Disudut pedesaan yang terasingkan, nampak terlihat bangunan kokoh dengan sedikit luka retakan di dinding, dan di sekitarnya terlihat luas nan indah hamparan permadani hijau.
Hidup dua orang bersaudara berumuran remaja yang tinggal didalamnya, yang terus berusaha serta saling mengerti untuk tetap bersama. Semenjak sudah ditinggal kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal.
Mereka mencoba bertahan hidup dengan keadaan yang sedikit memaksanya untuk merasakan kehidupan yang sangat terasa lara.
Kehidupan yang semakin hari semakin keras, karena ulah dunia yang tidak pernah konsisten dengan apa yang diharapkan.Dua bersaudara Kaka beradik yang bernama Dimas dan Rendi.
Dimas seorang remaja yang berumuran 24 tahun, sedangkan Rendi Adiknya, remaja yang berumuran 18 tahun.
Mereka berdua mengadukan nasib dan takdirnya bersama, setelah ditinggalkan Ibu dan Ayahnya meninggal beberapa tahun silam.Di sore hari yang cerah yang terhiasi pancaran cahaya sinar matahari yang akan segera berpamitan, Dimas yang selalu duduk dan termenung di depan teras rumah, melihat dan merasakan lukisan indah dari Tuhan, ditemani Adiknya Rendi. Secangkir teh hangat yang melengkapi obrolan mereka yang terkadang terdengar senada terkadang juga terdengar berbeda.
"Ren, jika saja Ibu dan Ayah masih ada. Mungkin kita berdua tidak akan merasa hampa"
"hmmm iyaaa Ka, aku juga terkadang merasa ada sesuatu yang sangat berharga yang telah hilang," jawab Rendi.
"Yaaa, begitulah, tetapi kita sebagai anak laki-laki harus kuat dan tegar menghadapi kerasnya dunia ini, terutama didalam bertahan hidup serta cita-cita kita yang ingin kita raih, terlebih nasehat-nasehat Ibu dan Ayah yang selalu terngiang menghiasi isi kepala," jawab Dimas.
"Iya, betul Ka, kita harus tetap berusaha dan berjuang untuk itu," jawab Rendi.Tak terasa sinar mentari telah mulai merasa kehilangan keseimbangannya untuk memberi pancaran kepada dunia, telah terdengar kumandang suara adzan Maghrib dari sebelah barat, teh yang tadinya hangat dan penuh kini telah dingin dan hanya tinggal 50 tetes jika dihitung secara detail.
Rendi melangkahkan kakinya untuk segera bersiap siap melaksanakan sembahyang, disusul dengan Dimas Kakanya yang juga segera beranjak dan melangkahkan kakinya, dengan sedikit pemikiran yang mengganggu disetiap langkahnya yang terlihat dari raut mukanya.
Waktu berlalu dan merekapun melaksanakan sembahyang berjamaah, selesai sembahyang seperti biasa mereka berdua tidak pernah lupa akan membaca ayat suci Alquran yang menjadi pedoman didalam hidupannya, dan yang menjadi salah satu kebiasaan seperti bagaimana dahulu Ibunya yang selalu mengajari dan membimbingnya.
Tidak terasa, malam tampak semakin larut, disertai dengan lamunan Dimas, teduduk mematung diatas kasur, wajah yang memberikan sedikit kerutan di kening, seakan akan sedang bertarung dengan suatu lamunannya.
Memandang kesebelahnya terlihat Rendi yang sudah asyik dengan tidur dan mimpinya, dibarengi dengan suara gemuruh dari tenggorokannya.Dimas yang masih terduduk serta setia akan lamunannya, raut wajah yang masih menandakan kegelisahan.
Terpikir didalam lamunannya tentang bagaimana Dimas dan Rendi untuk mampu bertahan hidup, serta berpikir tentang cita-cita dan masa depan yang ingin Dimas raih bersama Adiknya, melihat disekekiling rumah yang mulai menandakan kekosongan, karena sejauh ini Dimas dan Rendi hanya berlindung dari sebuah warisan kedua orang tuanya untuk bertahan hidup, yang kini semakin hari semakin menipis.Malam semakin tampak larut, Seketika itu Dimaspun terhenti didalam lamunannya, serta langsung berbaring karena rasa kantuk yang sudah mulai terasa, sehingga Dimaspun menyusul Adiknya Rendi untuk menjelajah perjalanan di dunia mimpinya, dengan sedikit harapan hari esok akan membaik, dan mampu berpikir untuk lebih jernih didalam menjalani kehidupan bersama Adik tercintanya Rendi.
Waktu telah berlalu sangat jauh, Udara sejukpun mulai terasa serta diiringi rintikan embun yang mendampinginya, matahari yang mulai tampak memberikan sapaan hangat didalam suasana dingin ini. Haripun mulai terlihat nampak cerah, seperti biasa Dimas dan Rendi memulai aktivitas kembali dengan ditemani secangkir teh hangat yang selalu mereka teguk dipagi hari bersama Ayah, Ibu, dulu ketika masih ada didalam dekapannya.
Dimas yang segera masak untuk sarapan dipagi hari, masih terlihat murung diwajah karena bayangan lamunan semalam yang masih menghantuinya serta membayanginya, dibalik itu Rendi yang selalu asyik dengan berolahraga dipagi hari, dan tidak pernah terbebani dengan apa yang Kakanya pikirkan, entah mungkin karena Rendi masih belum berpikir itu karena ketidak tahuannya, atau mungkin sebuah karakter Rendi yang tidak pernah cemas akan sesuatu yang seserius ini.
Sarapan pagipun telah siap dihidangkan untuk disantap.
"Ren, sini kita sarapan dulu, jangan asyik berolahraga terus," seru Dimas, dengan wajah yang menandakan lapar bercampur cape.
"Baik Ka, kalau soal makan, Rendi selalu prioritaskan," jawab Rendi dengan penuh semangat.Mereka berduapun menyantap sarapan pagi, ditengah sedang sarapan, terlihat dari sudut raut wajah Dimas yang masih terinfeksi dari sebuah pikiran yang mampu memberikan efek yang tergambar dari raut mukanya. Rendi melihat dan memperhatikannya serta bingung melihat Kakanya yang akhir-akhir ini kurang bergairah, padahal Dimas sendiri adalah seseorang yang tangguh dan selalu ceria.
Setelah sarapanpun habis, seperti biasa agenda serta peraturan yang di tetapkan didalam rumah, jika sang Kaka memasak begitu pula sang Adik yang membereskan barang serta apapun yang terlibat didalam masakan.
Rendipun melakukannya, membereskan serta mencuci piring dan barang perabotan lainnya.Ketika hendak sedang mencuci piring terbesit didalam pikiran Rendi.
"Ada apa dengan ka Dimas yaaa." Tanpa dipikirkan lebih panjang, Rendipun segera membereskan tugasnya itu. Sesudah selesai dari tugasnya, Rendi pergi beranjak melangkahkan kakinya kekamar, sesampainya dikamar, terlihat Dimas yang termenung didalam lamunan dengan raut muka yang masih menandakan hal yang sama, terduduk mematung diatas kasur."Ka, Ka, Ka Dimas!"
"Iya," jawab Dimas dengan wajah kaget.
"Ada apa Ren?"
"hmmm, Ka, Kaka kenapa dan ada masalah apa," tanya Rendi dengan rasa keheranan.
"Haah... masalah?"
"Iyaaa itu Rendi perhatikan Kaka dari tadi melamun terus kaya ada masalah yang sangat serius," kata Rendi
"Iyaa Ren, Kaka bingung dengan hal bagaimana Kita untuk bisa tetap bersama dan bertahan hidup, sedangkan kita disini dirumah ini tinggal hanya berdua, tanpa sosok seorang Ibu dan Ayah, terus tidak ada pula saudara serta tetangga yang dekat. Kaka bingung"
"Ya bingung kenapa Ka, cerita saja sama Rendi"
"Iyaaa, kita bisa makan bisa itu dan ini untuk bertahan hidup dirumah ini, karena hanya berlindung didalam sebuah warisan dari Ibu dan Ayah, sedangkan hari demi hari semua itu sudah menipis, persediaan makanan kita sudah hampir mau habis dan persediaan yang lainnya juga Ren, Kaka berpikir, jika Kaka pergi untuk mencari penghasilan keluar Desa, atau meninggalkan Desa ini. Kaka bingung dengan keadaan yang sekarang karena disisi lain Kaka pun tidak bisa meninggalkan kamu seorang diri, tetapi tidak bisa pula mengajakmu untuk membanting tulang mencari penghasilan, karena jika itu terjadi atau dilakukan, Kaka merasa, Kaka adalah salah satu seorang Kaka yang gagal menjaga Adiknya"
"Hmmm, begitu ya Ka, tapi bagi Rendi sih itu tidak masalah, jikalau Rendi harus ikut dengan Kaka mencari penghasilan, apapun itu Rendi siap. Karena Kaka tau sendiri kan, sekarang Rendi sudah beranjak menjadi seorang remaja dan mulai dewasa, mungkin Rendi bisa membantu dan ikut berjuang bersama Kaka"
"iyaaa sih Ren, tapi kan kamu punya mimpi yang ingin kamu raih juga, yang mungkin jika kamu ikut bersama Kaka, mimpimu bisa tak terwujudkan."
"Aaahh Kaka, tenang saja itu bisa diatur, lagian hidup dan ikut berjuang bersama Kaka, itu juga adalah mimpi Rendi Ka hehehe."
**********
![](https://img.wattpad.com/cover/254985925-288-k628383.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu
General FictionUntuk Hanifah. Tercipta sebuah ukiran Yang bersumber dari Tuhan Lekukan serta arsiran Tampak dari sebuah pancaran Yang memberikan keindahan Pesonanya........ Beragam memberikan penghayatan Kepada siapapun yang memandangnya Membawa kerelung ima...