SEPULUH

5.5K 475 70
                                    

"Wah, wah, kalian ngapain?!" Suara berat itu menggema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, wah, kalian ngapain?!" Suara berat itu menggema.

"Emmm, Ken lepas, huh ...." Dorongan keras Shira berikan kepada mantan suaminya.

"Kalian berdua berbuat mesum?" Shira menggeleng cepat.

"Pak, ini ...."

"Kamu tau aturan di desa ini 'kan, Shira? Kalau ada yang berbuat mesum harus apa?" ujar lelaki paruh baya itu tegas.

"Pak, saya bisa jelasin," ujar Shira mengelap kasar bibirnya. "Ken, aku mohon jelaskan." Mata Shira berkaca, menatap Farrel yang masih setia membisu.

"Memang aturannya apa kalau berbuat mesum di sini?" tanya lelaki itu tanpa dosa.

"Ken Farrel!" Teriak Shira.

"Apa?" jawab lelaki itu santai.

"Kalian harus menikah."

"Menikah?" Dahi Farrel mengkerut. "Hanya karena berciuman harus menikah?"

"Ini pedesaan, aturan di sini begitu, sudah turun temurun." Jelasnya.

"Pak, saya mohon, saya bisa jelaskan, lelaki ini yang jahat, dia hampir memperkosa saya, iya 'kan?" Shira menatap Farrel sendu, berharap lelaki itu mengalah.

"Kita melakukannya sama-sama suka, Shira, bukan 'kah aku tadi mengajakmu ke hotel tapi kamu sudah tidak tahan?" Terkutuklah dakjal satu ini yang malah mengarang sesuatu yang tidak terjadi.

"KEN, JAGA MULUTMU!" Shira mengamuk. "Bagaimana kamu bisa sejahat ini padaku?!" Ditariknya kemeja lelaki itu secara bruntal.

"Eh, ada apa ini ramai-ramai?" Ibu kontrakan datang, beserta beberapa warga yang mulai berkerumunan.

"Mati kamu Ken, mati saja, Dakjal!" Shira mencabik kasar rambut mantan suaminya.

"Stop!" Teriakan penuh penekanan yang ternyata adalah pak RT membuat aksi Shira terhenti. "Ada apa, ada yang mau menjelaskan?"

"Saya sedang lewat dan melihat keduanya sedang berciuman di depan rumah, bahkan Shira sudah sampai berbaring di kursi," ucap lelaki paruh baya itu jujur.

"Pak saya bisa menjelaskan, ini ...."

"BerhentiShira, sudah ada saksi yang melihat." Diacaknya kasar rambut panjang miliknya.

"Shira, kamu berbuat mesum? Bukannya kamu tadi baru saja pergi dengan putra Ibu, Abil." Tatapan tidak menyangka terpancar dari mata ibu kontrakan.

"Buk saya bisa jelaskan, ini ...."

"Shira, bukan 'kah harusnya kita mengakui, bahwa kita masih saling mencintai?" Drama lelaki itu di mulai.

"Brengsek kamu, tutup mulutmu!" Teriak Shira murka. "Lelaki ini akan memperkosaku, tenaga saya tidak sekuat itu untuk melawan."

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang