21: Lembur Bersama Musuh

5.3K 584 29
                                    

Suara desis tak suka dengan suasana saat ini masuk ke telinga Sadina. Di sebelahnya, Diandra menatap dua orang lelaki—yang tengah sibuk pada laptop—dengan tatapan siap membunuh.

Raja dan Satya hadir membantu pekerjaan mereka. Di ruangan tersebut juga ada Azelf dan Claritta, hanya saja berbeda meja dari mereka. Ini adalah kesengajaan Claritta, dan perempuan itu dengan santainya mengatakan, bahwa tak mau diganggu karena ingin berduaan dengan sang suami.

"Raja," panggil Diandra, lelaki itu mengangkat pandangan dari Laptop, "kenapa lo bisa ikut-ikutan lembur?" Seperti sedang menginterogasi.

"Diajakin Satya," jawab Raja, santai, "kalian pasti butuh bantuan, jadinya gue ikutan aja."

Sadina menghela napas. Sudah ia sadari bahwa Satya ada di balik kehadirannya Raja di sini.

Jika tahu akan seperti ini, Sadina tak akan beralasan pada sang ibu mertua bahwa tangisannya tadi dipicu oleh Satya yang tak mau menginzinkannya lembur.

Dengan sangat tenang Sisca membawanya ke dalam pelukan, membujuk untuk diam, dan mengatakan bahwa beliau mengizinkan Sadina melakukan hal sesuka hati yang penting masih positif.

Ah, beruntung sekali Sadina, mama dari suaminya sangat baik dan sungguh bersahabat.

"Lo, kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Diandra pada Satya.

Sadina seketika berdeham demi memberi kode pada Satya, agar lelaki itu mengatakan alasan yang tepat, tanpa melibatkan namanya.

Satya menatap ke sembarang arah. "Itu ... gue nggak tega liat Sadina lembur sendiri," ucap lelaki itu, yang seketika Sadina hadiahi dengan tatapan jijik. "Gue pikir dia lembur sendiri, kan, lumayan buat ...."

"Jijik, woi!" Sadina melempari Satya dengan segumpal kertas.

Lelaki itu menghindar begitu gesit. Sungguh, melihat wajah Satya sekarang sangat membuat emosi di ubun-ubun Sadina akan meledak.

Bayangkan, ia baru saja diejek oleh sang musuh bebuyutan. Membawa nama Nicky lagi, tak lupa menyelipkan kalimat paling menyayat hati, yaitu Sadina dijual oleh pacar sendiri.

Sadina sudah sangat paham akan takdir buruknya, tetapi untuk dihina seperti itu, sama saja seakan menjatuhkan harga dirinya.

"Tahu, nggak? Malah dengan hadirnya kalian di sini, yang ada urusan kami nggak selesai," kesal Diandra.

Raja tertawa kecil. "Kenapa? Lo nggak konsen karna liat ketampanan gue?"

Diandra menatap dengan jijik. Perempuan itu hendak akan berkata lagi, tetapi sebuah kotak pizza yang diletakan di meja Claritta, kini menjadi perhatian mereka.

"Makan, jangan berantem mulu," kata Claritta, kemudian melenggang pergi dari hadapan mereka berempat.

"Ini nggak lo campur sesuatu yang bikin bahaya, 'kan?" tanya Sadina penuh kecurigaan.

Pasalnya, ini sudah malam, dan kali pertama lembur ditemani dua lelaki yang tengah mabuk cinta kepadanya dan Diandra, apalagi Claritta mendukung mereka untuk berhubungan spesial.

"Apa, sih? Ya kali, gue ngelakuin hal yang aneh-aneh sama teman sendiri," bantah Claritta.

Sadina memicingkan mata menatap perempuan itu. "Nggak ada obat tidur?"

"Eh, ngapain juga gue masukin obat tidur, orang gue pengin nih pekerjaan kelar, terus bisa pergi bulan madu sama suami."

Sadina melengos, kembali fokus pada pekerjaannya. Meski tahu bahwa Satya tengah memperhatikannya, ia memilih pura-pura tak tahu.

"Kita kapan pergi bulan ma—"

Ia melempar pulpen tepat di depan wajah Satya. Mata nyalang seakan ingin menerkam. Empat pasang mata kini menjadikan mereka fokus, kali ini candaan Satya benar-benar berbahaya.

"Sat, lo mulai berani, ya," ujar Azelf, menatap kagum pada Satya, "tapi harusnya, nikah dulu baru bulan madu. Coba lo bilang nikah, pasti Sadina mau nerima."

"Udah pe—"

Kali ini dua buah berkas bersarang di wajah Satya. Sedikit pun, Sadina tidak akan membiarkan si rese itu menyahuti ucapan Azelf, karena sudah pasti rahasia ini akan terbongkar.

Satya mengunci bibir rapat-rapat, meraih ponsel yang ada di atas meja. Sadina kembali terjun dalam aktivitasnya, ingin cepat menyelesaikan agar bisa pulang.

Suasana berubah, terasa canggungcanggung, tak ada yang menyahuti sikap kasarnya itu. Ia melirik ke arah Claritta, Azelf, dan Raja yang menatap iba kepada Satya. Sadina mendengkus, kesal bukan main.

Bunyi notifikasi ponsel, membuat ia menghentikan lirikan pada teman-temannya. Sadina meraih ponsel dan membaca chat yang dikirimkan oleh Satya.

Bangsat : Buat apa ditutupi? Nicky kan udah mau nikah sama cewek lain.

Sadina menggenggam erat ponselnya, menatap tajam pada layar. Detik kemudian ia membanting benda itu, meluapkan semua emosinya dalam gerakan tangan.

Lihat, Claritta tak perlu mengasihani Satya, di sini harusnya Sadina yang perlu dikasihani, sebab sudah terjebak dalam pernikahan, malah ditinggal nikah oleh pujaan hati.

***

Vote dan komeeeen

Mau nawarin juga paket PDF nih. Jadi 50K bisa dapat dua judul, yaitu MY CEO IS MY HUSBAND dan ISTRI SETAHUN SATYA.

Yuk, hubungi WA 082290153123 🥰

Istri Setahun SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang