Afkar tiba di tempat yang sering dia kunjungi, tempat dimana dia bisa menenangkan hati dan fikirannya jika sedang kacau.Tempat di mana banyak poster poster yang tertempel di dinding, serta terdapat tulisan atau lukisan besar yang sangat mampu memanjakan kedua mata. Tulisan The Tougher yang besar nan indah terpampang di tembok.
Tempat apalagi kalau bukan Basecampnya The Tougher, disini Afkar bisa bebas meluapkan semua emosinya. Bukan dengan kekerasan, tapi di sini dia bisa meluapkan emosinya dengan bermain gitar. Yaps, Hobby Afkar yang sedari kecil sampai sekarang tidak bisa hilang.
Afkar membanting tasnya di atas meja, dia mengambil gitar kesayangannya yang dia simpan beserta alat musik lainnya di dalam satu ruangan tempat biasa mereka bermain musik. Saat ini Afkar masih memakai seragam sekolahnya, kebetulan setelah mengantar Felly pulang Afkar langsung menuju Basecamp. Afkar duduk di kursi sambil menyenderkan tubuhnya di badan kursi, dengan gitar yang sekarang ada di pangkuannya.
Jari Afkar mulai memetik snar gitar secara perlahan hingga mengeluarkan irama irama mellow yang dia petik sesuai dengan suasana hatinya. Tanpa berniat bernyanyi, Afkar tetap memetik snar gitarnya dengan tatapan kosong serta fikirannya yang melayang jauh. Memikirkan ancaman yang akhir akhir ini dia dapat.
"Kalau punya masalah cerita." Suara seseorang dari arah pintu masuk membuyarkan lamunannya. Hingga jari Afkar yang sedang memetik snar gitar pun terhenti. Afkar menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Riza, beserta Erfan dan Ahzam di sampingnya.
Afkar tidak berniat menjawab ucapan Riza, fikirannya masih kacau, bimbang dengan keputusan yang harus dia ambil.
"Dari pada lo diem seribu kata, mendingan cerita sama kita." Sahut Erfan yang kini tengah duduk di samping Afkar.
"Sebenarnya ada apa sih sama lo? Gue tau ada yang nggak beres sama lo. Gue hatam tabiat lo." Ahzam berseru. Benar apa yang di katakan Afkar. Sebesar apapun usaha Afkar untuk merahasiakannya tetap saja akan ketahuan oleh mereka.
"Gini Af, dari pada lo diem, mendingan cerita sama kita. Ada apa sebenarnya sama lo?" Tanya Riza sambil menepuk pundak Afkar. Dia tau, mereka pasti akan tau ada yang tidak beres dengannya, sebelum dia memberitahunya.
Afkar meletakan gitar di atas meja tepat di depannya. Kedua tangannya dia tautkan. Pandangannya fokus ke depan.
"Ada yang ngancem gue." Semuanya menatap ke arah Afkar yang masih fokus ke depan.
"Di ancam? Biasanya juga lo bakalan acuh kalo ada yang ngancem, kenapa sekarang panik banget?" Ahzam terheran, karena tidak biasanya Afkar mendengarkan ancaman orang lain. Bukan Afkar banget.
"Masalahnya ancaman ini bukan buat gue." Afkar merubah posisinya, bersandar di badan kursi.
"Maksudnya bukan buat lo apa? Trus buat siapa.?" Erfan pun tak kalah penasarannya.
"Felly." Jawab Afkar singkat, namun mampu membuat ketiga sahabatnya itu terkejut.
"Tunggu dulu, kenapa yang di ancam itu Felly? Memangnya dia ngancem lo apa sampe sampe bikin lo gak tenang gini?" Tanya Riza yang sudah merubah posisi duduknya menghadap ke arah Afkar. Saking penasarannya.
"Gue juga gak tau, kenapa orang itu selalu ngancem gue. Apalagi dia selalu nyuruh gue buat jauhin Felly, kalau gak, nyawa Felly taruhannya." Ketiga sahabatnya itu semakin tercengang mendengar penjelasan Afkar yang membuat mereka sangat-sangat terkejut.
"Lo tahu siapa yang ngancem lo?" Tanya kembali Riza."Gue gak tahu. Dan sekarang gue bingung banget, gue harus gimana?" Afkar mengusap wajahnya kasar. Dia benar benar di buat bingung.
"Apa lo udah yakin kalau ancaman itu benar benar bakal terjadi?" Tanya Ahzam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Novela JuvenilAfkar Reister, cowok tampan yang menjadi idaman para wanita di sekolahnya, sekaligus ketua geng The Tougher yang dia pimpin bersama ketiga sahabatnya. Awalnya Afkar hanya ingin melindungi seorang cewek yang selalu di ganggu oleh musuhnya. Seorang...