukkan dua lesung pipinya.
"Kenalin, nama kakak Salma. Salma El- Shidqia," ucap Salma memperkenalkan dirinya.
"Aku Meisya." Meisya ikut memperkenalkan diri.
Meisya kembali memperhatikan air danau yang terlihat tenang.
"Kamu habis nangis?" tanya Salma.
"Nggak," jawab Meisya.
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa kamu bohong?"
"Meisya gak mau bagi-bagi kesedihan. Meisya cuma mau bagi-bagi kebahagiaan aja."
Salma berdiri dan berjalan lagi untuk lebih dekat ke tepi danau. Memutar tubuhnya untuk melihat ke sekeliling.
"Apa sekarang kamu lagi kesepian?" tanya Salma lagi.
Meisya mengernyit, "Kesepian kenapa?"
Salma kembali duduk. Tapi tidak di samping Meisya, melainkan di depan Meisya. Menarik kedua tangan Meisya untuk digenggamnya.
"Kakak gak tau, 'kan kamu yang merasakan. Emm ... Atau mungkin kesepian karena ditinggal oleh pacar?" pikir Salma.
Meisya menggelengkan kepalanya saja. Mana ada pacar, Meisya saja dilarang pacaran oleh kedua abang resenya itu.
"Meisya gak boleh pacaran sama abang," kata Meisya. "Katanya mereka takut Meisya bakalan sakit hati."
Salma tersenyum lega. "Berarti kamu menaati agama untuk menghindari zina," ucap Salma bangga.
Di masyarakat pacaran adalah hal yang lumrah, proses mengenal lawan jenis atau diibaratkan sebagai rasa cinta kasih yang diwujudkan dalam hubungan. Namun, Islam tidak pernah mengajarkan tentang pacaran, karena dalam kenyataannya dua insan yang berlainan jenis tidak bisa terhindar dari berdua-duaan, terjadi pandang memandang dan terjadi sentuh menyentuh. Perbuatan ini sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syari’at Islam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA [TERBIT]
Teen Fiction"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa, kaki Meisya perih ...." "Tangan Mei juga perih, Pa." "Meisya gak akan bolos lagi, Pa. Meisya janji."...