35. Percaya Diri

5.8K 666 48
                                    

Di hadapan sang sahabat yang terlihat frustrasi karena tertinggal jauh dari perkembangan cintanya, Satya tak henti tersenyum sambil meninju udara.

Ia berhasil membuat Raja iri. Yah, sampai sekarang, lelaki itu belum juga berhasil mengambil hati Diandra.

"Dia bilang, dia puas di ranjang!" girang Satya berkali-kali tanpa memikirkan perasaan Raja, yang sejak tadi diam mendengar ceritanya tentang adegan dewasa semalam bersama Sadina.

Raja menghela napas berkali-kali. "Lo udah bilang itu hampir seratus kali."

"Wajar, gue seneng bukan main. Lo harus coba, enak banget, sumpah!"

"Cih, pake pengaman mana enak." Raja meremehkannya.

Berdecak tak terima, Satya berhenti kegirangan. "Yang penting sama-sama suka."

"Heleh, sejak kapan Sadina suka sama lo?"

"Suka sama tampang gue mungkin nggak, tapi dia suka sama permainan gue di ranjang, mau apa lo? Buktinya dia nagih."

Raja membuang wajah ke arah lain. Kali ini, sahabatnya itu kalah telak. Hanya tinggal beberapa langkah lagi, perjuangan Satya merebut hati Sadina akan membuahkan hasil.

Sudah ada secerca harapan dari Sadina. Pengakuan tadi pagi dari mulut Sadina sangat membuat Satya senang bukan main.

Perempuan itu seakan mengakuinya ada. Selama ini, Sadina terus menghindar tanpa mau melihatnya. Sekarang, semua berubah hanya dalam semalam.

Padahal, tadinya Satya sudah menyerah dengan kisah ini. Sampai ia pasrah mengatakan pada Sadina untuk langsung menyudahi saja, tanpa menggelar resepsi pernikahan terlebih dahulu, seperti yang telah mereka sepakati.

"Ke toilet dulu," pamit Satya pada Raja. Ia segera bergerak ke pintu di sudut ruangan.

"Dih, masih pagi udah ngomongin ranjang, sih," ledek Raja.

Satya hanya terkekeh, lalu cepat menuju toilet. Sebenarnya, ia hanya ingin memastikan penampilannya di depan cermin.

Bukannya apa, hari ini sang istri sudah masuk kantor, untuk itu ia harus menjaga penampilan agar tetap terlihat oke.

Satya berhenti memperhatikan diri di depan cermin setelah merasa tak ada yang perlu diubah lagi. Rambut oke, jas oke, dan dasi oke.

Melenggang keluar toilet, Satya diam di tempat tatkala mendapati Sadina ada di ruangannya. Ia tersenyum cerah, nampaknya sang istri tak tahan jika tidak melihatnya barang hanya semenit saja.

"Halo, Sayang ...," sapa Satya, lalu melangkah mendekati Sadina.

Perempuan itu berbalik badan, dengan wajah nampak terkejut. "Lo?"

Suara kekehan terdengar dari samping. "Lo? Hahahaha." Raja tertawa meledek.

Satya berdecak. "Ganggu." Mendengar suara sepatu menyatu dengan lantai, membuat Satya mengalihkan pandangan. "Kok, buru-buru?" tanyanya pada Sadina.

Tak menjawab, perempuan itu terus melangkah hingga menghilang di balik pintu. Sadina nampak menghindarinya, mungkin saja malu dengan Raja.

"Lo, sih! Balik ke ruangan lo, sana!" kesal Satya.

"Iya, iya." Raja segera berdiri dari duduk.

________

Mengacak rambut frustrasi, Satya memelas di atas meja kerjanya. Tadi pagi ia sangat bangga menceritakan kepada sang sahabat tentang kesuksesan membuat Sadina jatuh hati padanya. Namun, sekarang hal yang ia banggakan itu harus sirna karena di depan teman-temannya, Sadina menolaknya mentah-mentah.

Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang