23: Pernikahan Sebenarnya

6.9K 597 26
                                    

Dalam remangnya pencahayaan, Satya terduduk di atas kasur, senyum tipis tercetak di bibir. Sudah melewati berminggu-minggu bersama sang istri, baru kali ini ia merasa sangat bahagia.

Rencana demi rencana telah dilakukannya. Menekan, mengintimidasi, serta membuat terpuruk, dilakukan Satya hanya agar malam ini tercipta kebahagiaan.

Ia memalingkan pandangan, menatap wajah Sadina yang tertidur pulas di sebelahnya. Hanya dengan satu tegukan, wanita itu jatuh dalam rengkuhannya. Tak habis pikir, Sadina berani meminum cairan penuh dosa itu, tanpa berpikir tak kuat akan efeknya.

"Bodoh," celanya.

Meski begitu, ia bersyukur memilih wanita yang bodoh seperti Sadina. Lihat, sejauh ini Satya mampu melakukan rencana-rencana kecil hanya dengan niat yang kotor.

Lama memandang wajah itu, Satya beranjak dari kasur dan mulai memungut pakaian mereka yang berserakan di lantai. Tidak ingin mendapatkan ocehan panjang di pagi hari, ia berniat untuk memakaikan Sadina pakaian.

Gerakannya pelan, membuka selimut yang menutupi tubuh telanjang sang istri. Kulit putih dan lembut saat disentuh, membuat Satya menelan ludah susah payah.

"Oke, mulai dari mana?" Ia melihat satu per satu pakaian milik Sadina, "cara makenya gimana?"

Memandang bra cukup lama, berpikir bagaimana cara mengenakannya. Satya menepikan bra itu, ia memilih ke yang lebih mudah, yaitu celana dalam.

"Kalo ini, mah, semua orang pasti pakek," ucapnya.

Satya menghela napas pelan, bukannya tidak sanggup mengenakan, hanya saja ia tak percaya dengan napsunya ini. Meskipun tadi sudah bercinta, tetapi nyatanya ia belum berada pada tingkat kepuasan.

Bagaimana bisa ia berkonsentrasi, sedangkan Sadina merintih kesakitan. Satya tak tahu di mana salahnya, padahal ia sudah melakukan dengan benar, seperti yang sering ditontonnya pada video penuh dosa.

Satya menggelengkan kepala, membuang jauh bayangan kejadian tadi. Ia mulai melanjutkan aktivitasnya, menarik selimut itu hingga memperlihatkan tubuh indah milik sang istri.

Lagi, Satya menelan ludah. Mengenal Sadina sejak remaja, saat itu ia mulai memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perempuan tersebut.  Ternyata, ada keindahan yang disembunyikan di balik pakaian.

Tak ingin mengganggu dan semakin memperburuk suasana, ia kembali menutup tubuh itu dengan selimut dan mengurungkan niatnya.

Satya memilih berbaring di sofa, sembari berkonsentrasi untuk tertidur. Nanti akan dipikirkannya bagaimana cara menghadapi Sadina besok pagi.

***

Entah pukul berapa, Satya terlonjak kaget dari tidurnya akibat jeritan dari seseorang. Segera dirinya bangun, menatap perempuan yang kini terlihat kacau di atas kasur.

"Kenapa?" tanyanya, khawatir.

"AAAAA!" racau Sadina, sembari melempar apapun yang ada di sekitarnya.

"Woi, kenapa?" Satya mendekat.

"PERGI LO!" Sadina mengatakan itu dengan tatapan penuh amarah.

Satya belum mengerti apa yang terjadi, kepalanya berputar pada rasa khawatir akan kondisi Sadina saat ini. Rambut acak-acakan, bersikap tak normal, merusak dan melempar apapun yang ada di dekatnya.

Busa bantal sudah berserakan, lampu tidur, bahkan meja nakas sudah terhempas jauh dari tempat sebelumnya. Meski begitu, Sadina tetap mempertahankan selimut yang menutupi tubuhnya.

"AAAA!" racau Sadina lagi, kali ini menangis sejadi-jadinya.

"Gue mana bisa ngerti kalau lo teriak doang." Satya mengacak rambutnya, bingung bukan main.

Ketika ia hendak berbalik untuk mengambil ponsel, tatapan turun ke lantai. Satya menelan ludah susah payah, sekarang ia tahu apa yang membuat Sadina berperilaku seperti itu.

"Maaf," ucapnya dengan nada rendah penuh penyesalan.

"KELUAR DARI SINI!"

Satya menoleh pada Sadina, saat itu pula sebuah benda mendarat di kepalanya. Tubuh terdorong ke belakang. Belum juga mengetahui apa yang terjadi, lemparan kedua menyusul, target masih pada kepala. Pandangan berkilau dan detik kemudian menjadi gelap. Setelah itu Satya tak tahu lagi apa yang terjadi.

"MATI AJA LO!" Sadina menyalangkan tatapan kepada Satya yang telah terbaring tak sadarkan diri di atas lantai akibat lemparan ponsel dan botol parfumnya. "MATI AJA SANA!"

Meskipun sudah menyakiti, nyatanya Sadina tak puas. Dadanya bergemuruh kemarahan, rasa ingin membunuh begitu kuat, tetapi pikirannya masih cukup jernih untuk tidak melakukan hal tersebut. Ia takut berakhir di penjara.

Tak habis pikir, Satya dengan berani melakukan hal itu padanya. Padahal, sudah berkali-kali Sadina umumkan bahwa sama sekali tak tertarik pada lelaki itu.

Harusnya Satya mengerti, tidak memaksa dan menggunakan cara kotor seperti ini. Masuk pada saat Sadina jatuh terluka, bukannya menghibur, malah membuat hidupnya semakin kacau.

Sadina menghapus air mata, sekali lagi menatap tubuhnya yang telanjang di balik selimut. Pada dadanya, bisa ia lihat beberapa bekas ciuman, sudah pasti pelakunya adalah Satya. Sadar ataupun tidak, Sadina tetap tak bisa memaafkan.

Masih dengan sisa kemarahan, kekesalan, serta kesedihan, Sadina bangkit dari kasur, mengambil kembali ponselnya yang tadi dipakai untuk melempar Satya.

"Gue harus pergi dari sini," ucapnya, sembari menyalakan layar ponsel, "sialan!" Memaki sebab ponsel itu tak mau bereaksi meski sudah ditekan tombolnya berkali-kali.

Sadina ingin segera pergi dari apartemennya, sebelum niat membunuh semakin menjadi. Ia menuju lemari, mencari pakaiannya yang masih disisakan di apartemen tersebut.

Setelah mengganti pakaian, segera Sadina keluar dari apartemen, membiarkan Satya terbaring di lantai. Tak ada keinginan untuk membuat sadar dari pingsan, yang jelas sekarang Sadina harus menjauh terlebih dahulu.

***

Vote dan komen

Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰

Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.

 Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang