DUA PULUH ENAM

3.4K 324 54
                                    

"Mana ponselnya?" Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana ponselnya?" Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya.

"Apa sih." Kaki kecil itu terangkat. "Telinga aku masih bisa dengar, nggak usah teriak."

Menghembuskan napas pelan, lelaki berkemeja biru itu mencoba menahan emosi. "Mana, banyak kerjaan di situ."

"Mami!" Jurus andalan anak berusia enam tahun itu keluar.

"Farrel, Kawa kenapa?" Wanita paruh baya itu berlari tergesa, memeluk cepat cucunya yang sudah berderai air mata.

"Mami." Gadis itu melempar ponsel berwarna gold itu ke sofa.

"Kamu! Bagaimana kalau jatuh?!" Teriaknya ketika melihat bagaimana sang anak melempar ponselnya ke sofa.

"Jaga nada suara kamu, Farrel!" Raya melotot.

"Mami, dia...."

"Dia siapa? Hah? Anak ini punya nama." Raya melotot tidak suka.

"Mami!" Suara cempreng itu ikut menimpali.

"Iya, Nak?" jawab Raya cepat.

"Kawa mau renang aja." Gadis itu menghapus air matanya.

"Nggak mau main ponsel Papa lagi?" Tanya wanita itu sambil mencium pipi gadisnya.

"Nggak mau, males, pelit banget." Kawa menengok lalu menatap Farrel tidak suka.

"Oke, Kawa ke belakang duluan ya, minta Ncus gantiin baju." Pinta Raya membuat anak itu mengangguk cepat dan segera berlari menjauh.

"Jangan pernah kamu menaikan nada suara di depan Kawa atau selamanya kamu tidak akan bisa bertemu dengannya," ujar Raya sebelum meninggalkan sang putra.

Ken mendudukan tubuhnya di kursi, kepalanya selalu berdenyut setiap kali bertemu putrinya, anak itu menyebalkan sekali, selalu membuat dirinya naik darah setiap kali berjumpa.

"Farrel, di mana kacamataku." Lelaki itu terkejut ketika sang anak sudah berada di depan.

"Kawa, tidak boleh, panggil Papa." Perempuan muda di belakangnya berusaha memberitahu.

"Nggak, Ncus, Mami panggil dia Farrel aku juga sama." Kawa mengambil kacamata hitam di samping sang Papa dan berlari pergi.

"Maafin Kawa ya, Tuan," ujar pengasuh Kawa pelan membuat Farrel hanya bisa mengangguk pasrah.

***

"Kawa tadi panggil Papa pake nama langsung, ya?" Raya membantu sang cucu untuk mengeringkan tubuhnya sehabis berenang.

"Aku ngikutin Mami." Anak itu mengambil baju ganti lalu memakainya sendiri.

Raya menghembuskan napas, sebenarnya ini salah tapi perilaku putranya yang selalu cuek saat bertemu sang putri membuat wanita itu kadang membiarkannya. "Besok lagi jangan begitu ya, Panggil Papa jangan nama aja."

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang