-32-

18 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

“Ku kira, kau sungguh. Ternyata, kau hanya singgah.”

•••

Suasana kebahagian menyelimuti semuanya. Kini Diego, Radja, Al, Gerry, Tolle, Divva, Popo dan bayi kecil Steve tiba di kediaman Henzel. Divva jelas tak mengerti apapun tentang bayi, oleh karena itu Diego memutuskan untuk membawa mereka menuju kediamannya. Terpampang jelas wajah bahagia Elisha ketika menimang bayi tersebut. Sangat cantik, matanya sangat tajam, mirip dengan Tolle.

“Mi, Diego mau keatas dulu,” ujar Diego yang langsung mendapat anggukan dari Elisha.

Dengan gontai, Diego menuju kamar tidur sang adik. Sangat rapi, tak ada noda sama sekali. Jelas, semua karena Bi Inten yang setiap hari selalu membersihkan kamar itu.

“Kapan sih lo balik?! Stess gue Hel!” ujar Diego frustasi dengan rambut yang sudah acak-acakan.

“Ga lama, tunggu aja,” ujar sosok yang kini berdiri tegap diambang pintu.

“Masuk Ja,”

“Gue kangen dia Go,” ujar Radja dengan menatap nanar sebuah foto di nakas tempat tidur Rachel.

“Andai gue larang dia waktu itu. Gue bener-bener Abang yang ga becus,”

“Waktu ga bisa diulang. Gue cuman pengen dia balik, sekalipun dia ga kenal gue,” ujar Radja yang kini sudah terduduk lemah diatas king size Rachel.

“Wudhu gih. Udah mau magrib, gue adzan,” ujar Radja yang langsung diangguki Diego.

Tak berselang lama, Diego datang dengan menyerahkan sarung, baju koko dan peci hitam yang digenggamnya pada Radja.

“Bentar, gue wudhu dulu,”

Setelah Radja keluar dari kamar mandi dikamar Rachel, ia menggelar sajadah nya. Berdiri tegap layaknya seorang imam, namun kali ini ia hanya sebagai tukang adzan.

Allahuakbar, Allahuakbar..

Suara sangat merdu, adzan itu terdengar sangat lembut. Siapa saja yang mendengarkannya wajar jika langsung terpikat. Radja mempersilahkan Diego untuk mengimami sholat magrib kali ini. Sudah ada teman-teman serta anggota keluarganya yang lain untuk sholat berjamaah.

Sekitar 10 menit berlalu, Diego mengakhiri sholatnya dengan salam. Ia boleh nakal, ia boleh jahat, ia boleh sedih, ia boleh senang, tapi ia tak boleh melupakan Tuhan.

Aku, Kau dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang