19: Satya yang Perhatian

5.6K 632 52
                                    

Sejak tadi dengan tatapan kosong ke arah komputer, jemari Sadina tak berhenti mengetuk meja kerjanya.

Pikirannya masih sangat kacau, ditambah lagi pekerjaan yang tak ada hentinya menumpuk di atas meja. Ini semua terjadi karena perusahaan kembali dipimpin oleh ayah dari Azelf, dan Claritta selalu meminta bantuan padanya untuk pekerjaan yang lain.

Ah, yang sebenarnya Sadina sama sekali tak ingin membantu sahabatnya itu, mengingat Claritta telah mengkhianati geng mereka. Namun, karena ia juga termasuk pengkhianat, sebelum ketahuan sangat lebih bijak jika Sadina berbuat baik pada teman segengnya.

Dering ponsel menyadarkannya dari lamunan. Sadina mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa pelakunya. "Hm, halo?"

"Lo nggak sarapan dari rumah, 'kan? Gue tunggu di kantin sekarang." Suara berat itu malah membuat Sadina tambah tak semangat hidup.

"Bukan urusan lo. Kerja, sana." Sadina berucap.

"Mau makan apa?" tanya Satya yang tak ingin menyerah.

Sadina menghela napas, daripada lelaki itu akan terus meneleponnya lagi dan lagi jika pertanyaan tak dijawab, lebih baik ia pasrah saja mengatakan apa yang ingin dimakan, walau sebenarnya tak nafsu.

"Nasi padang, deh," jawab Sadina asal, lalu menutup telepon secara sepihak.

Jangan berharap bahwa apa yang dimintannya itu akan Satya bawakan. Lelaki tersebut pasti sedang sibuk dengan pekerjaan, yang tadi itu hanya sikap sok pahlawan yang mau menuruti keinginan Sadina.

Dering ponsel terdengar lagi. Sadina melirik benda tersebut, ada nama aneh tertera di sana. Sejak kapan nama kontak "suamiku" tersimpan di ponselnya?

Segera Sadina matikan panggilan tersebut, lalu memeriksa ponselnya. Tak terhitung dua detik, panggilan dari nama tersebut datang lagi.

Sadina memutuskan untuk mengangkat. "Halo."

"Kenapa dimatiin, sih?"

"Satya?" kejutnya tatkala mendengar suara Satya dari seberang sana.

"Iya, ini gue."

Sadina menatap kembali layar ponsel. "Kok, bisa nama kontaknya jadi suamiku?"

Satya tertawa kecil. "Terus gue siapa lo kalau bukan suami?"

"Lo yang ganti?" tanya Sadina dengan suara yang tak bisa dikontrol.

"Iya, gue. Habisnya, nama gue jelek banget, nama lo di HP gue sweet tahu, nggak?"

"Hiiis, jijik gue, anjiiir!" Sadina segera menutup panggilan tersebut.

Ah, Sadina tak habis pikir dengan apa yang Satya lakukan. Makin ke sini, kelakuan lelaki itu sedikit aneh, mungkin karena kelamaan jomlo jadinya halu.

Satya menganggap seolah Sadina akan terhanyut oleh segala bentuk perhatian dari lelaki itu. Jika saja Sadina menyukai Satya, mungkin sudah dari dulu ia utarakan, mengingat mereka sering bertemu sejak SMA bahkan sampai sekarang.

Jari Sadina masih sibuk mengganti nama kontak Satya, saat beberapa notifikasi Whatsapp muncul terus menerus. Siapa lagi pelakunya jika bukan Satya.

Tertulis di sana, bahwa lelaki itu telah menitip Nasi Padang pada seorang OB. Sadina kembali meletakan ponsel ke atas meja, sembari membayangkan bahwa ia akan sarapan dengan makanan penuh lemak.

Diet? Tak ada gunanya. Selama tinggal dengan Satya, apa saja yang keluar dari mulutnya pasti akan dituruti, walaupun itu hanya ucapan asal.

"Bu, ini ada titipan dari Pak Satya." Suara itu menyadarkan Sadina dari lamunan.

Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang