"Om, Tante, Saya mau bicara sama kalian, mungkin ini bukan waktu yang tepat buat Saya bicara, tapi mungkin juga ini saat yang tepat Saya bicara sama kalian." Meli yang bingung dengan perkataan Felly pun melepaskan kepalanya dari sandaran Bagas.
"Memangnya kamu mau ngomong apa?" Tanya Bagas yang sama sama penasaran dengan perkataan Felly.
"Saya sebelumnya minta maaf kalau saya lancang bicara ini sama kalian, saya bukan mau ikut campur, tapi saya gak bisa melihat Afkar setiap harinya selalu sedih, kesepian, dan merasa dia selalu di abaikan." Meli dan Bagas terdiam, melihat betapa serius Felly berbicara.
"Om, Tante, saya mohon banget sama kalian, sayangi Afkar, kasih dia perhatian, selama ini Afkar selalu cerita kalau dia sangat ingin di perhatikan sama kalian seperti halnya anak anak lain yang di perhatikan oleh orang tuanya. Bahkan dia ingin sekali setiap hari sarapan, makan siang, dan makan malam bareng kalian. Saya tahu, selama Afkar menceritakan semuanya dia mencoba untuk menahan air matanya, dia mencoba untuk lebih tegar. Sekali lagi saya benar benar minta maaf kalau saya sangat lancang dan ikut campur masalah kalian."
Felly tau mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk dia menceritakan masalah Afkar, apalagi dengan kondisi Afkar yang sekarang sedang kritis, tapi bagaimana pun juga mereka harus tahu perasaan Afkar selama ini, dia berhak mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya.
Meli semakin menjadi, dia menangis terisak mendengar perkataan Felly yang menyentuh kalbunya. Felly benar, selama ini mereka hanya di sibukan oleh pekerjaan, mereka tidak pernah memperhatikan Afkar.
Bagas dan Meli teringat dengan perkataan Dokter Haris yang hampir sama dengan yang Felly katakan barusan. Berarti benar, selama ini Afkar tersiksa karena kurangnya kasih sayang mereka.
"Benarkah Afkar mengatakan itu semua sama kamu.?" Tanya Meli sambil menghapus air mata di pipinya.
"Benar tante, jadi saya mohon banget sama kalian jangan terlalu sibuk sama pekerjaan kalian, Afkar sangat butuh Om sama tante." Felly mencoba untuk meyakinkan Bagas dan Meli.
"Om benar benar tidak tau tentang perasaan Afkar selama ini, Om sangat menyesal, Om bukan Ayah yang baik untuk Afkar." Lirih Bagas yang kini matanya mulai berkaca kaca.
Meli memeluk Felly, dia benar benar bahagia berkatnya mereka sadar akan kesalahan mereka.
"Makasih sayang, berkat kamu kita sekarang sadar kalau Afkar sangat membutukan kita."ucap Meli setelah melepaskan pelukannya.
Felly tersenyum, dia lega akhirnya semua yang dia katakan tidak sia sia. Awalnya dia fikir Meli dan Bagas tidak terima dengan semua perkataannya, tapi nyatanya mereka menerimanya.
"Om seneng banget Afkar punya pacar yang baik seperti kamu, dan terimakasih selama ini kamu sudah membuat hidup Afkar tidak kesepian lagi." Lagi lagi Felly tersenyum mendengar ucapan Bagas yang memujinya. Meli menghampiri Afkar mengelus rambut Afkar dengan lembut.
"Sayang, maafin Mamah sama Papah ya, selama ini kami tidak pernah memperhatikan kamu, Mamah sayang sama kamu." lirih Meli tepat ditelinga Afkar, seketika air mata Afkar jatuh dari pejamnya. Sayang, semuanya tidak menyadarinya.
Sudah 3 minggu Afkar masih terbaring di rumah sakit dengan peralatan yang setia menempel di badan nya. Setiap hari Felly selalu datang menjenguk Afkar, mengajaknya bicara, mencoba bercerita tentang pertama kali mereka bertemu hingga mereka berpacaran.
Walaupun Felly tahu Afkar tidak mendengarnya, tapi dia selalu berharap Afkar bisa mendengar semua yang di ucapkan.
"Afkar, Lo kok gak bangun bangun sih, lo gak kangen apa sama gue, gue aja kangen banget sama lo, sama senyum lo yang buat jantung gue berdetak kayak gempa bumi." Felly tersenyum menyadari perkataannya yang mulai ngawur."Afkar lo denger gue kan, masa sih dari tadi gue ngomong lo diem aja, kan jahat." Felly menggenggam tangan Afkar, memanyunkan bibirnya, kemudian tersenyum.
"Lo jangan lama-lama ya tidurnya, cepet bangun, gue kangen sama lo. Yaudah gue berangkat sekolah dulu. I LOVE YOU." Lirih Felly mendekatkan mulutnya ke telinga Afkar, lalu mencium kening Afkar.
Setelah Felly keluar, jari tangan kanan Afkar bergerak tanpa sepengetahun Felly.
Setiap hari sebelum berangkat sekolah dia selalu menyempatkan waktu untuk bertemu Afkar, berangkat setelah subuh dengan seragam sekolah yang sudah dia kenakan. Karena Felly selalu berharap ketika dia datang kerumah sakit Afkar sudah sadarkan diri.
"Tante, Felly berangkat sekolah dulu." Felly pamit pada Meli yang baru datang membeli makanan.
"Hati hati ya, makasih setiap hari kamu selalu kesini untuk menjenguk Afkar." Ujar Meli mengelus pundak Felly.
"Itu udah kewajiban Felly tante."
Semenjak Afkar kritis dan di rawat di Rumah Sakit, selama beberapa minggu Felly sama sekali tidak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya di sekolah, seakan semangatnya hilang. Luntur.***
Felly tengah duduk di salah satu koridor, dia melamun memikirkan keadaan Afkar yang sama sekali tidak ada perubahan. Felly rindu, sangat rindu, bahkan dia rindu senyum Afkar yang selalu membuat hatinya dan jantungnya berdebar. Dia rindu saat bersama menghabiskan waku berdua, dia rindu canda Afkar.
"Felly, lo ngapain ngelamun?" Tanya Kenzo yang baru datang dan langsung duduk di samping Felly. Felly menoleh dengan wajah datarnya.
"Gue kangen banget sama Afkar." Gumam Felly. Kenzo memegang tangan Felly dengan senyum yang dia ciptakan.
"Lo harus sabar, gue yakin sebentar lagi Afkar pasti bakalan ceper sadar." Kenzo berucap menenangkan hati Felly.
"Gue tau, tapi gue bener bener kangen banget sama Afkar, bisa mati gue kalo Afkar gak bangun." Kenzo tertawa kecil mendengar ucapan Felly yang menurutnya sedikit lebay.
"Lo gak boleh ngomong gitu, seharusnya lo yakin sebentar lagi Afkar pasti bangun dari kritisnya, percaya sama gue. Gue juga yakin dia juga pasti kangen sama lo." Felly menoleh, wajah yang tadi nya cemberut kini tercipta senyuman dari bibirnya.
"Makasih lo selama ini selalu dukung gue."
"Gue kan sahabat lo." Baik Kenzo maupun Felly akhirnya tertawa.
#Happy reading guys...

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Teen FictionAfkar Reister, cowok tampan yang menjadi idaman para wanita di sekolahnya, sekaligus ketua geng The Tougher yang dia pimpin bersama ketiga sahabatnya. Awalnya Afkar hanya ingin melindungi seorang cewek yang selalu di ganggu oleh musuhnya. Seorang...