21. Taman

2.3K 187 2
                                    

Dia bukan yang terbaik. Mengapa kamu lebih membelanya? Apa pendapatku ini adalah sebuah kesalahan?

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Meisya masih tak percaya dengan apa yang didengarnya. Terlalu mengejutkan. Meisya kira pacar dari kakak laki-lakinya itu baik.

Hijab tak menjamin akhlak seseorang. Kelembutan dalam diri seseorang bisa menutupi hatinya yang busuk. Mulutnya yang berkata dengan lemah lembut mampu menghipnotis siapapun.

Sekarang Meisya percaya dengan kata-kata itu. Dulu dirinya ada antara percaya dan tidak. Karena setahunya, orang-orang yang mengenakan hijab itu adalah orang yang shalihah.

Ya, Naya juga baik karena mau menutup auratnya di depan yang bukan muhrimnya. Tapi perlakuannya bertolakbelakang.

Tidak mau Naya curiga karena ia telah mendengar obrolan wanita itu di telfon, Meisya buru-buru masuk ke kamarnya. Menguncinya dan segera tidur.

---><---

Hari ini tanggal merah. Waktunya untuk bangun siang seperti hari Minggu, dan waktunya untuk bermalas-malasan. Meisya juga ingin seperti ini. Tapi semalam Naya mengetuk pintu kamar dan mengajaknya pergi ke taman. Dan dengan keterpaksaan, Meisya menyetujuinya.

Meisya menghampiri Naya yang sedang ada di kamar tamu, Naya memang tidur di kamar itu. Tadi pagi dia sudah bangun, tapi entah apa yang sedang dia lakukan di kamar.

"Jadi ke taman, Kak?" tanya Meisya.

Naya mengangguk. Mengambil tas selempangnya dan berjalan ke luar rumah bersama Meisya.

Sampai di taman, suasananya sangat ramai. Jangan lupakan kalau sekarang semuanya libur. Jadi otomatis kebanyakan orang akan pergi ke sini.

Sampai di taman, mereka bingung sendiri hendak melakukan apa. Karena kebanyakan di sini itu orangtua dan juga anaknya yang masih kecil sedang bermain.

Saat melihat kursi taman yang tidak diduduki siapapun, Naya mengajak Meisya untuk duduk di sana.

"Semalam kamu kenapa gak jadi makan kuenya?" tanya Naya menghilangkan keheningan yang terjadi.

"Hah? Ohh, yang semalam? Gak apa-apa kok, Kak. Kesal aja sama Bang Vino dan Bang Gerry," jawab Meisya.

Naya sedikit merubau posisinya sehingga sekarang ia bisa sedikit menghadap Meisya.

"Mereka 'kan pergi juga karena ada tugas. Apalagi Gerry, dia 'kan udah kelas duabelas. Iya gak sih? Vino pernah cerita sama kakak gitu," kata Naya.

Entah kenapa, sekarang Meisya merasa gugup di dekat Naya.

"Kak Naya satu jurusan sama Bang Vino?" Meisya mengalihkan pembicaraannya.

Naya menggeleng. "Nggak. Vino satu jurusannya sama sahabatnya kakak. Kenapa?"

"Gak apa-apa kok. Cuma penasaran awal mula kalian dekat dan sampai sekarang juga 'kan mau tunangan. Gak nyangka Bang Vino cepat banget ketemu jodohnya," kekeh Meisya.

Naya ikut terkekeh. Benar juga apa kata Meisya. Dulu saat Naya baru mengenal Vino, laki-laki itu sangat dingin dan tak tersentuh.

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang