Felly, Mona dan Airin menatap ke arah Riza yang masih menatap kepergian cowok itu. Walaupun sebelumnya Felly pernah melihat orang berantem bahkan lebih parah dari ini. Tapi tetap saja Felly kaget karena kan ini di sekolah bukan luar sekolah yang bebas berantem semau kita, kalau ada guru yang lihat gimana. Yang ada mereka semua di hukum.
"Lo nggak papa?" Tanya Riza dengan serius.
"Apaan sih lo." Mona pergi, namun langkahnya terhenti ketika Riza menahan tangannya.
"Kenapa pergi, bilang makasih ke apa ke."
"Lagian gue gak minta bantuan lo, minggir!" Acuh, Mona pergi meninggalkan Riza yang mematung, di ikuti oleh Felly dan Airin.Sial, harapannya pupus sudah. Padahalkan dia berharap kali ini Mona bilang terimakasih atau memujinya. Tapi nyatanya dia malah cuek dan acuh.
Tertawa di atas penderitaan orang lain. Cocok untuk Afkar, Erfan dan Ahzam yang saat ini tertawa lepas. Menertawakan Riza yang saat ini memasang wajah melasnya.
"Gue kira Mona bakalan bilang makasih, tahunya lo malah di cuekin, ngakak gue." Afkar memegang perutnya yang terasa berat karena sedari tadi dia tidak berhenti tertawa.
"Ngakak sejakarta gue." Okeh mungkin Erfan terlalu berlebihan.
"Nasib, nasib, jelek banget sih nasib lo. Yang sabar ya broo." Ahzam mendekati Riza menepuk pundaknya sambil menyisakan tawanya sedikit. "Iya, kayak lo jelek." Celetuk Riza membuat Ahzam memanyunkan bibirnya.
Susah payah Felly dan Airin mengejar Mona yang sudah sangat jauh. Entah apa yang ada di pikiran Mona kenapa dia malah jutek sama Riza, padahalkan dia udah nolongin. Bukannya bilang makasih malah di jutekin. Aneh.
"Mon, lo kenapa sih marah marah terus?" Felly merangkul pundak Mona.
"Gue lagi sebel." Sumpah, wajah Mona kali ini benar benar di tekuk. Terlihat jelas di raut wajahnya yang sedang ancur mood nya.
"Lagian lo itu kenapa lagi marah marah sama Riza, harusnya kan lo bilang makasih karena dia udah nolong lo." Benar. Yang di katakan Airin memang benar. Seharus nya Mona tidak bersikap dingin pada Riza. Kalau bisa sih ke semua orang.
"Gak tahu gue, setiap gue liat muka tuh orang rasanya pengen banget cakar cakar mukanya." Mona mengepalkan tangannya. Menunjukan betapa kesalnya dia pada Riza.
"Awas lo jangan terlalu benci sama Riza yang ada nanti lo malah kecantol." Felly menggoda Mona dengan senyum jail nya.
"Ihhh, amit amit gue suka sama tuh cowok, udah lah mendingan kita ke kelas bentar lagi masuk." Mona menarik tangan Felly dan Airin. Tidak mau lama lama mendengar sahabat nya itu terus menggodanya, apalagi tentang Riza.
"Yeee bilang aja lo salting." Mona tidak memperdulikan ucap Airin yang hanya membuatnya semakin jengkel.
Menarik paksa mereka rasanya lebih baik dari pada terus mendengar ocehan yang membuat telinga Mona panas. Sudah menjadi hobi Felly dan Airin menggoda dan merayu Mona. Apalagi melihat ekspresi Mona yang lucu, makin anteng mereka menggoda.
Sampai akhirnya mereka tiba di depan kelas yang hanya berjarak sekitar 3 meter. Berhenti tepat di depan pintu, melihat Kenzo yang sedang berdiri didepan kelas mereka, seperti mencari seseorang."Kenzo, lo ngapain ada di sini?" Tanya Felly yang baru saja datang. "Gue khawatir sama kalian, tadi gue denger dari anak anak katanya kalian ribut sama anak cowok, tapi kalian gak papa kan?." Tanya kembali Kenzo memastikan keadaan mereka baik baik saja.
"Kita gak papa kok, tadi di tolongin sama Riza." Ucapan Felly membuat wajah Kenzo berubah, yang tadinya berseri kini berubah di tekuk. "Syukur deh kalo kalian gak papa." Ujar Kenzo, mencoba untuk bersikap biasa. "Btw makasih lho, lo udah khawatir sama kita." Sahut Airin. "Ya pasti lah kalian kan sahabat gue, udah pasti gue khawatir sama kalian." Jawabnya. Membuat ketiga cewek di depannya tersenyum takjub.
****
Semua siswa keluar dari kelasnya masing masing. Senyum sumringah dan kebahagiaan terlihat jelas di wajah mereka. Siapa sih yang gak seneng kalau terbebas dari pelajaran yang membuat kepala puyeng dan keleyeran. Sedikit demi sedikit siswa kelas 11 Ips 2 sudah mulai keluar dari kelas, hanya menyisakan beberapa orang yang sedang membereskan buku lalu memasukkan nya ke dalam tas.Tidak terkecuali dengan Afkar dan teman temannya. Selalu, mereka selalu terakhir keluar kelas jika bel pulang sudah berbunyi. Biasa, mereka tidak terlalu terburu buru untuk pulang, memperlambat waktu dengan bercanda atau membicarakan sesuatu yang kadang penting atau tidak sama sekali.
"Gila, nih cewek cantik banget, kulit putih, hidung mancung, dan waw seksi banget, demen gue cewek kayak gini."
Erfan heboh sendiri, dengan ponsel yang dia genggam. Untung saat ini kondisi kelas sudah sepi hanya menyisakan mereka berempat, kalau gak, bisa heboh sekelas oleh teriakkan Erfan."Cewek terus yang lo pikirin, gak ada apa yang lo pikirin selain cewek." Nah, itu pertanyaan atau pernyataan yang Ahzam lontarkan.
"Bilang aja lo sirik karena gak laku." Erfan menembal dengan sedikit menyindir Ahzam.
"Lo pikir selama ini lo laku, yang ada lo sendiri yang genit genit sama cewek, yahhh lo juga sama gak laku, gak laku, gak laku." Ahzam menyindir Erfan dengan sedikit goyang ala chiken.
Emang yah, muka doang yang ganteng tapi otak gak ada yang bener. Ke orang gila semuanya. Alhasil, Erfan tidak memperdulikan Ejekan Ahzam dia hanya fokus pada ponsel yang dia pegang.
"Lo berdua, gak bisa apa gak ribut sehari aja, pusing gue liatnya." Riza merasa bingung dengan kedua sahabat yang amat konyol itu.
"Udah Za, gak usah di buat bingung mereka, kan gitu orangnya, oon semua." Senyum di bibirnya tertarik. Afkar senang melihat ekspresi Erfan dan Ahzam yang terlihat kaget mendengar ucapannya.
"Sembarangan! lo kalau ngomong." Serentak Ahzam dan Erfan bersamaan."Ciee yang barengan." Celetuk Afkar.
"Lo ngapain ngikutin gue." Sahut Erfan menunjuk ke arah Ahzam. "Lo yang ngikutin gue." Timpal Ahzam yang sama sama saling tunjuk. "Siapa juga yang ngikutin lo." Suerr,, kalau gini caranya sampe ayam melahirkan pun gak bakalan selesai.Gak ada cara lain, hanya menyumpal mulut mereka untuk menghentikan pertengkaran mereka yang gak ada faedahnya. Afkar menyumpal mulut Ahzam dengan telapak tangannya, begitupun dengan Riza yang menyumpal mulut Erfan. Pergi keluar dengan membawa itik itik ini yang kehilangan induknya.
Keduanya meronta ingin di lepaskan, sampai akhirnya Afkar dan Riza pun melepaskan mereka berdua.
"Sial lo berdua! bisa bisa kita mati tahu gak." Ahzam mengeluh mengatur nafasnya yang sedikit ngosngosan.
"Eh, kalian mau apa? kita yang ganteng nya gak ketulungan ini mati, yang ada lo berdua kangen sama ke gantengan kita." Erfan pun sama mengeluh. Mengeluarkan kata kata yang seakan akan mereka memang sangat sangat teramat ganteng. Katanya.
Mengabaikan ocehan mereka yang gak penting lebih baik dari pada terus mendengarkan nya. Dengan sendirinya mereka berhenti mengoceh. Suasana sekolah sudah sepi, karena bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Hanya menyisakan lima sampai enam orang yang sedang duduk santai atau hanya sekedar ngobrol ngobrol biasa.
Mata Afkar bertemu dengan seseorang yang dia tunggu tunggu. Ya, Felly siapa lagi kalau bukan cewek itu. Afkar menyinggungkan senyuman. Pandangan mereka bertemu. Berhenti dan saling tatap. Afkar mengencangkan tas yang terpasang di bahu kanannya. Melangkah, satu langkah mendekati posisi Felly.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Novela JuvenilAfkar Reister, cowok tampan yang menjadi idaman para wanita di sekolahnya, sekaligus ketua geng The Tougher yang dia pimpin bersama ketiga sahabatnya. Awalnya Afkar hanya ingin melindungi seorang cewek yang selalu di ganggu oleh musuhnya. Seorang...