-27-

16 4 0
                                    

𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐮𝐬𝐭𝐚𝐡𝐢𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐮𝐬𝐭𝐚𝐡𝐢𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧. -𝐡𝐮𝐦𝐚𝐧.

•••

"Udah ga ada yang ketinggalan ini?," tanya Gerry memastikan semua barang milik Tolle itu tak ada yang tertinggal satupun dirumah sakit.

Benar saja, setelah 4 hari Tolle sadar kini Tolle sudah diperbolehkan pulang. Tetap seperti Tolle sediakala, jika berbicara suka tak memikirkan perasaan orang lain.

"Ga usah banyak kecot ,"

"Sabar ya," ucap Al mengelus bahu sahabatnya itu.

"Dasar jelmaan nenek lampir!" umpat Gerry dengan suara lirih.

"Gue denger ya babu," teriak Tolle dari depan pintu ruangan yang masih dapat mendengar umpatan dari kakak kelasnya itu.

Semenjak Tolle sadar dari komanya, Tolle tak lagi melihat batang hidung dari beberapa orang yang mukanya sedikit asing kemarin. A-Ashraf bukan? entahlah.

"Jalan pak supir," perintah Tolle dengan memukul pelan jok supir itu.

"Kurang ajar," maki Radja lirih.

"Kalo bukan karena Diego, gue sih ogah!" cibir Gerry terang-terangan didepan wajah Tolle.

"Siapa peduli?," acuh Tolle dengan kembali memasangaan earphone hijau miliknya.

Kota Jakarta. Sama seperti hari-hari sebelumnya, macet, panas, ramai. Jalanan penuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaran umum. Sesekali Tolle membuang pandangannya pada jalanan yang cukup ramai namun hampa menurutnya.

Setelah 3 minggu juga, Tolle tak bertemu dengan salah satu sahabatnya, Divva. Atau mungkin ia sedang tidak ada di Jakarta? atau ia sengaja tak mau menemuinya?.

Semakin larut dalam lamunan, kini pikiran Tolle jauh lebih berkecamuk. Rachel, ia belum kembali. Tak ada tanda-tanda apapun untuk orang lain agar bisa menemukannya. Serumit apa permintaan tolong dari Reki yang membuat Rachel belum juga kembali?.

"Heh mak lampir!"

"Duh, apaan sih!" maki Tolle kesal.

"Ya abisnya lo dipanggilin ga nyaut," cibir Gerry jengah.

"Yaudah, apaan?,"

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang