"Farrel mau kemana?" Lelaki itu menengok ketika sebuah suara mengagetkannya. Sudah sejak dua hari terakhir setelah kepulangan mereka ke Ibu Kota, Kawa menjadi lebih banyak bertanya, walau rasanya kaku tapi entah kenapa Farrel menyukainya. "Bawa bunga buat siapa?" lanjutnya ingin tau, sambil menunjuk buket indah di tangan sang Papa.
"Kawa mau kemana? Papa mau pergi tuh, nanti terlambat." Nana, pengasuh Kawa berlari ke halaman depan untuk menyusul anak asuhnya.
"Papa bawa bunga buat siapa?" Tidak mempedulikan pertanyaan sang pengasuh Kawa tetap mendongak menatap Farrel yang terdiam.
Lelaki itu berjongkok guna menyesuaikan tinggi putri kecilnya. "Kawa mau ikut?"
"Boleh." Anak itu mengangguk setuju.
"Maaf Mas Farrel, kalau mau pergi sama Kawa harus izin ke Ibu, pesannya seperti itu," cicit Nana pelan.
Ken bangkit lalu mengangguk. "Iya, tenang saja."
"Ncus, aku sama Farrel mau jalan dulu, daaa." Kawa melambaikan tangan sambil memberikan kode agar sang Papa membuka pintu mobil untuknya.
"Hati-hati, Mas Farrel jangan lupa izin Ibu ya, nanti saya yang kena omel."
"Farrel kalau dibilangin dengerin tuh, izin nanti Ncus aku kena omel." Perkataan Kawa membuat Nana tertawa dan hanya diangguki oleh Ken.
*
"Ini di mana?" Kawa turun dengan bantuan sang Papa.
"Di tempat Abangnya Kawa." Tangan besar itu terulur untuk menggandeng jemari mungil sang gadis.
"Abang itu merah, ya?" Anak itu mendongak, menanti jawaban dari lelaki dewasa di sampingnya.
Dahi Ken mengkerut seperkian detik."Abang itu kakak laki-laki."
"Tapi temen aku yang bisa bahasa jawa bilang Abang itu warna merah." Lelaki itu mengangguk pasrah, terkadang dia kehabisan kata saat berbicara dengan Kawa, anak itu bisa membuatnya pusing dan akhirnya menyerah begitu saja.
Ken bukan sosok yang banyak bicara, lelaki itu terkesan pendiam dan dingin. Hanya dengan orang tertentu dirinya bisa ramah dan terbuka, maka dari itu ketika dia menyayangi seseorang, segenap jiwanya akan ikut menggila.
"Itu Shira." Langkah kaki itu terhenti, dari jauh dia bisa menyaksikan perempuan berbaju hitam yang sedang duduk di samping makan sang putra. Membawa buket cantik yang setiap tahunnya tidak berubah. Bunga Fresiaa warna pink yang melambang cinta seorang ibu.
"Shira!" Kawa melepaskan kasar genggaman Farrel lalu berlari, tanpa sadar kaki kecil itu menginjak sesuatu yang membuatnya terjatuh.
"Kawa?" Shira bangkit, menghapus kasar air matanya dan berusaha menghampiri sang anak.
"Kenapa berlari?" Ken yang lebih dekat langsung membantu anak itu berdiri.
"Kaki aku berdarah," ujar anak itu bergetar, sambil menatap nanar lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Q U A L M
Любовные романы[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ] Ditinggalkan ketika kamu memiliki kekurangan? Bagaimana rasanya? Dua orang yang saling mencintai tapi harus terpisah karena suatu hal, dipertemukan lagi dengan cinta yang tidak berkurang sedikit pun, lalu anak...