#Episode 15

39 29 0
                                    

Seperti biasa The Tougher berjalan beriringan di setiap koridor kelas sampai siswa lain yang ingin lewat pun harus menunggu mereka lewat dulu.

Pandangan Afkar fokus kedepan, tas dia kaitkan di bahu sebelah kanannya. Sudah hal yang sangat biasa mereka di pandang oleh cewek cewek yang memandang penuh pesona. Tatapan cewek yang terjebak oleh wajah mereka yang tampan, putih, gaya cool, intinya perfect di mata para cewek.

Mata Afkar bertemu dengan seseorang yang sedari tadi dia cari. Langkah Afkar terhenti, begitupun dengan teman temannya.Terlihat jelas sorot tajam mata Afkar sangat buas, melihat Felly saat ini sedang duduk berdua dengan Kenzo. Orang yang selama ini di curigainya.

Tangan Afkar mengepal, rahangnya mengeras. Entah mengapa akhir akhir ini dia selalu tidak suka setiap melihat Felly jalan berdua dengan Kenzo. Rasa tidak suka, marah, cemburu, menguras emosinya. Tapi sebisa mungkin Afkar menyembunyikan ketidaksukaannya melihat mereka berduaan.

"Af, kenapa berhenti?" Ahzam menatap heran Afkar. Matanya mengikuti kemana arah mata Afkar berlabuh. Sudut bibirnya tertarik menjadi sebuah senyuman.

"Wah wah gila lo, jadi sekarang lo udah mulai suka sama Felly. "Celetuk Ahzam di sambut dengan tatapan mata Riza dan Erfan yang memandang tidak percaya.

"Jadi orang yang selama ini udah buat lo galau tingkat dewa itu Felly?" Afkar masih enggan menyaut dengan pertanyaan yang Afkar pun tidak bisa menjawabnya.

Di seberang sana, Afkar melihat betapa akrabnya Felly tengah tertawa lepas dengan Kenzo tepat di sampingnya, sampai Felly pun tidak menyadari bahwa sedari tadi dia sedang di perhatikan oleh Afkar.

Tanpa di sengaja mata Kenzo bertemu dengan tatapan mata Afkar yang sedang menatap ke arah mereka dengan pandangan yang tidak bisa di artikan. Kenzo menarik sudut bibirnya menjadikan sebuah senyuman kecil. Namun terlihat penuh kemenangan.

Kenzo memegang telapak tangan Felly yang sedang di pangkunya. Felly berhenti tertawa, menatap heran kenzo yang memegang tangannya. "Fell, gue janji sama lo, gue bakalan jagain lo dari orang orang yang mau nyakitin lo, terutama nyakitin perasaan lo." Felly menautkan alisnya. Bingung. Gak ada angin, gak ada hujan kenapa tiba tiba Kenzo bilang seakan akan Felly membutuhkan sosok pelindung. Pangeran bersayap.

Rahang Afkar mengeras, telapak tangannya dia kepalkan begitu kuat. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Sudah, perasaan yang sekarang di rasakan sudah jelas rasa cemburu. Ya, cemburu.

"Lo kenapa sih? sakit hah? kenapa tiba tiba lo ngomong gitu, gak ngerti gue." Felly menempelkan punggung tangannya di dahi Kenzo, memastikan bahwa dia tidak sedang sakit atau memang masih waras.

"Fell, gue sebagai sahabat lo mau jaga lo dari orang orang brengsek." Felly tersenyum, kenapa dia lemot ya, masa Kenzo ngomong kayak gitu aja dia gak ngerti.

"Gue ngerti, makasih lo udah mau ngelindungi gue." Kenzo mengangguk, dia senang mendapat senyuman dan persetujuan Felly.

"Yaelah bro, kalo lo emang suka sama Felly, ya kejar dong jangan diem aja. Kalau gue lagi jatuh cinta pasti gue kejar itu cewek sampe samudera lautan, ujung dunia gue daki, sabang sampai merauke bakalan gue tempuh, bahkan sampe upil lo pun gue bakalan tetep kejar tuh cewek." Lebay. Tapi ucapan Erfan membuat teman temannya tertawa. Selalu ada celah membuat suasana tegang dan canggung menjadi lebih mencair.

"Eh, bener bener lo ya, nih coba upil gue lo ambil." Ahzam mendekatkan kepalanya. Mencoba untuk lebih mencairkan suasana.

"Apaan sih lo! jijik gue." Tangan Erfan gesit mendorong kepala Ahzam yang hendak mendekatinya.

"Mana ada sih Erfan yang genit sama cewek cewek beneran serius sama satu cewek." Akhirnya, sedari tadi Riza yang hanya diam kini mengangkat suara.

Tangannya merangkul pundak Erfan yang tepat di sampingnya.
Sebelum Erfan membalas ucapan teman temannya Afkar sudah dulu pergi tanpa menghiraukan candaan mereka.

"Eh Af, tunggu dong lo main ngeloyor aja." Spontan semuanya mengikuti langkah Afkar. Melewati Felly dan Kenzo yang sedang duduk berdua tanpa menatap ke arah mereka. Sedangkan mata Felly tersadar dengan kehadiran mereka.

Kenapa tiba tiba Afkar nggak suka melihat Felly dekat dengan Kenzo? Kenapa hatinya menjadi panas ketika melihat mereka sedang berduaan? Dan kenapa rasanya mata Afkar tidak ingin berpaling menatap Felly? Kenapa? Padahal awalnya dia hanya ingin menjaga Felly dari Kenzo. Hanya itu. Pertanyaan itu semua yang sedang Afkar pikirkan.

Akhir akhir ini dia menjadi lebih aneh, sering galau, di basecamp selalu bernyanyi lagu lagu galau. Pokoknya serba galau deh. Membuat teman teman nya merasa bingung dengan sikap anehnya. Tapi sekarang, mereka sudah tahu siapa dan apa yang menyebabkan Afkar menjadi galau tingkat dewa.

Kelas masih sepi. Sesepi hati Afkar saat ini. Yaelah kuburan kali sepi.
Afkar membantingkan tasnya di atas meja, duduk di kursi dengan tangannya dia lipat atas didada. Pikiranya masih tertuju saat Felly duduk berdua dengan Kenzo.

"Af, lo dengerin gue baik baik." Riza duduk di sebelah Afkar merangkulkan tangannya di bahu Afkar.

"Nah tuh, lo harus dengerin apa kata Riza." Sahut Erfan nyamber perkataan Riza yang belum selesai.

"Gue belum selesai ngomong!"

"Tahu loh curut, main samber samber aja kayak petir." Spontan Erfan menjitak kepala Ahzam yang sudah mengatai dirinya curut.

"Sakit beru!!" Bukannya insyaf di jitak Erfan malah ngatain lagi untuk yang kedua kalinya.

"Lo tuh yang beru!!" Gak bakalan selesai nunggu Erfan dan Ahzam berhenti bertengkar cuma gara gara hal sepele.

Bertengkar juga bukan berarti tonjok tonjokan atau pukul pukulan. Tapi berantem adu mulut yang sama sekali gak berfaedah. Sehari mereka gak bertengkar rasanya dunia sepi. Walaupun terkadang mereka sangat kompak dalam berpendapat.

"Lo dengerin gue, kalau lo emang beneran suka sama Felly lo harus perjuangin perasaan lo sama Felly, kalau bisa lo tembak di depannya secara langsung. Lo gak boleh takut di tolak karena di tolak itu resiko seorang pria sejati." Debaks. Sejak kapan Riza jadi dramatis kayak gitu.

Tapi perkataannya barusan ada benernya juga. Afkar terdiam memikirkan apa yang di katakan Riza. Sahabat yang satu ini memang bisa di andalkan.

"Bener tuh yang di katakan Riza, kalau lo suka ungkapin jangan di pendem sendiri. Karena memendam perasaan itu lebih sakit dari pada cinta yang di tolak." Wah wah ini lebih debaks. Sejak kapan Erfan yang playboy, suka genit dan merayu cewek cewek kini benar benar sangat puitis and dramatis.

Semua mata memandang ke arah Erfan dengan tatapan yang tidak percaya.
"Gila lo! ternyata Erfan yang suka genit sama semua cewek bisa juga mengeluarkan kata kata manisnya. Sejak kapan lo belajar kata kata manis itu, hah?"

"Sembarangan lo! Gini gini juga gue sebenarnya setia kalau udah nemu cewek yang bener bener gue cinta." Erfan membantah ucapan Ahzam. Emang sih biasanya cowok berengsek itu terkadang lebih setia, dan lebih serius jika sudah benar benar jatuh cinta.

"Lo denger kan, apa kata sahabat sahabat lo yang alay alay ini, perjuangin jangan di sia siain." Suerr mereka mendukung. Sangat sangat mendukung perasaan Afkar saat ini. Dia beruntung, disaat orang tuanya tidak memperhatikannya, tidak mendapatkan dukungannya, di saat itu juga ada sosok lain yang selalu mensuport dan mendukunya selalu.

Afkar sangat beruntung mempunyai sahabat seperti mereka. Tanpa mereka mungkin kebahagiaan Afkar sudah terkubur dalam dalam, mengingat tanpa adanya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.

#Happy reading...

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang