Jeju, kepulauan yang terkenal sebagai salah satu destinasi romantis. Disinilah kau berada. Tempat romantis, yang sayangnya kau datangi sendiri. Tidak lain alasannya karena adanya scedule mendadak kekasihmu.
Kau dan kekasihmu sudah berkencan selama satu setengah tahun ini. Dia itu seperti bom mood, ia bisa rusuh serusuhnya kadang bisa juga nyebelin. Macem macem deh.
Jeju tampak sepi, mungkin karena ini bukan lah musim liburan. Kau menyusuri jalan jalan dengan berjalan kaki, sambil sesekali mengabadikan berbagai hal dengan kamera yang menggantung di lehermu.
Kau terus mengikuti langkah kakimu, menyusuri jalan setapak dan memotret banyak hal. Kau sama sekali tidak menyadari, kalau kau tidak lagi di jalan utama, hanya ada jalan setapak dan ladang milik warga.
"Ah shit" umpatmu ketika kau benar benar kehilangan arah. Kau terjebak ditengah ladang, tempat dimana kau sibuk memotret kupu kupu. Kau bahkan bingung harus lewat mana untuk keluar dari ladang ini.
"Nona!" Di antara ladang itu, kau bisa melihat seorang pria tua melambai ke arahmu. Kau mengerut, apakah dia pemilik ladang ini? Kau membungkuk sedikit, menyapanya dengan sopan.
"Anyeonghaseyo" ujarmu membalasnya dengan sopan. Ia tersenyum hangat, dan mengangguk ramah.
"Ada perlu apa? Kenapa bisa sampai disini?" Kau tertawa canggung, menggaruk belakang telingamu malu. Pria tua itu masih tersenyum tipis dengan ramah.
"Aku mengikuti kupu kupu" ujarmu sedikit malu, kau mengangkat kameramu. Pria itu tertawa mendengar jawabanmu. Singkatnya, ia membantumu keluar dari ladangnya. Entahlah ladang itu benar miliknya atau bagaimana, kau tidak ingin bertanya.
"Nona berjalan? Langit sepertinya ingin hujan, mau saya antar?" Kau mendongak, memerhatikan langit yang mulai menggelap. Lalu menoleh ke arah truk milik pria tua itu.
"Apakah tidak merepotkan?" Tanyamu setelah meyakini kalau pria ini bukan lah orang jahat. Ia hanya tersenyum sambil mengangguk.
Namun disini lah kau berakhir. Rumah pria itu dan istrinya. Hujan lebat datang, dan jalanan yang harus kami lewati akan becek dan terlalu bahaya. Karena tidak punya pilihan lain, kau memilih untuk ikut meneduh di rumah pria itu.
Paman dan istrinya adalah orang asli Jeju, yang memiliki seorang anak merantau di Seoul. Mereka berdua sangat ramah dan baik, kau disambut dengan hangat.
Bahkan bibinya membuatkanmu sundubu jjigae, untuk mengisi perutmu. Mereka bercerita banyak hal, membuatmu merasa nyaman untuk meneduh disini.
"Apakah kau memiliki kekasih nona?" Tanya bibi itu tiba tiba, paman langsung memberikan peringatan lewat matanya. Sedangkan kau hanya tertawa pelan, ah benar, membicarakan kekasih, kau baru sadar kalau kau mengabari kekasihmu.
"Sudah, dia sedang sibuk, padahal kami berencana untuk liburan disini" ujarmu sopan. Erangan kekecewaan terdengar dari bibi itu, membuat tawa kembali lolos dari mulutmu.
"Sayang ya, padahal mau kukenalkan dengan anakku" bibi berujar tanpa malu, membuat paman memberikan decakan peringatan. Ia hanya bisa menunduk meminta maaf akan tindakan istrinya.
Hujan masih lebat diluar, namun kau sama sekali tidak masalah untuk menghabiskan waktumu disini. Namun ditengah bisingnya suara hujan yang menghatam bumi, kau bisa mendengar suara deru mesin mobil menghampiri rumah paman dan bibi ini.
Benar saja, tak lama terdengar suara pintu terbuka dengan suara tarikan koper. Paman dan bibi pun nampak kebingungan, bibi memilih bangkit memastikan siapa yang datang.
"Eomma! Aku pulang!" Suara yang sangat familiar ditelingamu terdengar jelas. Bersamaan dengan sosok pria yang setengah basah kuyup karena menghadang hujan. Namun matamu membesar.
'Kamu?!'
Mulut kami sama sama mengeluarkan kata yang sama tanpa suara. Keterkejutan yang sama besarnya terlihat jelas diwajahnya.
Boo Seungkwan. Kekasih yang sedari tadi kau bicarakan, kini benar benar berdiri dihadapanmu. Di Jeju, bukan di Seoul. Sungguh, pertemuan macam apa ini.
"Oh, adeul, mau makan dulu? Eomma akan ambilkan" bibi itu berujar sambil mengacak rambut Seungkwan yang basah. Kau masih dalam keterkejutanmu, tidak bisa menangkap informasi dengan jelas.
"Itu anak kami, dia merantau di Seoul sebagai penyanyi" paman menjelaskan tanpa diminta, senyum bangga terpatri jelas di wajahnya. Kau mengangguk pelan, tidak begitu mendengarkan.
"Nona ini tadi ada di ladang lagi foto foto, terus hujan lebat jadi appamu bawa kesini biar bisa neduh sebentar. Ayo beri salam" jelas bibi menyadari Seungkwan memerhatikanmu sedari tadi. Seungkwan membungkukkan sedikit badanmu dengan kaku, kau ikut membalas dengan tak kalah kakunya.
Ia memilih duduk berdampingan dengan paman, berseberangan dengan tempatmu duduk. Selama itu, kau berusaha berkomunikasi lewat matamu. Kau berusaha memroses seluruh hal yang terjadi dengan sangat singkat ini.
'Kamu kenapa bisa disini?' tanya Seungkwan dengan gerakan mulut, ketika paman tidak lagi mengajaknya berbicara. Kau mengangkat bahumu.
'Kau yang harusnya ditanya, kau ngapain disini?' balasmu juga tanpa suara. Namun kini paman menyadarinya. Menyadari interaksi aneh kami.
"Kalian ngapain?" Suara paman membuat kami tersadar dari komunikasi tanpa suara kami. Kau mengodenya, menyuruh Seungkwan untuk angkat bicara. Namun pria itu malah ikut menyuruhmu untuk mencari alasan. Apa-apaan.
"Kalian saling kenal?" Bibi yang datang dengan semangkuk sundubu jjigae membuat kebingungan semakin melandamu. Kau mengode kekasihmu itu dengan gemas, berusa menyuruhnya untuk menjawab.
"Aah itu–" perkataanmu tergantung, tidak tau harus bagaimana mengatakannya. Seungkwan memerhatikan wajah panikmu dengan gemas. Senyum geli tidak lagi ia tahan di wajahnya.
"Yn itu kekasihku, eomma, appa"
Wait. Eomma?! Appa?!!
- END
Late bday gift nih buat prof boo kita. Btw gimana mbak yeen? Ketemu calon mertua tiba tiba tuh gimana rasanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.