(Kelakuan abstrud Al yang jangan ditiru)
•••
' Jangan salahkan kopimu ketika ia menjadi dingin. Karena ia pernah hangat, namun kau abaikan.
•••
"Sebenernya gue ini wakil ketua futsal atau tim SAR sih!" gerutu Al yang kini duduk dijok bagian belakang motornya yang dikendarai Gerry.
"Perasaan lo ngoceh mulu! Ga tau kita khawatir apa!" maki Gerry geram. Telinganya serasa panas mendengar ocehan Al terus menerus.
"Yaudah sih, gue diem," ujarnya dengan berakhir mengerucutkan bibirnya.
Mobil Tolle memimpin berjalannya pencarian mereka untuk menemukan bayi mungil bernama Steve. Semua berharap agar cepat menemukan bayi tersebut. Mau bagaimana pun semua orang khawatir pada Steve dan juga Rachel. Jauh dilubuk hati Tolle, sejujurnya ia juga tak ingin mempunyai keponakan secepat ini. Apa lagi menerima fakta bahwa mau tak mau Reki adalah ibu tirinya dan Divva adalah saudaranya.
"Go, lo gak curiga sama kakek kakek Bandung itu?," tanya Radja yang berkendara disisi kanan Diego. Diego sempat menoleh sekilas pada Radja.
Masih ingat dengan kakek tua itu?. Kakek yang sempat memprediksi jika pukul 11.00 Komandan Sean alis Papa dari Radja tak kembali maka tak akan selamat?. Ketua RT diperumahan Divva?.
"Maksud lo?" tanya Radja benar-benar tak paham.
"Dia pernah bilang kan kalo dia 'menjaga' seseorang?,"
"Jangan bilang dia jaga.." ucapan Diego terpotong ketika Radja segera menganggukkan kepalanya.
"Kemungkinan kalo dia ga jaga Steve, ya dia jaga Rachel," ujarnya.
"Semoga baik-baik aja. Awal yang baik untuk kita menemukan jalan pulang," ujar Diego yang hanya mendapat anggukan dari Diego.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau dan Negara
Teen Fiction[𝕗𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 𝕕𝕦𝕝𝕦 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒 💖] Namaku Rachel, usiaku 17 tahun, kelas sebelas, gaul, dan lumayan pintar. Aku sama seperti remaja pada umumnya. Aku suka stalking para abdi negara. Mungkin hanya itu yang membedakan aku dengan...