#Episode 02

103 60 0
                                    

Satu persatu kaki Afkar melewati tangga rumah nya menuju meja makan. Terlihat kedua orang tuanya yang sudah stand by duduk sambil makan roti dengan terburu buru dengan dokumen dokumen penting yang di pegang mamahnya serta tas kantor yang sudah di dekap Papahnya.

Afkar menghembuskan nafas pasrah. Dia tau orang tua nya pasti akan segera beranjak dari meja makan tanpa menghiraukan nya.

Afkar mendekati meja makan, namun saat Afkar ingin duduk berbaur dengan mereka tiba tiba kedua orang tua nya beranjak dari tempat duduk nya membuat Afkar membualatkan matanya. Kaget.

"Mamah berangkat kerja dulu ya sayang,ada metting mendadak" Meli. Mamah Afkar tergoyah buru buru membereskan dokumen dokumen pentingnya.

"Papah juga ada janji sama klien." Sahut bagas. Papah Afkar. Sedangkan Bi Minah yang sedari tadi menyaksikan hanya menatap Afkar prihatin. Wajar karna Bi Minah kerja di rumah Afkar sudah 17 tahun.

Dia juga yang selama ini mengurus,mengasuh dan mengajari Afkar. Bukan kedua orang tua nya yang sibuk dengan pekerjaannya.Walaupun yang mereka lakukan semuanya juga untuk membiayai kehidupan Afkar.

Afkar menatap kepergian orang tuanya dari dalam hingga mobil yang di bawa mereka keluar gerbang. Hilang. Lenyap. Di telan waktu.

Bi Minah mendekati Afkar lalu mengelus pundak Afkar secara halus.Tatapan Afkar masih tertuju keluar rumah. Kosong.

"Den, Aden yang sabar ya." ucap Bi Minah dengan lembut membuat hati Afkar menjadi lebih tenang.

"Iya Bi, bibi udah sarapan?" tanya nya dengan senyum tulus pada sosok yang sudah membesarkan nya.

"Belum den." Jawab Bi Minah dengan sempoyong.

"Yaudah kalau gitu sarapan bareng aku aja." Afkar memegang pundak Bi minah sambil mendudukan di meja makan.

Pagi ini Bi Minah yang menemani Afkar sarapan.Walaupun masih ada yang kurang namun Afkar menikmati sarapan bersama Bi minah. Setidaknya pagi ini dia sarapan tidak sendiri lagi.

Afkar melewati setiap koridor menuju kelasnya. Afkar berjalan dengan tatapan fokus kedepan.Tas yang dia sangkutkan di pundak sebelah kanan nya serta tangan kirinya yang dia selipkan kedalam saku celana.

Sepertinya pagi ini dia berangkat tidak terlalu pagi dan tidak juga terlalu siang. Sekolah sudah mulai ramai di penuhi oleh siswa yang berlalu lalang. Setibanya didepan kelas tepatnya 11 ips 2 Afkar menatap datar suasana kelas nya.

Terlihat kelas masih sepi hanya ada beberapa temannya yang sudah stand by di kelas.Ya sekitar 2 cewek dan 1 cowok yang sibuk dengan ponsel nya masing masing. Afkar duduk di mejanya tepatnya barisan ke tiga di sebelah pojok. Afkar termenung masih terngiung di pikirannya tentang kedua orang tua nya yang sibuk dengan pekerjaanya.

Selang beberapa menit Riza duduk di samping Afkar yang kebetulan satu bangku dengan nya. Namun tatapan Afkar masih kosong dia belum menyadari bahwa Riza sedari tadi sudah datang dan memeperhatikan nya. Tidak hentinya Riza menatap aneh sahabatnya. Dia hanya menautkan kedua alisnya.Tangan nya gesit melambai lambaikan di depan muka Afkar. Afkar masih tidak sadar.

"Woy, lo pagi pagi udah bengong aja, lo mah kebiasaan setiap pagi selalu bengong." Tepukan Riza sangat kencang membuat Afkar tersadar dari lamunan nya dan terkejut.

"Lo ngagetin aja" jawabnya dengan wajah datar.

"Lo kenapa sih ada masalah?" Riza sudah bisa menebak walau hanya dengan melihat raut wajah Afkar yang murung.

"Biasa." jawab Afkar singkat padat jelas. Riza mengangguk anggukkan kepalanya pertanda dia sudah tau walaupun jawabannya hanya sekedar 'biasa' tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mengetahui masalah yang Afkar hadapi.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang