Sekian detik menatap dua orang di depan mata, Sadina tersadar bahwa kini ia sedang kedatangan tamu tak diundang di apartemennya.
Sungguh tidak biasa, karena yang sering berkunjung ibu dan saudarinya. Namun, kali ini yang datang adalah ayah dan adik laki-lakinya secara bersamaan. Haruskah Sadina curiga?
"Ngapain, sih, ke sini?" tanyanya.
Zaki menoleh, sedang sang ayah sudah duduk santai di sofa. "Kalau gue, pastilah minta uang, kayak nggak paham aja."
Ya, itu kebiasaan Zaki jika datang ke apartemen Sadina. Namun, kali ini sungguh berbeda karena datang bersama sang ayah.
"Kalau Ayah?" tanya Sadina.
Pria itu menatapnya. "Mau nengok pacar kamu. Kata ibu biasanya datang ke apartemen kamu."
Sadina ternganga. "Pacar aku?"
"Iya, yang general manajer itu." Ayahnya berucap lagi.
Zaki berdecak. "Cowok itu tampangnya biasa aja, Yah, percaya, deh."
Sadina mengangguk setuju. Satya memang terlihat biasa saja baginya yang selalu jadi korban keisengan. Untuk itu, jiwa Sadina sedikit terguncang karena sang ibu sangat menyanjung Satya, sampai-sampai ayahnya disuruh datang ke sini hanya untuk melihat general manajer tak punya akhlak tersebut.
"Masalah tampang nggak apa-apa, yang penting tanggung jawab ke kakakmu dulu," jelas sang ayah, "kalau nungguin yang ganteng datang, kapan kakakmu bisa nikah?"
Sadina menghela napas. "Aku belum nikah juga nggak apa-apa, Yah, toh nyari uang sendiri, nggak minta lagi ke Ayah dan ibu." Mengambil tempat duduk di sebelah orang tua itu.
"Kamu pikir uang bisa nyelamatin kamu di masa tua? Siapa yang bakal jagain kamu nanti kalau Ayah sama ibu udah nggak ada?" Nada bicara pria itu sedikit meninggi.
Sadina diam, tidak membantah. Ayahnya selalu berkata begitu karena mengkhawatirkannya. Wajar, sebab sampai sekarang ia sendiri tak memberikan tanda-tanda akan naik ke pelaminan.
Bel berbunyi, tanpa aba-aba Sadina segera beranjak. Jantungnya berdegup kencang, biasanya malam begini yang datang adalah Nicky, ia yakin itu. Senyum harap mengembang sempurna, tangan dengan cepat membuka pintu.
Seketika senyum Sadina luntur, kembali ditutup pintu tersebut. Bagaimana bisa Satya datang di saat yang kurang tepat? Apakah sudah janjian dengan ayahnya?
"Kenapa ditutup?" Ayahnya bangkit dan mendekati Sadina.
"Jangan, Yah, itu orang gila," kilahnya, sembari mencegah tangan sang ayah yang akan membuka pintu.
"Gila gimana? Sekilas tadi Ayah lihat dia pakek baju rapi." Dengan kibasan tangan, Zahir menyuruh sang putri untuk menjauh.
"Yah, jangan," pelas Sadina.
Ayahnya menatap nyalang, membuat Sadina ciut. Mau tak mau ia menjauh dari pintu, membiarkan beliau melakukan hal yang sudah dilarangnya tadi.
Satya masih berada di balik pintu, kali ini pria itu segera menyunggingkan senyum ketika melihat Zahir. Sadina mengeram kesal bukan main, kakinya mengentak beberapa kali, pertanda bahwa tak bisa apa-apa untuk mengusir Satya.
"Selamat malam, Om," sapa Satya.
"Mala—Zaki! Ini yang kamu bilang biasa aja? Kamu, tuh, yang biasa aja!" cerca sang ayah.
Mendengar itu, Zaki segera berdiri, melihat penampakan sosok yang diyakininya biasa saja, karena beberapa kali pernah memergoki Sadina saat berkencan, tetapi yang berdiri di hadapan mereka kali ini ternyata luar biasa.
"Lah, ganti orang?" Zaki terkejut, "atau oprasi plastik?" tanyanya.
"Emang dari dulu muka dia kayak gitu, nyebelin." Sadina menyahuti.
Zaki mendekati Satya, melihat dari atas sampai bawah, begitu seterusnya. "Dulu nggak gini, agak berlemak," menyentuh otot lengan Satya, "yang ini berotot."
"Haha, beda orang," jawab Satya.
"Oh, jadi ini pacar baru?" Zahir bertanya, terkesan tak ingin mengizinkan masuk sebelum menjawab pertanyaannya.
"Iya kayaknya, Yah. Kasih masuk aja, dia lebih cakep dari yang sebelumnya." Zaki membuka pintu semakin lebar.
"Gue tampol lo, ye," sahut Sadina dari belakang, ia tak terima Nicky dikatai jelek.
Memang sampai sekarang pacarnya itu belum ada kabar, tetapi perasaannya ini masih sama. Itu makanya ia tak terima jika Nicky dibanding-bandingkan dengan Satya yang menurutnya jauh di bawah Nicky.
"Ini yang general manajer?" tanya Zahir lagi.
"Iya, Om." Satya menjawab dengan senyum manis.
Bak tersihir, Zahir pun ikut tersenyum. "Oh iya, silakan masuk," beliau mempersilakan, "panggil Ayah aja," ucapnya kemudian.
"Ayah!" Sadina terkejut di tempatnya.
Zahir malah menatapnya santai. "Loh, emang kenapa?"
"Jijik tahu nggak!" balas Sadina. "Pelet lo kenceng banget, dah. Kemarin ibu, sekarang ayah!" Beralih pada Satya.
Dengan entengnya Satya mengelus kepala Sadina. "Seneng, dong, kita direstui."
Mendengar itu, Sadina ingin sekali muntah. Ini baru awal, setelah ia menjelaskan pada kedua orang tuanya bahwa mereka hanyalah rekan kerja, Satya tidak akan datang lagi memberikan harapan palsu untuk menjadi menantu.
_______
Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰 Lengkap! Dari awal sampe akhir, dapat bonus part juga!
Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.
Murah banget, kan?
Untuk KARYAKARSA, cek akun @MokaViana
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Setahun Satya
RomanceSelalu mengagumi dari jauh, itulah yang selama ini Satya lakukan terhadap Sadina. Perempuan yang tak pernah kalem saat bertemu dengannya, selalu saja ada pertengkaran yang malah membuat Satya makin jatuh cinta. Sadina tak pernah menampakan kesedihan...