SEMBILAN BELAS

4.2K 403 13
                                        

Perempuan itu mengelus pelan pipi bocah yang berada di gendongan lelaki di sampingnya, lalu saat lelaki itu menatap intens wajahnya, seketika Shira membeku, tidak mampu menengok, hatinya selalu bergetar jika diperhatikan seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan itu mengelus pelan pipi bocah yang berada di gendongan lelaki di sampingnya, lalu saat lelaki itu menatap intens wajahnya, seketika Shira membeku, tidak mampu menengok, hatinya selalu bergetar jika diperhatikan seperti itu.

"Sheo senang?" Bocah lelaki itu mengangguk semangat ketika sang ayah bertanya.

"Besok kalau ada waktu kita belanja lagi, okay?" Shira ikut menimpali.

"Oke." Sheo tersenyum lebar."Belalti kita masaknya besok ya, Onti?"

"Iya besok, Nak." Abil menyaut. "Tadi' kan sudah makan di luar, nanti siapa yang mau makan kalau kita masaknya hari ini?"

"Oh, iya, besok aja," jawab bocah lelaki itu membuat kedua manusia dewasa itu hanya bisa tersenyum.

"Mas mau ke mana?" Shira mengkerut ketika lelaki itu tidak masuk ke dalam rumah.

"Aku anter kamu."

Senyum perempuan itu merekah. "Rumah aku kan dekat banget dari sini."

"Tapi aku pengen anterin kamu pulang," ucap Abil tidak terbantahkan.

"Sheo juga pengen anterin Onti Shira pulang." Bocah itu turun dari gendongan sang ayah. "Aku mau jalan sendiri."

"Nah lihat, anaknya aja begitu." Abil merasa ada yang mendukung.

"Okelah, mari." Pada akhirnya Shira hanya bisa pasrah.

"Aku mau digandeng." Sheo mengambil tangan Abil untuk dia genggam. "Onti, pinjam jemarinya." Walau bingung Shira menurut.

"Ayo kita anter Onti pulang." Sheo berjalan semangat, sambil menggenggam tangan kedua manusia dewasa yang berada di samping.

"Sheo senang, Nak?" Untuk kedua kalinya Abil bertanya.

"Sangat, terima kasih Ayah dan Onti." Ucapan polos itu mampu membuat mata Shira berkaca.

"Nah udah sampai." Langkah ketiganya terhenti saat sampai di rumah sederhana dengan tanaman indah di depan pagar.

Shira merendah guna menyesuaikan tinggi badannya dengan Sheo. "Onti masuk dulu, ya? Terima kasih sudah mengantar Onti pulang."

"Mau peluk." Shira segera memeluk kuat bocah lelaki itu.

"Yuk Sheo, kasian Onti Shira pasti lelah," ujar Abil sambil membelai rambut sang putra.

"Besok kalau Onti ada waktu kita masak bareng, ya?" pinta Sheo penuh harap.

"Pasti, Nak," jawab perempuan itu cepat.

"Kita pulang dulu, ya." Abil mengambil tubuh sang putra ke dalam gendongannya.

"Hati-hati," ujar Shira tulus.

"Pasti." Lelaki itu mengacak pelan rambut Shira. "Terima kasih, kamu baik sekali."

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang