7: Kunjungan syarat

5.8K 657 11
                                    

Setelah sekian lama melemparkan kode, akhirnya Satya berhasil masuk ke apartemen milik Sadina. Ini suatu peningkatan untuknya, karena selama ini hanya bisa bertemu perempuan itu di luar rumah atau apartemen.

"Akhirnya lo datang juga, gue udah mati penasaran gara-gara lo," gerutu Sadina saat membukakan pintu untuknya.

Satya masuk tanpa ragu, mata menilik ke sekitar ruang tamu. Interiornya biasa saja, tidak terlalu banyak perabotan, yang ada hanya sofa dan meja, tidak ada pula pigura yang menghiasi dinding.

"Duduk," Sadina mempersilakan, "gue cuma punya minuman soda."

Sama sekali tidak akan protes, bisa ada di sini saja Satya sudah sangat bersyukur. Duduk di sofa panjang, Sadina mengambil tempat di seberangnya.

"Langsung a—"

"Lo kenapa nggak tinggal di rumah?" tanya Satya.

"Gue bukan mau bahas itu. Langsung aja ke intinya." Sadina bersandar. Wajah yang tadi ramah, kini berubah tak enak dipandang.

Meski begitu, Satya masih saja penasaran. "Gue mau cerita, asalkan lo kasih tahu kenapa milih tinggal sendiri."

"Lo kebanyakan syarat, ya," Sadina mendengkus, "ya udah, gue setuju."

Satya tersenyum, diputuskannya untuk lebih mengenal Sadina. Sudah terlalu lama ia mengandalkan takdir, harapan, dan doa. Lihat, tanpa usaha keras, tidak akan terjadi apapun.

"Jadi?" tanyanya lagi.

"Gue mau belajar mandiri. Udah tua, ya kali, gue tinggal bareng ortu mulu." Sadina menjawab dengan sedikit sewot.

Berdeham, Satya memangku kaki kirinya ke paha kanan. Memilih gaya santai untuk memulai pembicaraan, ia ingin sekali mengulur banyak waktu agar bisa berlama-lama di tempat ini.

"Cepet cerita! Kebanyakan gaya lo!" semprot perempuan itu.

Satya menurunkan kakinya, kemudian bersandar. Diliriknya Sadina semakin kesal, menatap bak elang. Ia sama sekali tak takut, malah semakin terhibur dengan pertemuan di malam ini.

"Jadi, Nicky minta tolong ke adik gue," ucapnya, memulai cerita.

Sadina memajukan tubuh, nampak serius mendengarkan. Satya menarik sudut bibir, perempuan itu benar-benar tidak tahu tentang dirinya yang anak tunggal. Pantas saja mudah dibohongi.

"Dia minjem duit buat bantu usahanya yang hampir bangkrut," lanjutnya.

Raut wajah Sadina berubah. Terbesit sebuah kekecewaan sekaligus kekhawatiran di sana. Satya cemburu, ia yang sudah lama mengenal perempuan itu, dan tanpa sengaja timbul rasa peduli saja tak pernah mendapatkan perlakuan seperti yang diberikan Sadina pada Nicky. Miris sekali.

"Terus?" tanya Sadina.

Satya menggelengkan kepala. Bukan karena sudah kehabisan cerita bohong, tetapi ia sedikit tak nyaman jika Sadina terus memperlihatkan wajah khawatir seperti tadi.

Perempuan itu berdecak. "Ngeselin lu! Sini, bagi nomor adik lo biar gue nanya sendiri."

Menghela napas. Jika tahu seperti ini, Satya keluarkan saja cerita bohongnya tadi. Sebanyak mungkin, asal Sadina tidak meminta untuk dihubungi dengan sang adik fiksi yang ia sebutkan tadi.

Satya mengeluarkan ponsel. "Catet," ucapnya.

Ada banyak kontak di ponselnya, jadikan itu sebagai tameng. Nomor Raja menjadi pilihan pertamanya. Selain karena Raja bisa diajak kompromi, Sadina juga pasti tidak menyimpan nomor lelaki itu.

Satya mulai mendikte satu per satu angka. Sebuah benda menghantam tubuhnya. Satya seketika menoleh, Sadina tengah menatapnya garang.

"Jangan tipu gue, itu nomor Raja, 'kan?" kesal Sadina.

Bantal sofa yang melesat tadi, ia taruh di sebelahnya. Satya menatap Sadina, kali ini bingung harus memberi nomor ponsel siapa. Sebuah ide terbesit di kepala, ia tersenyum tipis.

"Lo tahu nggak, selain Hara dan Kayana, ada lagi yang diam-diam punya hubungan spesial di belakang lo."

"Bukan itu yang mau gue tahu," tegas Sadina, suaranya berubah berat, bak ingin menerkam Satya.

Merasa ini tidak akan berhasil, Satya berdiri dari duduknya, dan segera menuju pintu keluar. "Gue lupa, hari ini Azelf minta tolong ditemani lembur," kilahnya.

Perempuan itu menatap curiga. "Lo—"

"Bye." Satya tidak perlu berlama-lama, ia membuka pintu dan keluar dari apartemen tersebut.

Saat sudah berada di luar, Satya menghela napas lega. Tidak bisa dipikirnya apa yang akan terjadi jika terus mengelak dari pertanyaan Sadina. Mungkin wajahnya ini akan penuh dengan luka cakar, melihat sepanjang apa kuku-kuku Sadina.

Satya merinding membayangkan hal itu, bahkan sampai di lift pun ia masih merasa ngeri. Mengingat kembali tatapan tajam Sadina, dan tubuh bergetar siap menerkam.

"Gue hampir mati, kalau aja nggak cepat kabur," gumamnya.

---
Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰 Lengkap! Dari awal sampe akhir, dapat bonus part juga!

Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.

Murah banget, kan?

Untuk KARYAKARSA, cek akun @MokaViana

Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang