Maaf karena aku telah merahasiakannya. Dan terimakasih karena selalu ada.
- Meisya Keyrila Cheryl
---><---
Jangan pernah nyerah, ya ...
Aku tau kamu lelah dengan semuanya, tapi nyerah bukan jalan penyelesaian.Jika kamu memang sudah benar-benar lelah dengan semua itu, pergilah dari rumah itu. Maaf bila ini melenceng. Tapi aku juga tidak mau melihatmu terus-menerus tersakiti.
Membencimu adalah hak mereka. Tapi kamu jangan balas untuk membenci mereka agar kamu tidak terlihat semakin buruk di mata mereka.
Kenapa? Karena sebaik apapun kamu, mereka yang membencimu akan tetap menganggapmu buruk. Tapi seburuk apapun kamu, kamu akan tetap terlihat baik di mata mereka yang menyukaimu.
Tertanda
RAN
( Penyemangatmu )Meisya menggulungkan kembali kertas yang ia temukan di pot bunga yang ada di balkon kamarnya.
Satu senyuman terbit dari bibir Meisya. Entah senyuman untuk menguatkan dirinya, atau malah senyuman hanya untuk berpura-pura kuat.
Menatap langit malam yang mendung. Ingin kembali menangis, tapi Meisya sedang belajar untuk kuat. Karena ya memang Meisya itu lemah dan tidak sekuat yang orang-orang kira.
"Meisya janji akan selalu kuat, Oma, Opa. Ini bukan janji buat kalian aja, tapi janji untuk diri Mei sendiri juga. Gak apa-apa Mei gak bisa liat bintang yang paling terang seperti biasanya yang sebagai wujud kalian berdua. Tapi Mei yakin, kalian di sana lagi liatin Mei," ujar Meisya yakin.
Jika ditanya, apa Meisya hari ini adalah sosok gadis yang kuat? Jawabannya pasti tidak. Meisya hari ini terlihat sangat lemah di hadapan semua orang.
Tekadnya untuk tetap terlihat kuat di hadapan orang-orang hari ini gagal.
Meisya yang terlihat kuat kini lemah. Semua orang membencinya, bahkan sahabatnya.
Masuk ke dalam dan menutup serta mengunci pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Rasanya semakin sakit saat ia berada di rumah.
---><---
Berjalan santai di koridor sekolah. Tidak peduli dengan cibiran yang masih belum usai tertuju padanya. Memasang headset ke kedua telinganya agar tidak mendengar cibiran menyakitkan itu.
Tepat di depan kelasnya, ia melihat Rangga yang sudah berdiri di pintu kelasnya. Meisya tidak yakin Rangga menunggunya, tapi saat ia menerobos masuk ke dalam, Rangga mencekalnya.
"Ikut gue," ucap Rangga datar.
"Hah?" Meisya tidak mendengarnya dengan baik karena di telinganya masih terpasang headset.
Rangga melepas paksa headset di telinga Meisya. Mengulangi perkataannya tadi dan mendapatkan anggukan dari Meisya.
Rangga membawa Meisya ke parkiran sekolah. Sekarang masih pagi, siswa-siswa lainnya belum berangkat. Bahkan jika dilihat, hanya ada beberapa kendaraan saja yang terparkir di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA [TERBIT]
Teen Fiction"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa, kaki Meisya perih ...." "Tangan Mei juga perih, Pa." "Meisya gak akan bolos lagi, Pa. Meisya janji."...