#Episode 29

9 17 2
                                    

Seperti biasa, selalu ramai, heboh dan tempat yang paling prioritas. Benar, kantin. Tempat yang tidak pernah sepi jika jam istirahat datang. Felly mengaduk-aduk siomay dengan sendok yang dia pegang. Matanya menatap lurus kedepan. Kosong.

Mona yang menyadarinya menautkan alis. Sudah bisa di tebak, karena memang minggu-minggu ini Felly sering sekali melamun. "Fell, lo kenapa dari tadi gue perhatiin ngelamun terus?" Felly menghela napas panjang. Dia tidak menjawab pertanyaan Mona. "Lo lagi mikirin Afkar?" Mona bertanya sekali lagi, namun Felly hanya menjawab dengan anggukan.

"Udah lah Fell, lo gak usah terus mikirin keadaan Afkar terus, gue yakin dia pasti cepet sadar." Airin menyemangati Felly. Mereka tahu tugas mereka saat ini adalah memberi Felly suport dan semangat yang tinggi.

"Kalo lo gini terus yang ada Afkar bakalan sedih." Suara yang sudah tidak asing lagi, suara yang paling malas Mona dengar.

Semuanya menoleh, di lihatnya Riza, Ahzam dan Erfan yang kini telah duduk bergabung dengan mereka. Mona menghembuskan napas, memutar bola matanya malas. "Bener apa kata Riza, lo seharusnya positif thinking, yakin kalau sebentar lagi Afkar pasti akan memperlihatkan senyumannya." Felly menoleh, dia bingung dengan ucapan Ahzam yang menurutnya sedikit aneh.

"Maksud lo?." Tanya Felly penasaran.

"Makasud Ahzam, kehidupan lo yang sendu akan kembali lagi." Sahut Erfan langsung menyambar pertanyaan Felly.

Bukan hanya Felly, bahkan Mona dan Airin-pun di buat bingung oleh perkataan dan ucapan mereka yang sedikit ambigu. Baik Riza, Ahzam maupun Erfan menampakan sedikit senyumnya yang masih terlihat.

"Lo kalau ngomong yang jelas?" Tanya Mona penuh penekannya di setiap kata yang dia ucapkan.

"Masih aja lo jutek sama gue, gak mau apa lo buka hati lo yang keras itu buat gue." Mona menatap Riza, apa yang dia katakan barusan? Bahkan di tempat umum saja dia berani mengungkapkan isi hatinya. Felly dan Airin tercekat, secara langsung Riza menunjukan perasaanya pada Mona, tapi tidak dengan Erfan dan Ahzam yang hampir setiap harinya selalu mendengarkan curahan hatinya pada Mona.

"Gue rasa, sebentar lagi bakalan ada yang nyusul Felly sama Afkar nih." Celetuk Erfan membuat Mona mematung di tempat.

"Bakalan dapet PJ lagi nih, gak sabar gue nunggunya." Sahut Ahzam menepuk pundak Riza yang kebetulan berada tepat di sampingnya.
Felly yang tadinya murung, kini mulai lebih bergairah berkat candaan mereka yang memancing senyuman Felly.

"Lo denger kan mereka aja setuju sama hubungan kita." Dengan Pd nya Riza berkata.

"Udah gila lo?" Riza menaikan bahunya, sambil tersenyum dan langsung menseruput minumnya.

"Pulang sekolah, gue, Riza dan Ahzam mau ke Rumah Sakit, lo semua harus ikut?"

"Gue sibuk." Jawab Mona dengan cepat.

"Gak ada penolakan." Ucap Riza kekeh.

Felly semakin di buat penasaran, sikap mereka seolah berubah, apa sebenarnya yang mereka rencanakan?. Afkar belum sadar, tapi mereka seakan menganggap tidak pernah terjadi sesuatu. Tidak ada kata cemas di wajah mereka, dengan Afkar yang masih kritis. Malah mereka terlihat bahagia, sangat bahagia malah.

                                ***
Seperti yang Erfan katakan, pulang sekolah mereka semua langsung menuju Rumah Sakit untuk bertemu dengan Afkar. Wajah Felly kembali murung, sudah hampir puluhan kali dia datang ke Rumah Sakit ini. Ahzam membuka pintu kamar Afkar.

Betapa terkejutnya Felly ketika melihat sosok yang selama ini dia rindukan, sedang bersandar di brankar. Mata Felly benar benar ingin lompat, jantungnya berdetak begitu kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang