Perempuan itu menyesap minumannya dengan sebelah tangan yang terus men-scroll layar ponsel. "Hmmm, cantik."
"Lalu?" Lelaki itu menekan suaranya.
"Bagus mana yah, ini atau ini...." Dahinya mengkerut, mengamati benda berbentuk persegi yang berada di tangan.
"Sandra!"
"Apa sih, berisik." Lirikan tidak suka perempuan itu berikan.
"Lalu bagaimana?" Farrel berkata penuh penekanan, emosinya sudah berada di ujung.
"Terserah kamu." Selalu seperti itu, hal yang membuat Farrel ingin sekali berteriak.
"Kenapa selalu aku? Kamu tidak pernah mencari cara!" Napas Farrel naik-turun menghadapi wanita licik di depannya.
Sandra mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Siapa yang butuh? Aku atau kamu?"
"Kamu ingin menjadi istri keduaku?" Lelaki itu menantang.
"Aku? No problem, aku cuma butuh uang, baby." Secepat kilat Farrel menyingkirkan tangan Sandra yang mulai nakal. Apa yang mami-nya lihat dari perempuan gila ini?
"Kamu harus lebih berusaha seperti tujuh tahun lalu ketika kamu bisa membatalkan pernikahan dengan membawa Shira sebagai calon istri, kali ini coba saja membawa wanita lain." Senyum manis perempuan itu terpancar. "Aku tunggu kabar baiknya, semangat!" lanjut Sandra berdiri lalu pergi dengan tangan melambai.
***
Shira membuka kalender lalu menandai beberapa angka di sana. Satu bulan lagi kontrak tahunannya sudah habis, Luna sudah pasti tidak akan memperpanjang karena alasan menikah, mengharuskan dirinya untuk menanggung beban ini sendiri. Mengacak kasar rambut, perempuan itu memilih untuk berbaring di kasur lalu menutup mata, memikirkan cara terbaik agar bisa tetap memiliki tempat berteduh setidaknya satu tahun ke depan.
"Onti ila ...." Suara ketukan pintu membuat kepala Shira mengkerut.
"Onti." Perempuan itu segera bangkit dan berlalu.
"Mas Abil?" Lelaki jangkung itu berdiri di depan pintu, lesung pipinya mengkilat menusuk mata.
"Hai, Shira." Tangannya melambai ragu.
"Onti ila," ujar bocah lelaki itu malu.
"Hai, Sheo." Senyum manis Shira terpancar, mencubit gemas pipi anak berusia empat tahun di depan.
"Onti, Sheo mau buat makaloni baleng, boleh?"
Anak itu berkata pelan, hampir tidak terdengar, pipi gembulnya bersemu merah seperti tomat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Q U A L M
Romance[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ] Ditinggalkan ketika kamu memiliki kekurangan? Bagaimana rasanya? Dua orang yang saling mencintai tapi harus terpisah karena suatu hal, dipertemukan lagi dengan cinta yang tidak berkurang sedikit pun, lalu anak...