38. Malam Terakhir

5.4K 692 41
                                    

"Langsung tidur?" tanya Sadina pada Satya yang kini sudah terjun ke tempat tidur.

Lelaki itu hanya membalas dengan gumaman, lalu kembali ke dunia mimpi. Sadina yang masih terbalut gaun pengantin kini sekuat tenaga meraih ritsleting yang ada di balik punggung.

Ia berdecak karena tak kunjung bisa nurunkan benda kecil tersebut. Sadina kemudian melirik Satya yang ada di tempat tidur, yang masih mengenakan setelan jas lengkap, serta sepatu.

Menggeleng takjub, ia dibuat kagum lelaki itu bisa tahan tidur dengan pakaian tersebut. Sadina mencoba mendekat, lalu mengguncang tubuh Satya untuk membangunkan. Mau bagaimana lagi, saat ini hanya Satya yang bisa ia mintai tolong.

Lelaki itu menggeliat, lalu malah memunggunginya. Kesal karena respons tak peduli sang suami, Sadina mengentakan kaki.

"Bangun, bentar doang," bujuknya, "bantuin turunin ritsleting dong."

Satya bangun dengan terpaksa. "Mana?"

Sadina segera memunggungi. Bisa ia rasakan ritsleting itu kini ditarik turun, membuatnya sedikit bergidik geli. Setelah selesai, Satya kembali menghempaskan tubuh ke tempat tidur.

Lelaki itu terlihat sungguh kelelahan. Salah sendiri mengundang mantan yang jumlahnya bikin geleng kepala. Satya mendapatkan banyak makian saat berjabat tangan, tak lupa pesan untuk Sadina agar menghajar sang suami bila macam-macam di luar sana.

Sadina melepas gaun tersebut ke lantai. Ia kini hanya menyisakan pakaian minim. Diliriknya Satya yang masih menutup mata, dengan cepat ia berjalan ke arah koper untuk mengambil pakaian ganti.

Ya, keduanya kini sedang berada di hotel. Tadinya mereka ingin langsung pulang saja ke rumah Satya, tetapi dihalangi oleh para orang tua. Katanya, mereka harus berduaan, tanpa terusik dengan lalu-lalang orang rumah di luar kamar.

Setelah mengenakan baju tidur, Sadina merangkak di atas tempat tidur. Hal pertama yang ia lakukan adalah, melonggarkan dasi Satya. Lelaki itu seketika membuka mata.

"Hm? Mau apa?" tanya Satya.

"Lepas dasinya, entar lo kecekik."

Tak membantah, Satya melakukan apa yang ia perintahkan. Sadina lalu turun untuk melepas sepatu lelaki itu.

"Nggak ganti baju dulu?" tanyanya.

Satya malah menghela napas. "Gue pikir dia nggak bakal datang."

Sadina yang baru saja mau masuk selimut, kini harus menganggapi Satya. "Hm? Diandra? Nggak mungkin dia lewatin pernikahan gue."

Menggeleng. "Bukan."

Satu alis Sadina naik. Ia kemudian mengambil posisi berbaring, siap mendengar Satya. "Siapa, dong?"

"Mantan gue zaman awal masuk kuliah. Maklum, cinta pertama, jadi susah dilupain."

"Gue pikir, gue yang cinta pertama lo."

Satya terkekeh. "Kayaknya, tapi dia pacar pertama gue."

Sadina menatap lelaki itu penuh selidik. "Harus gitu, lo ngomongin cewek lain pas mau tidur kayak gini?"

"Ya, udah, kalau nggak mau denger," kata Satya, lalu memunggunginya.

Tak ingin dicueki oleh lelaki itu, Sadina menarik punggung Satya, menyuruh agar kembali menghadapnya lagi.

"Mau tidur." Satya menolak.

Sadina memukul lengannya. "Ganti baju dulu, sana!"

"Males, sumpah."

Mendengar jawaban itu, Sadina bangun dari berbaring. Ia kemudian memaksa Satya untuk mengeluarkan jas terlebih dahulu. Lelaki itu tak melawan, malah leluasa mengizinkannya melakukan hal tersebut.

Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang