•••
Senyum seseorang yang berada dipojok kelas XII MIPA A-1A itu tak kunjung surut. Bayang-bayang keberanian gadis cantik itu masih terpampang jelas dalam pikirannya. Senyum gadis pujaan hatinya itu sangat jarang terlihat. Hanya rasa sombong dan gengsi yang benar benar tergambar jelas pada sosok gadis itu. Dan dengan mudahnya ia menetapkan gadis tadi sebagai dambaan hatinya?. Rasanya itu cukup aneh.
Seaneh apapun itu, jika hati sudah menentukan maka otak akan memperlambat sebuah gerakan kesadaran. Kesadaran akan sadar diri, dasar posisi, dan sadar bahwa dirinya bukan sosok idaman yang pantas untuk dimiliki. Mungkin, mereka berdua sama-sama egois, dan sama-sama bukan orang sembarangan. Ah entahlah, itu terjadi sangat rumit.
Siapa yang mengira bahwa sosok ketua balapan liar itu adalah pecinta warna pink, sangat manja dan suka mengupil sembarangan?. Semua aibnya itu tertutup rapat hanya karena wajahnya yag cool dan berwibawa. Hanya sedikit diantara ribuan orang yang tau tentang kejelannya itu. Pecinta warna pink? apakah laki-laki pantas suka dengan warna itu?. Manja? rasanya laki-laki juga akan manja ketika bertemu orang yang tepat. Suka mengupil? rasanya semua orang sangat hobby dalam hal pengupilan. Itu adalah Diego. Sosok ketua osis SMA Widya Ganesha yang terkenal cool bahkan sangat dingin. Ketua tim basket, ketua balapan liar, ketua tawuran. Semua ketua sudah ia sandang gelarnya. Sombong? sudah pasti.
"Permisi tante," sial, ucapan seseorang itu membuyarkan lamunannya.
"Apaan si lo!"
"Lagian lo ngelamun mulu mana dipanggil tante ngerasa lagi," ucap seseorang itu dengan kikikannya. Itu adalah Gerry.
"Tumben banget bapak lo keluar cepet, biasanya memakan habis waktu istirahat kita?," tanya Al menatap Gerry. Yang disebut "bapak" bukanlah sosok ayah Gerry namun guru matematika alias Pak Burhan.
"Mana saya tau sahabat," ucap Gerry enteng dengan menggidikkan bahunya acuh.
"Yang bikin keributan dilapangan siapa?," tanya Radja dengan nada dingin.
"SUMPAH?," ucap Al dengan menggebrakkan mejanya itu.
"INI LO?," tanya Gerry dengan menepuk wajah Radja berulang kali. Radja hanya mengangguk.
"Tumben ngomong lebih dari dua suku kata," ucap Diego enteng.
"GA BANGET! SOSOK ANANDA PRAYOGA RAMADJA SABHARA INI BERBICARA LEBIH DARI DUA SUKU KATA SAHABAT!" Ucap Al heboh.
"Alay,"
"Bacot banget lo lo pada," ucap Diego dengan menatap malas Al dan Gerry secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau dan Negara
Teen Fiction[𝕗𝕠𝕝𝕝𝕠𝕨 𝕕𝕦𝕝𝕦 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒 💖] Namaku Rachel, usiaku 17 tahun, kelas sebelas, gaul, dan lumayan pintar. Aku sama seperti remaja pada umumnya. Aku suka stalking para abdi negara. Mungkin hanya itu yang membedakan aku dengan...