-30-

14 3 1
                                    

—Yang mengalah belum tentu kalah, dan yang bertahan bukan berarti menang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Yang mengalah belum tentu kalah, dan yang bertahan bukan berarti menang.

•••

"Ada apa?," tanya Diego menatap Alaska malas.

"Kapan kalian cari Ara?," tanyanya dengan menatap keempat remaja dihadapannya itu.

"Pulang sekolah," ujar Radja spontan.

"Saya ikut,"

"Lah, lo siapa bujank?," tanya Al menatap Alaska malas.

"Kalo lo lupa, gue ke Indonesia juga buat ketemu Ara kali!" semprot Alaska yang nampak mulai jengah.

"B'risik, udah ntar tinggal berangkat aja," cerca Gerry yang diangguki semuanya.

"Balik sono, ngerusuhin ruangan gue aja!" ucap Alaska dengan membulatkan matanya ketika melihat Al mencolekkan upil nya pada sofa tamu itu.

"Al, jangan berulah deh! Jijik tau ga sih?!" geram Alaska yang membuat Al dan Gerry terkekeh.

"Bule kalo kesel lucu ya," celetuk Gerry yang nampak menahan tawanya itu.

"Gue balik," ucap Radja yang pergerakannya langsung diikuti oleh Diego.

"Balik gih, gue masih mau ngadem," ujar Gerry yang diangguki oleh Al juga.

"Smawiga ga semiskin itu,"

"AC kelas mati Pak," rengek Al yang hanya mendapatkan hembusan napas gusar dari Alaska.

Berbeda dengan Al dan Gerry yang sedang asik-asiknya bersantai di ruangan sang guru. Divva dan Tolle dibuat pusing dengan belajar matematika dihadapannya. Bisa-bisa nya, gurunya memberikan tugas 15 halaman dan esok hari harus dikumpulkan ketika bimbingan pagi?!.

"Nanti sore, gue sama yang lain mau cari Rachel. Gue harap, nanti nemuin titik terang," ujar Tolle disela-sela kegiatan menulisnya.

"Gue ikut," ujar Divva spontan.

KRING!!!!!!!

Suara nyaring bel pulang sekolah membuat semua murid memasang wajah berserinya kembali. Dengan semangat 45 Tolle merapikan segala alat tulis yang tergeletak diatas mejanya. Tak mau kalah, Divva langsung melemparkan semua alat sekolahnya kedalam tas ransel hijau pastelnya.

"Ayo ke kelas Diego!" ajak Tolle dengan menarik lengan Divva kasar.

'Semoga jantung gue baik-baik aja' batin Divva mengangguk lesu.

"Sulaiman!!!!!" teriak Tolle ketika melihat Diego dan kawan-kawan keluar dari kelasnya.

"Suciiii!!!!" pekik Al dan Gerry tak kalah antusias.

Divva, Radja, dan Diego hanya mampu menatap iba ketiga orang sahabatnya itu. Sayang sekali, kini otak Tolle sudah tidak lagi lengkap ketika sudah mengenal sosok Al dan Gerry.

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang