Shira memejamkan mata, entah apa yang akan terjadi hari ini, ketika dirinya benar-benar bertemu dengan Raya, ibu mertuanya. Terakhir kali perempuan paruh baya itu mendorongnya hingga tersungkur, menampar kasar pipinya dan mengusirnya agar menjauh dari sang putra, kenangan yang mengerikan jika kembali dibayangkan.
"Turun." Suara serak Ken menggema, dengan malas perempuan itu turun dari mobil.
"Ayo." Lelaki itu menggenggam kuat telapak tangannya dan menariknya masuk.
Shira mengatur napas, meremas kuat celana kain yang dirinya pakai, hatinya berdesir, tentu saja, rasanya seperti akan menerima hukuman yang menyakitkan.
"Farrel?" Tanpa permisi suara itu bergema, menerobos perlahan gendang telinga Shira yang tertutup helaian anak rambut.
Lelaki itu menengok, menarik tangan yang berada di genggamannya lalu menuju kursi yang tersedia. "Udah lama?"
"Baru saja." Lelaki paruh baya itu menyaut sebelum sang istri sempat menjawab.
"Baru pulang kerja, Nak?" Shira terkejut, ketika ayah mertuanya mengajukan pertanyaan.
"Iya, Om," jawabnya gugup, kata terakhir pun terdengar mengambang karena bingung.
"Panggil Papa, kamu sudah kembali bersama Farrel, bukan?" Lelaki itu tersenyum tulus, lima tahun berlalu tidak mengubah apapun, ayah mertuanya masih baik seperti dulu.
"Tapi...."
"Mama mau makan duluan, laper." Suara piring yang beradu terdengar, Raya memotong kasar steak di meja lalu memakannya.
"Mari, kita makan dulu." Zaki mempersilahkan, melirik tidak suka ke arah istrinya yang terlihat kesal.
***
"Mami nggak gigit' kan kenapa masih pucet?" Mobil berhenti ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah.
Shira menengok. "Nggak biasa aja."
"Kamu berkeringat sepanjang pertemuan." Ejek Ken jujur.
"Ya, karena aku belum mandi." Bukan Shira jika tidak selalu beralasan.
"Masak?" Alis lelaki itu naik, mobilnya kembali berjalan saat lampu warna hijau menyala.
"Au Males." Tau akan seperti apa akhirnya perempuan itu memilih mengalah.
Farrel terkekeh lalu membelokan mobilnya. "Kemaleman kalo ke kontrakan, gerbang desa udah di tutup jam segini."
"Alasan." Cibir Shira kesal. "Belum juga jam sepuluh," lanjutnya lirih.
"Iya biar kalo kamu jerit nggak kedengeran, kalau di apartemen kan enak, kedap suara." Mobil mahal itu berhenti ketika sudah terparkir rapi.
"Jijik." Shira membuka kasar pintu mobil lalu berlalu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Q U A L M
Romance[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ] Ditinggalkan ketika kamu memiliki kekurangan? Bagaimana rasanya? Dua orang yang saling mencintai tapi harus terpisah karena suatu hal, dipertemukan lagi dengan cinta yang tidak berkurang sedikit pun, lalu anak...