#Episode 20

23 24 0
                                    

Afkar membenarkan posisi duduknya, meletakkan tangannya di atas lutut dan menautkan kedua tangannya.

"Sorry ya gue lama." Felly duduk di samping Afkar, menyimpan bukunya di atas meja.

"Gak papa, lagian gak lama juga." Afkar menggeleng, pertanda kalau dia tidak merasa di buat menunggu. Karena sebagian orang bilang Menunggu itu gak enak.

Melihat wajah Afkar yang terlihat santai, secarik senyum tertarik di bibirnya. "Oh ya, Bay the way, Mamah lo kemana? Kok gue gak liat dia?" Mata Afkar melihat kesekeliling rumah Felly tidak terlihat siapa siapa kecuali televisi yang menyala tanpa ada yang menonton. Paling juga bekas Debby yang suka lengotan.

Kebiasaan Debby yang selalu lupa akan sesuatu. Bahkan pernah waktu dulu Debby tinggal di rumah Felly. Nonton televisi sendirian tanpa ada yang mengganggu, karena semua orang tahu kalau Debby paling gak suka nonton di ganggu.

Dia teriak teriak di dalam rumah menghebohkan semua orang yang ada di rumah. Memanggil Felly, mamahnya, bahkan papah Felly waktu masih di rumahnya. Sampai semua orang yang ada di rumah menghampiri Debby. Penasaran dengan anak itu. Suaranya sungguh menggema menghebohkan satu Kecamatan. Okehh terlalu berlebihan.

"Mah, mamah liat remot TV gak, masa aku cari-cari gak ketemu." Debby menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Ya ampun Debby, kamu kebiasaan deh suka lupa_" ucapan mamah Debby di potong oleh ucapan Debby. "Ahh gue tahu, pasti lo kan Fell yang udah nyembunyiin remot nya, iyakan?, secara lo kan pengen juga nonton, iyakan? Udah cepetan mana remotnya balikin." Debby mengulurkan tangannya meminta pada Felly.
Tangan Felly melipat, memutarkan bola matanya 180 derajat. Menarik napasnya dalam dalam. "Otak lo udah nyungseb ya, lo tau gak remot itu ada dimana?" Mata Felly melirik ke arah tangan kiri Debby. "Kalo gue tahu gak mungkin gue nanya, lemot." Balasnya. "Yang lemot itu lo, remot ada di tangan lo aja bisa lupa." Felly menyunggingkan senyumnya, melihat ekspresi Debby yang sangat terkejut melihat remot yang dia cari ternyata ada di tangan nya sendiri. Sungguh memalukan.
"Udah kalian gak usah ribut, mendingan kalian nonton bareng-bareng aja, kan lebih seru." Papah Felly menjadi penengah anatara Felly dan Debby. "Gak ah, Felly sibuk gak kayak dia main mulu." Ucapnya sambil pergi meninggalkan Debby yang mematung karena malu sekaligus sebal dengan ucapan Felly barusan.

Tidak ada siapa siapa, heran kemana mamahnya pergi? Biasanya juga kalau Felly pulang bareng Afkar mamahnya selalu semangat menyambut hangat kedatangan Afkar. Tapi kali ini, jangankan menyambut mereka, kelihatan batang hidungnya aja nggak.

Felly menaikkan bahunya, tidak tahu. Biasanya juga kalau mamahnya pergi selalu bilang, takutnya Felly mencarinya tapi sekarang, menghilang begitu aja.
Berfikir sejenak, mengabaikan pertanyaan Afkar sejenak.

"Mungkin mamah lagi keluar." Felly menjawab dengan sedikit ragu, dia aja gak tahu dimana mamahnya sekarang.

"Gue laper nih." Tangan Afkar refleks memegang perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan. Menyadari akan hal itu Felly mengerutkan dahinya.

"Lo laper ya, tapi mamah gue kayaknya gak masak deh, sekarang aja dia gak ada." Felly merasa tidak enak hati membiarkan tamunya yang sedang kelaparan.

"Yaudah kita makan di luar." Spontan Afkar memegang tangan Felly menariknya pergi untuk mencari makan.

"Ehh ehh mau kemana? Kita kan mau belajar." Felly meronta mencoba melepaskan genggaman tangan Afkar yang begitu erat.

Berjalan di keheningan malam. Hanya suara jangkrik yang terdengar, sesekali motor dan mobil melewati jalanan. Kebetulan daerah perumahan Felly tidak di tengah tengah kota. Jalanan yang mereka lewati juga tidak seramai jalanan kota, yang setiap detiknya ramai oleh kendaraan bermotor dan mobil mengisi kelengangan gelapnya malam.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang