“Jika kelak suatu saat kamu tak lagi mendengar kabar baik dariku, percayalah. Sesungguhnya aku masih dalam keadaan baik-baik saja, sekalipun itu hanya sebuah kebohongan.” —Al Tamvan.
•••
—ya dengan saya Alaska disini?
•••
“Eh maaf om saya ga sengaja,” ucap Tolle dengan berusaha berdiri dan memperbaiki seragamnya.
“Om? Sejak kapan saya nikah dengan tante mu?,” ketusnya. Tolle mendongak, menatap seorang pria yang mungkin 2 tahun diatasnya.
“Judes banget sih om! Saya kan udah minta maaf!” ketua Tolle.
“Eh, ada apa ini Pak Alaska?,” tanya Pak Broto— kepala sekolah Smawiga ketika mengelilingi area sekolah itu.
“Pak Alaska?,” tanya Tolle menatap PK Broto seolah meminta penjelasan.
“Eh Tolle. Pak Alaska ini guru baru disini, guru PPKn lulusan London,” jelas Pak Broto dengan girangnya.
“Oh. Yaudah, saya ke kelas dulu ya Pak,” ucap Tolle berpamitan dengan buru-buru ngacir ke kelas.
Tolle berjalan sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya. Bisa mati jika ia kembali bertemu dengan guru bule tadi. Bisa-bisanya ia tidak mengenali gurunya sendiri. Ah, Tolle merasa bodoh saat ini.
“Le,”
Deg.
Tolle memutar tubuhnya, menujukan matanya pada sumber suara. Matanya memanas, air matanya luruh. Sial, untuk saat ini, biarkan Tolle menjadi diri Tolle yang sesungguhnya.
“Divva! Kemana aja Lo!” pekik Tolle dengan menonyor pelan dahi Divva.
“Gue ada,” ucapnya lengkap dengan seulas senyum yang menyejukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau dan Negara
Teen Fiction[𝕗𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 𝕕𝕦𝕝𝕦 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒 💖] Namaku Rachel, usiaku 17 tahun, kelas sebelas, gaul, dan lumayan pintar. Aku sama seperti remaja pada umumnya. Aku suka stalking para abdi negara. Mungkin hanya itu yang membedakan aku dengan...