Pria paruh baya yang sudah sebulan ini dipanggil Ayah oleh Satya, kini sedang berusaha mengambil posisi duduk di atas tempat tidur.
Tadi, setelah Sadina pergi, Martha baru kembali dari pasar. Satya tak bisa membayangkan bagaimana jika sang ibu mertua sampai berpapasan dengan istrinya, sudah pasti kekacauan akan terjadi.
Kehadiran Satya menjadi tanda tanya besar di kepala Martha, hingga menanyakan mengapa tak datang bersama Sadina. Satya dengan akting ala aktor papan atas mengatakan, bahwa Sadina sedang sibuk di kantor.
"Ayah udah baikan?" tanya Satya pelan, di belakangnya kini berdiri sang ibu mertua.
Wanita itu berdecak. "Ayah baik-baik saja, paling cuma cari perhatian sama menantunya," sahut Martha.
Nampaknya, Martha belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Terlihat jelas, bahwa Zahir juga tak ingin Satya menceritakan kekacauan tadi pada Martha.
"Bisa keluar dulu, nggak? Ayah mau bicara sama Satya." Zahir berucap pada Martha.
Berdeham, Martha menuruti apa yang diperintahkan oleh Zahir. Wanita itu meninggalkan mereka berdua tanpa protes sedikit pun.
Setelah sang ibu mertua menghilang di balik pintu, Satya segera beralih pada ayah mertuanya. "Ayah mau bicara apa?"
Pria itu menghela napas sejenak. "Bisnis Ayah, Ayah kena tipu investasi bodong."
Seakan memutar balik waktu, Satya kembali mengingat tentang Nicky. Nampaknya, ia memang ditakdirkan untuk membantu orang-orang di sekitar Sadina, dan bonusnya tentu saja mendapatkan tempat di samping perempuan yang sudah sah menjadi istrinya tersebut.
Satya menggenggam tangan Zahir yang ada di atas bantal. "Satya akan bantu Ayah, tenang aja. Maaf soal Sadina, Satya nggak bisa jaga dia baik-baik."
Zahir menggeleng, lalu menepuk bahu Satya dengan satu tangan yang bebas. "Ayah percaya kamu itu suami terbaik buat Sadina. Justru Ayah yang minta maaf, anak Ayah kepala batu."
Satya terkekeh mendengar candaan itu. "Mau gimana lagi, Yah, dia doang yang bikin Satya jatuh cinta. Jadi ...."
"Kamu terpaksa nikahin Sadina, walaupun udah tahu bebal minta ampun?"
Mengangguk pasrah. "Seiring berjalannya waktu Sadina pasti bakal jadi perempuan lembut, kok, Yah."
"Asal kamu sabar," ucap Zahir.
Suara pintu terbuka terdengar, seketika Satya dan Zahir menoleh ke arah benda tersebut. Di sana, Sadina berdiri dengan tatapan ingin membunuh ke arah Satya.
Perempuan itu melangkah ke arah mereka, lalu dengan kasar menarik jas yang dikenakan oleh Satya.
"Keluar!" bentak Sadina.
Zahir segera menarik tangan Sadina agar tak mencengkram jas Satya lagi. "Nggak boleh gitu sama suami!"
"Apa sih, Yah ... dia itu bukan suami aku!"
Satya bisa melihat bagaimana wajah Zahir memerah karena tersulut emosi, hingga memutuskan berdiri dari duduk, dan hendak menampar Sadina jika saja Satya tak sigap menahan.
"Ayah, kok, malah mau nampar aku?" Sadina berucap, ada getar di bibir perempuan itu.
"Kamu nggak sopan banget jadi istri, bukan gitu caranya jadi perempuan. Mana etika kamu? Ayah capek kerja buat nyekolahin kamu tinggi, hasilnya malah gini."
Di samping Satya, Sadina kini sudah menangis. Jelas saja ia sangat merasa bersalah pada perempuan itu. Zahir tak tahu rekayasa mereka, hingga menganggap pernikahan ini asli.
"Kenapa Ayah malah belain Satya?"
Zahir hendak maju selangkah, tetapi Satya dengan tenang menahan. "Ayah nggak belain Satya, Ayah cuma ngajarin kamu. Di mana-mana anak perempuan itu udah jadi milik suaminya setelah menikah, kamu malah bikin Ayah balik lagi buat didik kamu."
"Udah, Yah, udah." Satya menengahi, satu tangannya kini sudah memeluk bahu Sadina agar bisa menenangkan diri. "Ini juga salah Satya, kok."
Sadina mendorongnya menjauh. "Mau lo apa, sih? Cari muka banget sama bokap gue!"
"Eeeh, ini anak—"
"Nggak apa-apa, Yah, nggak apa-apa," lerai Satya, lalu memutar badan menghadap Sadina, menghapus air mata sang istri.
Sedikit mendekatkan bibir ke telinga Sadina, Satya membisikan sebuah kalimat agar perempuan itu tidak berontak, dan malah membuat sang ayah sakit lagi.
Sadina diam, tetapi air mata terus mengalir. Satya beralih pada Zahir saat pria itu kembali duduk di tempat tidur.
"Bawa Sadina jauh-jauh dari Ayah, Sat. Dia terlalu manja, ada masalah dikit langsung ngadu ke Ayah." Zahir menarik gelas di atas nakas, lalu meneguk isinya. "Emang kamu pernah dipukuli sama Satya?"
Sadina menggeleng lemah. "Nggak pernah."
"Terus?"
"Aku nggak cinta sama dia, Yah!"
"Terus, kamu cintanya sama siapa?" Suara Zahir meninggi. "Pacarmu yang banyak utang itu?"
"Ayah, ih!" kesal Sadina.
Satya mengelus bahu perempuan itu agar tenang. Entah dari mana Zahir tahu tentang mantan pacar Sadina yang kini terlilit utang demi menyelamatkan bisnis yang hampir bangkrut.
"Satya," panggil Zahir, yang segera membuat Satya menoleh, "bawa Sadina pulang, Ayah sakit kepala liat dia di sini. Bujukin dia biar kalau ngambek nggak mutusin kabur."
Satya mengangguk kecil. "Iya, Yah. Ayo," ajaknya pada sang istri.
"Nggak," tolak Sadina sambil menepis tangannya.
Dengan lembut Satya menepuk pipi perempuan itu. Ia sudah lelah beradu argumen, langsung saja seret Sadina pulang, mumpung ayah mertua masih di sini dan memihaknya. Begitulah pikir Satya.
"Jangan marah mulu, aku bakal tetap beliin kamu mobil, kok," bujuk Satya.
"Oh ... ini masalah mobil?" sahut Zahir, membuat Satya nyengir kuda sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal, "kalau gitu kamu belum bisa bantuin Ayah?"
"Bantu apa?" tanya Sadina.
Satya segera memberi kode pada sang ayah mertua agar tak menceritakan tentang masalah yang sedang dialami. Biar ia sendiri yang menceritakan pada Sadina, dan perempuan itu dengan senang hati mau menerimanya lagi.
Semalam tidur tanpa istri ternyata berat juga. Satya tak bisa tidur tenang tanpa memeluk tubuh yang sudah sebulan hidup bersamanya. Yah, walaupun acara memeluk juga harus dilakukan sembunyi-sembunyi.
"Entar aku ceritain ke kamu, kita pulang, ya," bujuk Satya lagi, "ini masalah besar, kayaknya lo nggak bakal selamat dari gue," bisiknya tepat di telinga Sadina.
Bisa ia lihat tatapan tak suka Sadina padanya, tetapi Satya dengan senang hati memberikan senyuman terbaik.
Ya, seperti yang dibisikannya tadi ke telinga sang istri, sepertinya ia yang menang dalam permainan ini. Meskipun tanpa rasa, Satya tetap mendominasi ikatan dari cinta bertepuk sebelah tangan ini.
***
Vote dan komeeen
Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰
Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Setahun Satya
عاطفيةSelalu mengagumi dari jauh, itulah yang selama ini Satya lakukan terhadap Sadina. Perempuan yang tak pernah kalem saat bertemu dengannya, selalu saja ada pertengkaran yang malah membuat Satya makin jatuh cinta. Sadina tak pernah menampakan kesedihan...