Untuk yang kesekian kalinya Felly piket hanya tiga orang, Diky dan Agni. Emang yah mereka itu gak peka. Udah tahu piket bertiga itu capek nya minta ampun. Di laporin ke Wali kelas baru tau rasa.
Kali ini Mona dan Airin lebih memilih membantu Felly piket dari pada harus nunggu lama. Kan pegel. Mereka membagi tugas. Felly, Agni dan Airin menyapu lantai. Sedangkan Mona dan Diky mengangkat kursi.
Yah, walaupun Mona seorang cewek jangan di sangka dia sosok cewek yang kuat dan tangguh. Ukur mengangkat kursi sih gak ada bandingan dengan tenaganya.
"Cewek kok tenaganya kayak cowok!" semua yang ada di kelas menoleh ke sumber suara. Di lihatnya Afkar bersama teman temannya berdiri di depan pintu kelas.
Tatapan Mona beralih pada sosok cowok yang sudah membuat darahnya hampir mendidih. "Ngapain lo ada disini?" Tanya Mona dengan suara nge gas.
"Gue mau jemput lo." Jawab Riza dengan santainya. "Jangan bercanda, gak lucu! " Mona acuh. Tidak menghiraukan perkataan Riza dia lebih memilih fokus mengangkat kursi.
"Kalian ngapain ada disini?" Sekarang giliran Felly yang bertanya. Heran kenapa tiba tiba mereka datang ke kelas mereka. Gak ada angin gak ada hujan.
"Lo lupa, Chat gue semalem?" Felly memutar bola matanya. " Chat yang mana?" Felly berhenti menyapu, masih belum fokus dengan ucapan Afkar.
"Lo lupa apa pura pura lupa. Gue kan sekarang mau ke rumah lo." Semua orang menatap Afkar dengan terheran. Terutama Felly dia hanya mematung sambil memegang sapunya.
"Ya ampun gue kira semalem Afkar cuma bercanda, tau nya beneran. Udah sedeng nih orang " Batinya menggerutu.
"Gila lo Af, diam diam menghanyutkan juga." sindir Erfan sambil mendorong lengan kiri Afkar perlahan.
"Udah buruan piketnya gue tunggu lo di tempat parkir." Kepergian Afkar membuat Felly menggerutu sendirinya.
Kenapa Afkar bisa sampai nekat mau kerumahnya. Padahalkan sebelumnya dia belum pernah membawa cowok pergi ke rumahnya. Bener bener nekat nih orang.
"Nih orang rasanya pengen gue jitak, nekat banget sih jadi orang Sebel sendiri gue jadinya." Gerutu Felly menghentakkan kakinya ke lantai. Melampiaskan kekesalannya pada lantai.
Selesai. Felly, Mona dan Airin sudah menyelesaikan pekerjaannya. Mereka mengambil tas lalu pergi menuju gerbang. Belum sempat mereka sampai di gerbang Afkar dan teman teman nya muncul seketika seperti Jin tomang.
Mereka menghampiri Felly, Mona dan Airin yang hendak keluar dari gerbang. Afkar menahan kepergian mereka, menggenggam tangan Felly dan membawa nya pergi ke tempat parkir mengambil motornya. Spontan Felly kaget tiba tiba di tarik paksa tanpa menunggu jawabannya.
"Lo ngapain sih tarik tarik tangan gue?" Felly menggerutu memegang tangannya yang Afkar genggam.
"Kalo lo nggak gue gituin yang ada lo kabur." jawabnya dengan santai tanpa memperdulikan wajah Felly yang manyun.
"Udah buruan naik." perintah Afkar yang sudah siap dengan helmet yang di kepalanya dan jaket merah perpaduan dengan warna abu abu yang sangat sepadan dengan kulit putihnya.
Dalam hati Felly menggerutu. Tapi tetap dia tahan. Dengan terpaksa Felly naik motor Afkar yang sudah sering dia naiki.Tiba di rumah Felly yang sejuk dengan tanaman dan bunga yang tertata rapih dan terlihat sangat menawan.
Memang, Mamah Felly sangat hoby merawat tanaman, apalagi bunga anggrek. Tina sangat suka dengan bunga anggrek. Bahkan dari sekian bunga yang ada di rumah Felly, bunga anggrek lebih mendominan. Ada anggrek putih yang sangat menawan, anggrek ungu yang indah dan masih bayak lagi jenisnya.
Felly membuka pintu rumahnya yang tidak di kunci. Mengucapkan salam yang dibalas salam oleh Tina. Kedatangan mereka di sambut hangat oleh Tina. Felly mencium punggung tangan Tina begitupun dengan Tina yang mencium kening anaknya itu.
Melihat keharmonisan antara Felly dan mamahnya, Afkar jadi teringat pada Bagas dan Meli. Dia belum pernah di cium selembut itu oleh orang tuanya. Jangan kan di cium menyapanya saja sangat jarang. Itupun kalau Afkar pulang ke rumah larut malam. Bukan sapaan yang di terima tapi teguran.
"Mah, kenalin ini Afkar teman Felly dia mau belajar bareng sama Felly." Felly memperkenalkan Afkar pada mamahnya.
"Afkar tante." Afkar mengulurkan tangan nya memperkenalkan diri kepada Tina yang menerima uluran tangan nya.
"Wahh gantengnya. Gak pernah loh Felly itu bawa temen cowok ke rumah. Paling yang datang kesini cuma Mona sama Airin." Felly menepuk jidatnya malu.
Kenapa mamahnya harus mengatakan kalau dia belum pernah membawa temen cowok nya main ke rumah. Yang ada Afkar menyangka dia tidak laku.
"Mah, apaan sih jangan ngomong macem macem deh. Mulai kan bawelnya."
"Mau gimana lagi kan udah kebiasaan Mamah, jadi susah buat di kontrolnya. Yaudah kamu sama Afkar belajar aja di ruang tamu. Mamah mau ke dapur gak mau ganggu kalian berdua." Tina mengelus lembut bahu Felly yang di balas senyum remeh Felly. Dan itu membuat Afkar sangat iri.
"Mamah lo lucu juga."
"Iya lucu tapi kadang bawelnya itu bikin telinga gue sakit." Felly memegang telinganya menunjukan ekspresi meringisnya.
"Seharusnya lo itu bangga punya Mamah yang perhatian sama lo." Ucap Afkar tanpa menatap wajah Felly.
"Iya sih gue juga seneng banget punya Mamah yang perhatian banget sama gue, ya walaupun kadang bawelnya gak ketulungan." Felly mengangkat kedua bahunya.
"Oh ya, lo gak izin dulu sama orang tua lo, siapa tahu mereka khawatir sama lo karena kan lo bakal pulang malem. Lo kan anak mamih." Felly melirik ke arah Afkar sambil tersenyum meledek. Sedangkan yang di liriknya hanya diam mematung.
"Boro boro gue anak mamih, di perhatiin aja gak pernah." Batin Afkar yang masih diam mematung.Afkar menatap ke arah Felly yang kini sedang fokus pada buku catetannnya. "Lo kali yang anak mamih, pulang sekolah aja lo di cium keningnya, gue mana pernah di gituin." Terlihat jelas wajah Afkar yang penuh dengan kesedihan.
"Maksud lo?" Felly menautkan alisnya tidak mengerti.
"Udah gak penting, mending sekarang kita mulai belajarnya." Alesan. Afkar mengalihkan pembicaraan nya. Dia tidak mau terjebak dalam pertanyaan pertanyaan yang nantinya membuat Afkar bingung untuk menjawab. Dia tidak mau bergelut dalam situasi yang tidak Afkar harapkan.
Tidak terasa malam semakin larut. Saatnya Afkar beranjak dari rumah Felly. Afkar membereskan buku yang berserakkan di meja, memasukkan nya ke dalam tas. Disaat Afkar hendak meninggalkan ruang tamu, Mamah Felly muncul membuat langkah Afkar terhenti.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Tina.
"Iya tante, udah malem" Afkar menjawab dengan sopan.
"Makan malem dulu yuk, tante udah masak banyak lo, kan jarang jarang Felly bisa makan sama cowok."
"Maaf tante bukannya saya menolak, tapi ini kan udah malem jadi saya mau langsung pulang aja.""Yaudah gak papa, hati hati di jalan ya bawa motornya pelan pelan aja jangan ngebut, ini kan udah malem." Afkar menatap Tina penuh haru, belum pernah dia di perhatikan seperti itu. Bahkan Mamah dan Papah nya saja nggak pernah memperhatikannya. Paling juga Bi Minah.
"Iya tante, kalau gitu saya permisi." Afkar berpamitan pada Tina. Dia pergi menuju motornya yang terparkir gagah di luar. Felly mengantar Afkar sampai depan rumahnya.
"Mamah lo orang baik. Jangan pernah lo kecewain mamah lo. Jangan pernah membuat mamah lo meneteskan air mata karena lo. Gue pamit." Afkar menaiki motor merah kesayangannya, memakai helmetnya dan langsung pergi.
Tidak ada kata kata yang Felly keluarkan, dia masih menatap bingung dengan perkataan Afkar barusan. Sampai motor Afkar enyah tidak tampak lagi oleh kegelapan malam.
"Itu anak kenapa ? Kesambet ? Tiba tiba ngomong gitu. Tapi kalau di pikir pikir dia dewasa juga. Salut gue sama dia." Tanpa dia sadari, Felly menarik bibirnya menjadikan sebuah senyuman. "Astaga, kenapa gue jadi mikirin dia. Sadar Fell sadar." Felly menepak nepak pipinya, menghentak hentakkan kakinya ke lantai. Felly pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang masih tidak bisa di tebak.
#Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Teen FictionAfkar Reister, cowok tampan yang menjadi idaman para wanita di sekolahnya, sekaligus ketua geng The Tougher yang dia pimpin bersama ketiga sahabatnya. Awalnya Afkar hanya ingin melindungi seorang cewek yang selalu di ganggu oleh musuhnya. Seorang...