[𝕗𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 𝕕𝕦𝕝𝕦 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒 💖]
Namaku Rachel, usiaku 17 tahun, kelas sebelas, gaul, dan lumayan pintar. Aku sama seperti remaja pada umumnya. Aku suka stalking para abdi negara. Mungkin hanya itu yang membedakan aku dengan...
"Sholatnya ternyata lama juga ya," ucap Divva dengan menguap.
"Tidur aja kali ya, ntar mereka juga balik," ucapnya dengan memejamkan matanya, dan rambut panjang tak menutupi wajah Ayu nya.
Tanpa Divva sadari, sedaritadi Rachel dan Tolle tidak sholat. Bahkan tidak meninggalkan tempat kakinya berpijak.
Berbeda dengan Divva yang sedang tertidur pulas, Tolle dan Rachel sama-sama berjuang. Berjuang menghadapi jin yang berada didepannya itu.
"Le, kita udah baca ayat kursi, an-nas, al-falaq, al-ikhlas, tapi mereka tetap ga ilang, bahkan mereka ga bergerak dari memunggungi kita," lirih Rachel yang mulai tak kuasa menahan tangisnya.
"Handphone lo mana?," tanya Tolle lirih.
"Nih,
"Sial, ga ada sinyal!"
"Telpon biasa aja, gue ada pulsa," ucap Rachel berpendapat.
"Sial, telpon Divva sibuk. Ga diangkat," ucap Tolle frustasi.
"Telpon Diego,"
"Ga bisa Hel,"
Bodoh, keduanya sama-sama dalam kepanikan dan keraguan. Hingga mereka tidak mnnyadari bahwa ada seseorang yang mendekat. Handphone milik Rachel itu tak henti-hentinya menelpon siapapun yang terdaftar dikontak itu.
Srek
Handphone yang menempel ditelinga Tolle itu disahut paksa oleh sosok dibelakang punggung keduanya.
Tangan kiri Tolle dan tangan kanan Rachel ditarik paksa oleh sosok entah siapa dia. Tolle pasrah, begitupun Rachel. Mereka sama-sama diam mengikuti sosok yang menarik diri mereka.
"Kalian ngapain!" bukan, ini bukan suara jin. Melainkan ini suara Bi Ijah, asisten rumah tangga yang memberi mereka minuman tadi siang ketika mereka datang.
Rachel dan Tolle yang awalnya memejamkan mata itu kini membalikkan badan dan perlahan membuka matanya.
"Bi Ijah!" ucap keduanya reflek langsung memeluk Bi Ijah, sosok paruh baya didepannya itu.