"Sumpah buat kelasnya Bu Ani gue belum dapet model lagi!" itu keluhan dari Yn salah satu mahasiswi jurusan tata rias dan kecantikan.
"Yang modelnya cowok ya? Semangat deh" ujar teman satu jurusannya, setengah kasihan pada nasib gadis itu. Terlebih Bu Ani terkenal dengan sebutan dosen yang tegas, jika tidak ada model, ya tidak usah ikut kelas.
Yn menyeruput es tehnya dengan keras, seakan melampiaskan amarahnya pada segelas es teh kesukaannya itu. Lagian dosen satu itu aneh, mana ada lagi cowok yang mau jadi model make up.
Kebanyakan temannya saja dibantu oleh pasangan masing-masing, atau sadara dengan paksaan. Lah, Yn si anak tunggal dan jomblo ini mau gimana?
"Gue aja" suara berat dari belakang punggung Yn, cukup mengejutkannya. Namun lebih mengejutkan lagi ketika ia menoleh orang yang berbicara adalah Hoshi anak teknik mesin yang entah kenapa bisa nyasar ke jurusannya.
"Hah?"
"Model, gue mau jadi modelnya" Yn sampai ternganga mendengarnya, pria satu ini mau jadi modelnya? Kenal saja tidak, mereka bahkan tidak pernah mengobrol, dan dia menawarkan diri?
Rumor terakhir yang ia tahu tentang anak teknik mesin adalah, pria di depannya ini termasuk pentolannya mesin, dari segi akademik dan non akademik, kalau tak salah ia juga rajin turun untuk menyuarakan pendapat bersama mahasiswa lain. Si pentolan mesin mau jadi model make up?
"Mau gak? Kalau gak, yaudah" pria itu segera berbalik badan, namun buru buru Yn meraih tangannya.
"Iya-iya! Tapi beneran? Nanti harus foto juga loh" Yn bertanya memastikan. Hoshi hanya mengangguk.
"Ayo, kelas lo bentar lagi kan?"
~
"Oke, Yn bagus, blending kamu udah lembut, terusin" puji dosennya siang itu. Yn hanya tersenyum, masih terfokus menggerakkan brush make upnya dengan lihai pada kelopak mata anak teknik itu.
Yn sendiri tidak percaya kini yang duduk di kursi modelnya adalah pria yang hanya ia kenal dari rumor.
Gadis itu memperhatikan lekat wajah di hadapannya, mengagumi dalam diam pahatan Tuhan itu. Bagaimana bisa anak teknik yang dikenal sering panas-panasan ini bisa memiliki kulit sebagus ini dan tidak kusam. Dirinya yang kebanyakan kelas di dalam ruangan saja masih kusam dan membutuhkan spf, tidak adil.
"Kenapa?" Pria itu berujar pelan, membuat suaranya semakin berat. Semburat merah terlihat samar di wajah gadis itu, haduh kelamaan jomblo sih, gitu aja blushing.
"Kulit lo bagus, pake skincare apa?" tanya Yn bersikap sok akrab. Hoshi membuka matanya yang sedari tadi terpejam, dan tersenyum kecil.
"Kenapa, iri?" balas pria itu, membuat Yn berdecak pelan. Iya sih.
"Lagian lo kenapa tiba tiba keidean buat jadi model gue?" tanya gadis itu penasaran sambil meneruskan pekerjaannya. Hoshi menatap lurus pada kaca di makeup box, memperhatikan gadis tata rias itu.
"Lo keliatan cantik kalau lagi fokus" ucap pria itu tiba tiba, sebelum kembali memejamkan matanya seakan tidak terjadi apa-apa. Tidak mengetahui hal itu dapat membuat pergerakan tangan gadis itu terhenti. Yn menatap tak percaya pada pria di hadapannya. Orang gila.
Aduh, nih jantung juga diem donk!
Tidak ada percakapan selanjutnya di antara dua sejoli itu. Hanya hening yang menemani keduanya, ditengah keramaian kelas rias siang itu. Yn menyelesaikan riasannya dengan baik.
"Terakhir" gumam Yn sambil meraih lipstik dan kuasnya. Namun pergerakannya terhenti ketika melihat bibir pria itu. Ah, karena ucapan tak waras pria itu, Yn jadi merasa aneh kan. Padahal sudah berkali kali gadis itu memoles bibir orang lain.
Hoshi yang menyadari tidak ada pergerakan dari sang puan, akhirnya membuka mata. Menemukan gadis itu terdiam di depannya, memerhatikan-
"Kenapa? Pengen cium?"
- END
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.