TIGA PULUH ENAM

3.2K 278 57
                                    

Bibir wanita itu tersungging ketika melihat putrinya tersenyum, anak itu tidak salah apapun tetapi dia adalah korban dari semua yang terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir wanita itu tersungging ketika melihat putrinya tersenyum, anak itu tidak salah apapun tetapi dia adalah korban dari semua yang terjadi. Kisahnya bersama Ken menyakiti banyak pihak, bahkan ada satu nyawa yang menghilang sebelum sempat melihat indahnya dunia.

Setiap perkataan Kawa yang tidak mengenakan, saat itu juga rasa bersalah mulai muncul di hati Shira, tidak ada yang bisa disalahkan di sini karena dia adalah ibunya, seseorang yang harusnya mendidik bukan meninggalkan tanpa tanggung jawab.

Perhatian, anak itu hanya butuh itu, perilaku tidak patutnya disebabkan dia ingin dipedulikan. Bertahun-tahun menempuh pendidikan menjadi psikiater anak membuat Shira mengerti tentang ini. Selain keluarganya, tidak ada yang tau bahwa dulu dirinya dan Ken adalah mahasiswa kedokteran, semenjak menikah Shira memilih menjadi istri yang baik dengan selalu berada di rumah, mengabadikan seluruh hidupnya untuk Ken. Lalu setelah perceraian itu melanda dan melihat bagaimana kehidupan Ken yang sukses menjadi seorang dokter spesialis anak membuka hati Shira untuk mengikutinya, maka waktu enam tahun yang dia habiskan di luar negeri menjadikannya seorang Lashira Ayana menjadi psikiater anak, tidak ada alasan khusus untuk itu, dia hanya ingin dekat dengan anak-anak, karena saat itu berdekatan dengan sang putri rasanya sulit dijangkau.

"Kalian mau nginep di sini?" Pertanyaan Papi berhasil membuat lamunan Shira terbuyar.

"Mau balik aja, mobilnya pinjem dari hotel soalnya." Ken bangkit yang dengan segera Shira ikuti.

"Yasudah hati-hati." Kali ini Alandra ikut berdiri. "Kawa mau ikut nggak?" lanjut Alandra membuat sang cucu yang sedang menyusun Lego menengok.

"Enggak, udah malam juga," jawab Raya cepat.

Alandra tertawa. "Bilang aja Mami nggak bisa tidur kalau nggak ada Kawa."

"Ken pergi dulu," ujar Ken kembali.

"Kawa dipamitin Papa tuh." Goda Alandra kepada sang cucu.

"Males." Bibir Shira bergetar, hatinya sakit sekali. Lalu tanpa aba-aba dia berlari, menubruk tubuh Kawa yang berada di depan televisi dan memeluknya secara kuat.

Hening beberapa saat, Shira tidak tau ekspresi apa yang ditunjukan semua orang karena dia memejamkan mata, menikmati bagaimana kulitnya bisa bersentuhan langsung dengan Kawa, dia benar-benar iri melihat Raya yang selalu bisa menyentuh anaknya sesuka hati, dia juga ingin memiliki ikatan sekuat mereka walau dia sadar bahwa bukan dirinya yang membesarkan anak ini.

"Shira, lepas." Kawa mendorong tubuh sang wanita.

"Aku anak Mami, bukan kamu." Anak itu berdiri. "Aku mohon, jangan sebut kamu mama aku lagi, kalau temen aku dengar nanti ibu mereka pada gosipin lagi kalau aku anak dari kesalahan."

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang