TIGA PULUH TIGA

3.4K 358 96
                                    

Dengan alasan Kawa yang rewel pada akhirnya kedua orang tua Farrel pulang terlebih dahulu meninggalkan pasangan muda itu yang tidak tau apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan alasan Kawa yang rewel pada akhirnya kedua orang tua Farrel pulang terlebih dahulu meninggalkan pasangan muda itu yang tidak tau apa-apa. Ken terus saja mengomel tapi langkahnya terus saja bergerak maju.

"Punya aplikasi buat pesan kendaraan?" Tangan lelaki itu terulur saat akan menyebrang, menggenggam kuat jemari sang istri.

"Ada, mau kemana?" Shira mengikuti langkah sang suami, bibirnya  refleks tersungging ketika melihat jemari itu tergenggam.

"Nggak dibalas, apa susah sinyal, ya?" Kesal Ken.

"Terus?" ujar Shira lirih, dirinya sudah lelah berjalan kesana kemari.

"Mau ke hotel?" Tawar Ken membuat mata Shira melotot. "Nggak usah sok suci deh," lanjut Ken kesal.

"Bawa buku nikah emang?" tanya Shira ingin tau.

"Buat apa?" Ken mengkerut.

"Ya buat pesan kamar." Dulu terakhir kali mereka berpergian selalu saja ditanya buku nikah saat akan menginap tapi entahlah bagaimana peraturan penginapan sekarang.

Ken menyelidik, menatap curiga sang istri. "Sekamar? Kamu mau ngapain?"

"Apa? Yaudah kalau mau pisah kamar, malah bagus," ujar Shira sewot lalu berjalan lebih dulu, menarik kasar koper di tangan.

"Apaan sih nggak jelas." Teriak Ken kesal lalu mengikuti langkah kaki suaminya.

Pada akhirnya tetap saja mereka sekamar, weekend membuat semua kamar penuh dan hanya tersisa satu yang sialnya adalah kamar honeymoon yang dibatalkan, hal yang membuat kedua manusia itu seketika membisu.

Shira menjumput rambutnya lalu dia ikat, menatap lurus ke arah kasur yang penuh dengan bunga berbentuk hati, sesuatu yang membuat ingatan perempuan itu mundur ke belakang, dia kembali berada di situasi yang sama, orang yang tidak berubah walau dengan suasana yang berbeda. Melirik ke samping Ken tetap sibuk dengan iPad-nya entah sedang mengerjakan sesuatu atau sekedar menyibukkan diri karena suasana yang tiba-tiba menjadi canggung seperti ini.

Memilih untuk mandi adalah hal yang tepat, maka dari itu Shira membuka kopernya untuk mengambil pakaian tidur dan alat mandi yang dia bawa dari rumah, setelahnya dia berlalu masuk, netra-nya sempat melirik ke arah sang suami yang masih tidak bergerak dari benda persegi yang berada di tangan.

Berendam di bathtub adalah salah satu kebiasaan yang sangat Shira sukai, yang sebenarnya adalah ajaran dari Ken. Awal pernikahan dulu lelaki itu selalu mengajaknya berendam, bergantian menggosok punggung sampai akhirnya mereka menyatu, hal-hal menyenangkan yang tidak pernah bosan untuk dikenang.

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang