-23-

15 4 0
                                    

- Mungkin,jika aku bersikap sepertimu,kamu akan membenciku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Mungkin,jika aku bersikap sepertimu,kamu akan membenciku.-

•••

"Gue juga mimpi Tolle," ucap Oji yang membuat Jeje heran.

"Lo Sharf?," tanya Jeje pada Ashraf terus-terusan diam.

"Ya. Gue juga mimpi Tolle balik," final.

"Eh itu Sharf,hp lo geter," ucap Jeje menunjuk ponsel Ashraf yang tergeletak diatas nakas.

"Diego," ucap Ashraf sebelum pada akhirnya menerima panggilan tersebut.

"Assalamualaikum bang. Gue yakin jam segini lo pasti udah bangun,jam 2 gue sama Galih mau ke mess Tolle. Lo ngikut kaga?," ucap Diego dari sebrang sana yang dapat didengar bukan oleh Ashraf saja,namun juga dengan Jeje dan Oji.

"Wa'alaikumussalam.Gue ga yakin,Ini terlalu pagi buat ijin," ucap Ashraf lirih.

"Banyak omong setan!. Jam setengah 2 gue jemput lo pada!"

"Ga se---"

tut..

"Anak kurang ajar," cibir Oji jengah.

"Gimana caranya ijin pagi-pagi buta gini?ga mungkin kan kita bohong?," tanya Jeje yang hanya mendapatkan gelengan dari Ashraf dan Oji.

"Sepandai-pandai bocah itu ajalah," ucap Oji dengan bangkit dari duduknya.

Ashraf berdiri menatap halaman luar asrama tepat ia tinggal saat ini. Bersama ratusan polisi yang lain tentunya. Pukul 01.48 WIB,sudah lewat dari waktu yang Diego bicarakan tadi.

"Percaya aja lo sama bocah," ucap Oji dengan menyerderkan badannya pada kepala ranjang.

"Eh,Komandan Sean telpon gue gila!" ucap Jeje dengan memperlihatkan layar ponselnya.

"Bego!cepetan angkat!" maki Oji tak sabar.

"Ekhem,assalamualaikum Komandan," basi Jeje.

"Wa'alaikumussalam. Jho,aku cepet ke kantor sekarang dengan Ashraf dan satu rekanmu yang sudah bangun. Diego sudah menunggu dikantor,"

"Baik Komandan,segera," ucap Jeje dengan mematikan sambungan telepon itu.

"Ada apa?lo korupsi ya?" selidik Oji penasaran.

"Kurang ajar!lempeng banget kalo ngomong!" cibirnya kesal.

"Terus?," tanya Ashraf menatap Jeje intens.

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang