-24-

18 5 2
                                    

Ternyata,rindu yang paling berat bukan lagi tentang tasbihku dan salibmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata,rindu yang paling berat bukan lagi tentang tasbihku dan salibmu. Tapi tentang aku yang berada di dunia nyata,dan engkau yang entah dimana. --Bripda Ashraf.

•••

"Maaf saya harus merepotkanmu," ucap Reki setelah Tolle pergi. Sebenarnya Rachel takut, tapi ia yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

"Tidak masalah," ucap Rachel berusaha untuk biasa saja.

"Saya tau kamu takut, saya tau kamu lelah, tapi saya juga tau bahwa kamu adalah orang yang tepat untuk membantu saya," jelasnya. Rachel hanya dapat menganggukkan kepalanya beberapa kali.

•••

"Besar juga ya mess Tolle," celetuk Sean menatap takjub apartemen didepannya itu.

"Om jangan kaya orang susah deh," cibir Diego jengah.

"Yakin kita masuk?," tanya Ashraf dengan menampakkan sebuah kunci yang ia genggam.

"Ya kali lo nangkring diatas pohon," ucap Diego dengan menyaut kunci tersebut.

"Kurang ajar," cibir Oji.

"Gue denger ya," ucap Diego dengan berjalan mendahului semuanya.

Ditatapnya sebuah kamar yang "katanya" adalah kamar tidur Tolle. Jangan tanya bagaimana bisa ia tau, karena dibawah tadi terdapat satpam yang menjaga apartemen ini. Mewah, namun tidak berlebihan.

"Duduk," ucap Sean yang diangguki semuanya. Semua mulai menata diri untuk duduk dimanapun itu.

"Jam 02.49," celetuk Galih yang membuat semua berganti menatapnya dengan tatapan bingung, kecuali Ashraf.

"Antara hidup dan mati," lanjut Ashraf yang semakin membuat mereka tak paham.

"Sholat tahajud berjamaah boleh ga sih?," celetuk Radja. Sean menatap horror putra sulungnya itu.

"Saya mau wirit," ucap Ashraf.

"Saya juga," ucap Jeje dan Oji bersamaan.

"Saya sholat tahajud," ucap Diego, Sean, dan Galih bersamaan.

"Gue?," tanya Radja menuding dirinya sendiri ketika satu persatu rombongannya mulai mendekatkan dirinya pada Tuhan.

"Ah sabodo lah," ucapnya yang kemudian membaringkan diri dikasur lembut milik Tolle.

"Assalamualaikum warahmatullah," salam terakhir dari Diego yang menunjukkan ia telah selesai melaksanakan ibadahnya.

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang