Dua hari berlalu, Satya kesulitan untuk bertemu dan mengajak mengobrol Sadina. Meski sudah terang-terangan dirinya datang ke ruangan perempuan itu, yang ada Satya dibuat bungkam dengan keseriusan Sadina dalam bekerja.
Sebagai laki-laki, ia merasa terketuk. Semangatnya dalam berkerja tidak semaksimal Sadina yang sekarang, maka energi positif itu pun mulai merasuki Satya.
Bisa melihat Sadina sedetik saja, rasanya sudah cukup. Satya belum ingin mengganggu, karena ada hati yang harus ditenangkan. Sadina mungkin terpukul, setelah kemarin diterpa badai fakta yang dahsyat hingga membuat bungkam.
"Iya, Pak, saya permisi dulu," ucap Satya.
Setelah mendapatkan anggukan dari atasannya, Satya keluar dari ruangan tersebut. Kaki berhenti melangkah kala melihat siapa yang kini berada di hadapannya.
Satya menutup pintu ruang atasan, tetapi mata tak bisa lepas dari Sadina yang kini tengah membawa berkas. Satu alis terangkat, ada rasa penasaran, mengapa Sadina ingin bertemu atasan mereka.
"Ngapain ke ruangan bos?" tanyanya.
Perempuan itu bungkam, lebih memilih melewati Satya. Sudah nanggung jika tak cari gara-gara, ia memutar tumit dan menatap punggung Sadina.
"Serius amet kerjanya." Hanya sebuah ledekan biasa untuk mencari perhatian.
Sadina berbalik. "Karena gue mau lunasi utang ke lo," ujarnya dengan nada ketus.
Satya berdecak, ternyata perempuan itu belum menyerah pada Nicky. Ia tak suka, cemburu, kesal, dan marah berkumpul menjadi satu. Padahal, di sini Satya sudah menolong Sadina, bagaimana jika Nicky menjual Sadina pada orang tidak bertanggung jawab?
Kenapa sekali saja tak memikirkan hal tersebut, malah terus fokus pada cinta buta untuk Nicky. Hei, Satya di sini, si malaikat penolong yang ingin diperhatikan.
"Ke—"
"Gue mau minta kenaikan gaji ke bos," interupsi Sadina, "minimal dia ngasih janji ke gue."
Belum juga Satya menanggapi, Sadina segera berbalik dan membuka pintu ruang kerja CEO tanpa mengetuk. Kebiasaan yang tak pernah bisa diubah sejak Azelf yang menduduki kursi pemimpin di kantor ini.
Hanya berlangsung tiga detik, Sadina kembali menutup pintu dengan wajah panik. Satya menyemburkan tawa tanpa bisa ditahan. Padahal, ia baru akan mengatakan bahwa yang di dalam sana sudah bukan Azelf lagi, melainkan ayah dari Azelf, Arman Ganendra.
"Kenapa lo nggak bilang!" protes Sadina.
Satya masih merasa lucu, tawanya belum bisa dihentikan. "Lo—hahaha!"
Sadina mencebik kesal, ditatapnya Satya dengan mata bak ingin membunuh. Ia menghentikan tawa, berdeham berkali-kali untuk mengatur suara, meski sebenarnya masih ingin tertawa.
"Masuk aja, nggak apa-apa," katanya, memberikan semangat pada Sadina.
Perempuan itu berdecak. "Azelf mana?"
"Dia udah nggak kerja, Pak Arman ambil alih posisinya." Satya pun belum tahu alasan pasti, karena yang bersangkutan masih bungkam sampai saat ini.
"Kok bi—"
"Satya Favian!" panggil suara berat dari dalam ruangan.
Satya segera berjalan ke arah pintu. Bukan Azelf lagi yang menjabat sebagai pemimpin, maka kali ini ia harus menjaga kesopanan.
"Ya, Pak?" sahutnya dengan nada sopan.
"Tolong panggilin Claritta."
"Siap, Pak." Satya menutup pintu ruang tersebut, kemudian bergegas ke ruangan Claritta.
Sadina mengekor di belakang, nampaknya niat yang tadi tak akan tersampaikan. Satya mengulum bibir untuk menahan tawa, padahal tadi tingkat percaya diri Sadina sudah seperti tinggi gunung himalaya.
Namun, sekarang terlihat nyalinya menciut, tak bisa berbuat apa-apa. Satya menghentikan langkah, detik kemudian punggungnya terasa ditabrak seseorang.
"Duh," pukulan mendarat di bahu Satya, "lo kalo berhenti bilang, dong," protes Sadina.
"Dih, salah sendiri jalannya ngelamun." Ia tak ingin disalahkan, terlihat jelas bahwa Sadina tengah banyak pikiran. "Lo seruangan sama Claritta, bilang ke dia, gih."
Sadina memutar bola mata. "Lo yang disuruh, kenapa gue yang lo suruh?" kesalnya sembari meninggalkan Satya.
---
10.03.21
Maaf, dikit. Haha, ngejar cerita lain. 😄
2023
Kalau ada yang mau beli pdf, silakan ke no.WA 082290153123. Harganya 25K yaaaa 🥰
Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Setahun Satya
RomanceSelalu mengagumi dari jauh, itulah yang selama ini Satya lakukan terhadap Sadina. Perempuan yang tak pernah kalem saat bertemu dengannya, selalu saja ada pertengkaran yang malah membuat Satya makin jatuh cinta. Sadina tak pernah menampakan kesedihan...