DUA BELAS

5.6K 484 88
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

"Kamu tau nggak, tempat apa yang akan aku kunjungi setelah sembuh?" Perempuan itu membuka pembicaraan.

Bibir mungil itu mengerucut. "Oke, aku paham kalau kamu nggak suka diajak bicara pas nyetir."

"Aku pengen banget ke pantai lagi, jalan di tepian terus nunggu ombak dateng, kamu inget nggak pas honeymoon dulu?" Tidak ada jawaban, lelaki di sampingnya tetap saja diam.

"Ah, itu es cream kesukaanku, kenapa nggak berhenti? Aku bukannya udah pesen kalau mau mampir?" perempuan itu terus saja berbicara.

Decitan rem terdengar. "Mas!"

"Kamu kenapa berhenti mendadak? Gimana kalau tadi kepala aku kebentur?"

"Lashira!" Tatapan tajam lelaki itu terpancar. "Kamu sadar kita dari mana?" Perempuan itu terdiam sejenak.

"Aku sadar, lalu apa masalahnya?" jawabnya berusaha santai.

"Kita sudah bercerai!"

Senyum perempuan itu tidak luntur. "Aku tau, Mas. Bukan 'kah kita baru saja dari pengadilan?"

Ken mendongak, matanya tiba-tiba memanas. "Lalu apa yang kamu bicarakan barusan? Kamu ingin ke pantai setelah kembali normal, bersamaku?"

"Kita tidak bisa berteman?" tanya perempuan itu tanpa dosa.

"Shira!" Entah sudah berapa kali suara tinggi itu berdengung.

"Mas, mantan tidak harus bermusuhan." Tatapan menelisik itu terpancar. "Apa Rayline tidak memperbolehkan kita berteman?"

"Jaga mulutmu, Shira!" Bentak Ken. "Kamu sendiri yang meminta cerai bukan aku."

Shira tertawa getir. "Aku tidak suka diduakan, dilepaskan pun sebenarnya tidak ingin, tapi dari pada harus berbagi suami, lebih baik aku yang mengalah."

"Kamu terlalu lebay, apa salahnya berbagi suami?" Setetes air mata jatuh di wajah putihnya.

"Kamu tidak mengerti, ketika sesuatu yang harusnya hanya pantas dimiliki satu orang tapi dipaksa harus dimiliki orang lain, itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan."Jemari Shira terangat untuk menghapus lelehan cairan bening yang menetes dari kedua matanya.

Farrel menghembuskan napas kasar. "Kamu masih mencintaiku?"

Shira mengangguk. "Sangat, apapun kesalahanmu, aku maafkan."

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang