#Episode 25

26 22 0
                                    

Jarak mereka saat ini sangat dekat, hanya hitungan senti. Sama halnya Felly, Afkar pun memandang wajah Felly dari dekat. Jantung nya kali ini berirama lebih cepat, seperti habis lari sepuluh km. Setelah Afkar mengobati luka Felly, handuk yang dia pegang di simpan dalam mangkuk kecil berisi air itu. Dan menatap Felly dengan tatapan serius.

"Cerita sama gue, apa yang sebenarnya terjadi." Afkar menatap Felly dengan serius, menunggu penjelasan dari Felly.

"Sebenarnya waktu gue habis dari toilet Terry and the geng datang, dia ngamcem gue supaya gue jauhin lo." Felly menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Afkar.

Terlihat jelas wajah Afkar yang mulai memerah setelah mendengarkan penjelasan Felly. Bagaimana tidak, siapa juga yang rela melihat orang yang kita sayang di hina apalagi sampai di bully seperti ini.

"Mereka ngapain lo aja?" Tanya lagi lebih penasaran lagi.

"Mereka nampar gue tiga kali, dan setelah itu mereka bawa gue ke gudang sekolah, ya lo tahu kan kalau gue itu takut sama kegelapan."

"Terry memang keterlaluan, lo tenang aja, gue pastiin mereka gak bakalan macem - macem lagi sama lo, apa lagi berani nyentuh lo." Felly menatap kagum pada Afkar. Perhatiannya membuat Felly merasa bahagia bisa memiliki Afkar, hingga tanpa dia sadari secarik senyum terlihat di bibirnya.

"Yaudah gue mau mandi dulu, habis itu gue anter lo pulang." Ucapnya sambil mengelus lembut rambut indah Felly. Lagi lagi Felly tersenyum. Ralat, bahkan sekarang pipinya merah seperti kepiting rebus.

Afkar berdiri, meninggalkan Felly menuju kamarnya untuk mandi. Sedangkan Felly masih fokus pada rambut yang barusan Afkar elus, sambil tersenyum tidak karuan. Tidak lama kemudian, Afkar turun dari tangga menggunakan kaos polos berwarna hitam yang di lapisi jaket berwarna biru muda serta celana jeans yang sangat cocok di pakainya.

Afkar menghampiri Felly yang tengah bersandar di kursi. Sepertinya Felly benar benar sangat lelah. Wajar saja setengah hari ini dia di kurung di gudang dengan rasa takut yang begitu memuncak. Dia mengulurkan tangannya pada Felly. Sedangkan Felly yang tengah menyenderkan badan serta kepalanya, kini mendongak melihat uluran tangan Afkar.
"Ayo...". Dengan anggukan serta senyuman Felly meraih uluran tangan Afkar. Mereka berdua pun menuju rumah Felly.
••••
Sesampainya di rumah Felly, suasana rumah terlihat sangat sepi sepertinya tidak ada penghuninya. Felly memasuki rumahnya, dia mencari mamahnya ternyata tidak ada. Pintu kamar Debby pun sudah di kunci sepertinya dia sudah tidur.

Syukurlah, kalau tidak dia pasti akan heboh ketika melihat Afkar datang ke rumah Felly malam hari. Tina sepertinya sedang keluar rumah, di cari kemana pun tidak ada. Sedikit membuat hati Felly lega, setidaknya Tina tidak melihat keadaan Felly saat ini.

"Mamah kayaknya gak ada di rumah, Debby juga udah tidur." Ucap Felly

"Yaudah sekarang lo istirahat, pasti lo capek banget biar gue antar lo ke kamar." Suruh Afkar.

Tanpa basa basi Felly langsung merangkul tangan Afkar menuju kamarnya. Entah mengapa semenjak mereka berdua pacaran Felly jadi sedikit manja, sikap cueknya sedikit berkurang. Felly membuka pintu kamarnya dengan Afkar yang masih setia menemaninya. Afkar melihat kamar Felly sambil tersenyum.

Bagaimana tidak, kamar Felly sangat rapih, dengan meja belajar yang di penuhi buku, serta rak buku yang tidak terlalu besar terpampang di sebelah meja belajarnya.

Wajar kalau Felly pintar, dirumahnya saja banyak banget buku buku. Kalau Afkar pasti sudah malas melihat buku yang ada di rumahnya.

"Gue mau ganti baju dulu, lo tunggu di sini sebentar." Afkar hanya mengangguk sebagai jawaban. Sambil menunggu Felly ganti baju di kamar mandi, Afkar menghampiri meja belajar Felly, serta tidak lupa dia membaca beberapa buku di rak buku Felly, walaupun hanya sekilas lalu di simpan lagi.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang