-13-

16 5 1
                                    

[𝕛𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕝𝕦𝕡𝕒 𝕧𝕠𝕥𝕖 + 𝕔𝕠𝕞𝕞𝕖𝕟𝕥𝕟𝕪𝕒 𝕪𝕒!]

kamu boleh bodoh tentang pelajaranmu, tapi kamu tidak boleh bodoh tentang agamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kamu boleh bodoh tentang pelajaranmu, tapi kamu tidak boleh bodoh tentang agamamu. --Arul.

•••

Kota Jakarta, kota dimana kemacetan ada dimana-mana. Maklum, Ibu Kota, katanya. Rachel masih berada dibarisan antara kemacetan panjang jalanan itu. Beberapa kali kepalanya sedikit mendongak untuk melihat sedang ada kemacetan apa didepan sana. Beberapa kali ia menguap karena bosan terus duduk diatas motor ninja abu-abu nya, yang entah kapan akan bergerak maju.

Lantunan berbagai macam musik itu memasuki indra pendengarannya. Beberapa kali bibirnya tergerak untuk mengikuti musik yang sedang didengarkan olehnya itu.

"Maju nabrak, mundur nabrak," gumamnya memperhatikan sekitarnya yang masih sangat macet itu.

Rencana ia akan menginap dirumah Divva, tapi entahlah ini baru pukul 13.00 WIB dan jalanan Jakarta sudah sangat padat. Jika ia tau ternyata Jakarta akan separah ini mungkin ia akan memilih menetap di London walau jadi pengemis juga.

Sedikit celah, ia melihat jalanan sisi kirinya itu sedikit ada peluang. Tangannya bergerak sangat lincah untuk menggerakkan stang motor itu.

Helm full face menitupi wajah cantiknya, rambut yang sudah agak panjang itu ia biarkan terhempas kesana kemari tertiup angin jalanan pagi hari, atau mungkin siang? ah entahlah.

Entah darimana datangnya kebahagiaan hingga ia tak begitu memperhatikan jalanan yang berada didepannya. Bibirnya masih berkomat-kamit mengikuti lirik lagu yang sedang ia dengarkan itu.

Dugh!

Rachel yang awalnya berbahagia langsung menghentikan motornya dibahu jalan. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, giginya menggigit bibir bawah itu. Sial, ia menabrak kaca spion mobil orang.

"Turun," ucap seseorang dengan berdiri dihadapan Rachel.

Rachel turun dari kuda besinya itu, tetap dengan rasa khawatir yang ia sembunyikan dibalik helm nya itu.

"Lepas helm-mu," perintahnya, lagi. Rachel diam, tidak ada gerakan sama sekali setelah perintah itu.

"Budek?," tanyanya, dengan polosnya Rachel menggeleng.

"Yaudah lepas!"

"Duh, iya iya," ucapnya dengan melepas helm nya itu. Mengibaskan rambutnya kekanan kekiri agar tidak terlihat terlaau lusuh.

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang