ENAM BELAS

5.1K 426 42
                                    

Perempuan itu berjalan perlahan, menutup pintu hati-hati karena takut seseorang terbangun karena dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan itu berjalan perlahan, menutup pintu hati-hati karena takut seseorang terbangun karena dirinya.

"Hallo Ibu...."

"........"

"Shira udah dapet uangnya, besok pagi langsung Shira transfer."

"......."

"Enggak, Bu, Shira nggak mau Shania marah."

"........"

"Tapi, Bu...."

"Ibu, hallo, Bu...."

Shira menggerang ketika telfon dimatikan sepihak, tidak, dirinya tidak boleh pulang kampung! Shania akan sangat murka jika tau kepulangannya.

"Belum tidur?" Jika tidak secepat kilat Shira menangkap ponsel semi buluknya itu sudah bisa dipastikan benda pipih berwarna putih di tangannya sudah terkapar di lantai.

"Kenapa?" Walau kesal Shira tetap saja bertanya, menatap garang wajah sang suami.

"Buatin aku kopi." Ken berjalan menuju kursi lalu duduk santai di sana.

"Nggak! Asam lambung kamu nanti naik." Setelah mengucapkan itu Shira menutup mulut, bahkan dia masih ingat jelas apa yang tidak boleh lelaki itu telan.

Ken terdiam sejenak lalu tersenyum. "Entah sudah berapa tahun tidak ada lagi yang mengingatkan hal seperti itu."

"Sebagai sesuatu yang sudah kamu beli, aku ada hak bukan untuk memperhatikan kesehatan majikanku?" tanya Shira dengan penekanan di akhir kalimat.

"Terdengar bagus, aku suka." Senyuman penuh arti muncul dari bibir tipis Ken. "Aku mau teh saja," lanjut lelaki itu sambil menatap lekat istrinya.

"Kamu nggak punya gula batu?" Shira berjinjit, berusaha mencari letak pemberi rasa manis di rak dapur.

Tidak ada sautan, lelaki itu terhanyut, terkagum oleh semua yang masih Shira ingat. Bahkan ketika di depan mata perempuan itu terdapat gula pasir, tapi wanitanya tetap saja mencari apa yang biasa dia sukai.

"Ken!"

"Hah?" Lamunan itu terpecah.

"Gula batu kamu habis?" Shira kembali bertanya.

"Kenapa kamu masih peduli padaku?"  Jawaban Ken tidak sesuai pertanyaan. "Sebesar itu cintamu untukku? Bagaimana jika untuk kedua kalinya aku berkhianat? Apa perasaanmu tetap akan utuh?"

Shira memilih diam, mengambil cepat gula pasir di depan dan memasukan satu sendok ke dalam gelas.

"Kenapa tidak menjawab?" Suara kursi yang dimundurkan menyapa telinga.

"Aku juga tidak tau," jawab perempuan itu ambigu. "Bagaiamana rasanya jika aku tidak lagi mencintaimu, akan seperti apa tatanan hatiku."

*

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang