-33-

2 0 0
                                    

“Jarak boleh memisahkan kita, tapi tolong jangan paksa aku untuk melupakanmu.”

•••

Malam ini, suasana kamar Rachel begitu ramai. Semua senang menyambut kepulangan Rachel. Tak henti-hentinya Divva berceloteh ria serta Al dan Gerry yang terus saja bertengkar karena hal-hal kecil. Bahagia, rasa itu begitu menenangkan dihari Diego.

“Kamu hebat, terimakasih sudah pulang,” bisik Diego tepat di telinga Rachel.

“Terimakasih sudah menungguku bang,” ujar Rachel dengan seulas senyum yang menenangkan.

Diego duduk disebelah Rachel, ia merangkul Rachel dengan posesif. Ia tak ingin kehilangan adik kecilnya lagi. Ia bisa benar-benar depresi jika hal itu akan benar terjadi.

“Kenapa ikan di laut ga abis-abis?” celetuk Gerry dengan suara toa-nya yang menggema seisi kamar.

“Karena ikan hidup di laut lah,” jawab Divva sinis.

“Salah,”

“Terus?” tanya Al penasaran.

“Karena...”

“Saya tau,” ujar Popo memotong cepat ucapan Gerry.

“Nah, apaan tuh Pak?”

“Panggil gue Abang!” ujar Popo menonyor keras kepala Al.

“Karena di laut ga ada kucing, iyakan?” tebak Popo dengan mudahnya.

“Terus kalo ada kucing, ikan di laut bakal abis bang?”

“Ya enggak lah! Kan kucing kaga bisa berenang, hahaha,”

Oke garing. Seketika Popo menghentikan tawanya itu.

“Tidur, udah malem,” ujar Diego yang kini mulai bersuara.

Yap, malam ini semua memutuskan untuk menginap di kamar Rachel. Untuk menemani Rachel, dan untuk beristirahat tentunya. Untuk malam ini, Steve tidur dengan Elisha. Karena jelas mereka semua tak paham mengenai bayi.

•••

“Masuklah,” ujar Elisha dengan membukakan pintu utama mansion Henzel untuk menyambut kepulangan suaminya.

“Ada apa?” selidik Jeiro yang melihat raut wajah Elisha yang nampak tak bersahabat.

“Aku akan menceritakannya di dalam,”

Tepat dikamar Jeiro dan Elisha. Sepasang suami istri itu hanya saling mendiamkan. Jeiro tak mau mengusik kesedihan Elisha. Ia tetap menunggu Elisha mengeluarkan suara dan menceritakan semuanya.

“Henzel sudah kembali Mas,”

“Oh ya! Dimana putriku sekarang? Mengapa kau tak mengabariku?!” pekik Jeiro dengan memasang wajah sumringahnya.

“Tapi ia melupakan kita. Bahkan ia melupakan beberapa temannya,”

“Ba-bagaimana bisa?”

“Kita tak pernah ada untuknya, ketika ia hilang pun kita tak memandang wajahnya. Bahkan ketika kita pergi, kita tak pernah melihat ekspresi kesedihannya. Kata dokter, untuk sementara waktu ia hanya mengingat beberapa orang penting yang terakhir kali ia temui sebelum menghilang,”

“Apa lagi yang belum ku ketahui?”

“Ia mengalami depresi,”

Singkat, padat, dan sangat menyakitkan. Cukup, Jeiro sangat merasa ia adalah patah hati pertama anak perempuannya. Ia bukan cinta pertama yang baik. Bahkan ia tak pernah mengajarkan apapun pada putra putrinya. Dan kini? bahkan anaknya sendiri tak mengenali dirinya sendiri.

“Tak apa, semua akan baik-baik saja. Istirahatlah, esok kita bawa dia kerumah sakit,” ujar Jeiro dengan suara beratnya.

Elisha hanya mampu menganggukkan kepalanya. Ia tak ada pilihan lain. Ini terjadi juga karena kesalahannya yang gila akan dunia pekerjaan.

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang