Satya menghabiskan isi minuman kaleng yang ada di tangannya. Ia tersenyum tipis kala melihat siapa yang kini tak sengaja ditemuinya di rooftop.
"Kesel banget gue, njir!" Sadina mengentakkan kaki. "Yang kayak gitu disembunyiin dari gue dan yang lain."
Bisa Satya tebak, ada sesuatu yang membuat perempuan itu kesal. Namun, ia belum ingin menanggapi karena masih ingin melihat Sadina dalam diam.
Ya, kalau perempuan itu menyadari dirinya ada di sini, yang ada mereka tidak akan lama berada di situasi berdua begini.
"Bahkan udah punya anak." Sadina mendesah kesal. "Sebagai sahabat, gue merasa dibohongi."
Satu alis Satya terangkat, kini ia tahu apa yang membuat Sadina kesal. Tentu, tentang Hara dan Kayana yang ternyata sepasang suami istri.
Tadi saat Azelf, Satya, dan Raja sedang rapat di ruangan Azelf, mereka mendengar keributan di luar ruangan. Ketiga perempuan itu adalah pelakunya, mereka tengah heboh dengan kabar yang baru didengar.
Alhasil Azelf memarahi Claritta. Sejujurnya, Satya merasa kasihan kepada Claritta yang selalu jadi tameng untuk kehebohan dua bawahannya itu.
"Gue tahu, lo di sini, Sat," ucap Sadina sembari berbalik menatapnya.
Satya menghela napas pelan. "Berhenti bersikap kayak anak kecil, Kayana nggak mungkin nolak jodoh cuma karena pertemanan."
Perempuan itu berdecak. "Jodoh emang nggak terduga. Kira-kira, siapa lagi selanjutnya?"
Bahu Satya merosot turun kala mendengarkan pertanyaan itu. Ya, ia lega karena Sadina tidak membalas ucapannya dengan suara lantang.
Nada bicaranya santai, meskipun wajah masih tetap judes. Ah, kalau soal itu, Satya tidak tahu harus diobati dengan apa.
"Hhmm ... mungkin, kita berdua," jawabnya tanpa ragu.
Seketika Sadina mendecih. "Gue punya pacar."
Tameng, Satya tahu itu hanya untuk menghindarinya. "Nicky masih hubungi lo?"
Mata perempuan itu terkejut. Ya, meskipun tanpa kata, Satya sudah tahu jawabannya. Sadina juga pasti sedang bertanya, mengapa ia sampai tahu tentang hubungan mereka.
"Kenapa lo tahu tentang pacar gue? Kenapa lo tahu namanya? Kenapa lo tahu usahanya bangkrut?" Sadina menatapnya penuh selidik. "Lo stalker, ya?" tuduhnya.
Satya tertawa keras. "Woi, daripada gue nguntit si Nicky, mending gue nguntit Natasha Wilona atau Song Hye-kyo, kali." Kembali melanjutkan tawa.
Sadina mengentakkan kaki penuh dengan kekesalan. "Diam!" sentaknya.
Satya menghentikan tawanya, kemudian kembali menatap perempuan itu. "Mudah banget buat tahu tentang Nicky. Bahkan gue tahu kenapa dia udah nggak pernah nongol di depan lo."
Ia memasukkan tangan ke dalam saku, menatap lawan bicara dengan sangat intens. Wajah Sadina sudah tidak bisa lagi dibilang santai, tergambar jelas marah kini sudah meletup-letup.
Pada kesempatan beberapa detik, Satya menarik kaki untuk undur diri, sebelum menerima perlakuan kasar. Namun naas, belum juga mencapai pintu, kerak belakang kemejanya ditarik oleh Sadina.
"Jelasin!" tuntut perempuan itu. "Jelasin!"
Telinga Satya bak tertusuk tombak, suara Sadina benar-benar menggelegar. Baru sekarang ia mendapatkan perlakuan tak sopan seperti ini.
Hanya Sadina yang bisa, dan tentu kali ini Satya pun akan marah jika sudah dikasari sebanyak dua kali. Tidak lagi. Maka ia cengkram tangan perempuan itu yang berada di kerak bajunya, kemudian melepaskan dan berbalik menatap Sadina.
Nyatanya tatapan menusuk Satya tak diindahkan, malah kesempatan tersebut diambil oleh Sadina untuk mencekik lehernya.
"Gila lo!" pekiknya terkejut.
Satya mencoba melepaskan jeratan tangan perempuan itu. Sungguh, dirinya benar-benar dicekik, meskipun tidak terlalu kuat, hanya beruba ancaman. Ya, Sadina masih punya kesadaran rupanya.
"Kasih tahu gue!" Menjerit frustrasi.
Dengan sekuat tenaga Satya melepaskan cekikan tersebut sebelum Sadina hilang akal. Ayolah, ia seorang laki-laki, mana sudi mati di tangan perempuan, dengan cara dan alasan konyol pula.
"Daripada susah-susah nyari tahu tentang pacar lo, mending cari tahu tentang satu teman lo yang suka sama lo!" semprot Satya, ikut tersulut emosi.
"Nggak mau! Nggak penting buat gue!" Nyatanya Sadina tipikal perempuan yang keras kepala.
Satya memutar otak, biasanya ia punya ide cemerlang untuk memberikan pelajaran pada orang-orang seperti Sadina.
"Ayo! Cepet kasih tahu!" racau perempuan itu, masih saja memaksa.
Ia berdeham, menghela napas kasar. "Gue bukannya nggak mau ngasih tahu, tapi ini masih area kantor, takutnya ada yang denger."
"Bodoh amat, Bangsat!"
Mata Satya terbuka lebar. "Nggak bakal gue kasih tahu!" ketusnya, di depan wajah Sadina.
Ia berbalik, meninggalkan perempuan itu. Didengarnya langkah mengikuti dari belakang, nyatanya si lawan tidak ingin menyerah, sangat penasaran dengan apa yang diketahui oleh Satya.
Tentu ini kesempatan untuknya. Maka ia memutar tumit, kembali menatap Sadina. Ide di kepala sudah datang, meskipun telat, asalkan ada.
"Gue mau kasih tahu lo, tapi dengan syarat." Satu ujung bibirnya terangkat.
"Apa?" Sadina membalas dengan berani, tidak terlihat was-was pada syarat yang akan Satya berikan.
"Gue mau cerita, tapi di apartemen lo. Gimana?"
Sadina mendengkus, satu kepalan mendarat di dada Satya. "Itu doang?" sengitnya, "kenapa nggak bilang dari tadi? Itu doang, mah, gampang."
Satya tersenyum tipis. Dari sini saja ia tahu bahwa Sadina tidak memandangnya sebagai seorang laki-laki. Buktinya, langsung menerima tanpa ragu, tidak takut apa yang akan Satya lakukan nanti ketika mereka berduaan saja.
Oh, atau ia salah menilai. Mungkin Sadina tidak memikirkan hal tersebut karena terlalu mengkhawatirkan Nicky.
Satya mendengkus, apapun alasannya, nyatanya sama saja. Ia akan sangat sulit masuk ke kehidupan perempuan itu.
---
Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰 Lengkap! Dari awal sampe akhir, dapat bonus part juga!
Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.
Murah banget, kan?
Untuk KARYAKARSA, cek akun @MokaViana
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Setahun Satya
RomanceSelalu mengagumi dari jauh, itulah yang selama ini Satya lakukan terhadap Sadina. Perempuan yang tak pernah kalem saat bertemu dengannya, selalu saja ada pertengkaran yang malah membuat Satya makin jatuh cinta. Sadina tak pernah menampakan kesedihan...