Joshua melangkah cepat memasuki apartemen milik kekasihnya, setelah mengetahui alasan absen kekasihnya itu karena ia sakit.
Apartemen yang biasanya rusuh akan suara lagu yang diputar kekasihnya itu hening, sangat tidak biasa. Joshua sangat tau bagaimana kekasihnya itu fangirling 24/7 terhadap dirinya dan kawan kawannya itu.
Menaruh barang bawaannya sembarangan, lalu langsung menuju ke kamar dengan tulisan Kim Yn didepannya. Kamar yang biasanya berantakan itu, masih terlihat jelas berantakan. Dan gadis berstatus kekasihnya itu terlihat masih terlelap nyenyak di dalam selimut.
"Hei, yn-ah" Joshua melepas jaket dan topinya, lalu mengelus wajah pucat gadisnya. Panas dari tubuhmu menyengat ke tangan pemuda itu.
Kau menggeliat, merasa terganggu akan keberadaan tangan Joshua yang mengelus lembut pipimu. Matamu mengerjap, mencari tau siapa pemilik tangan yang mengusik tidurnya. Joshua hanya tersenyum lembut kepadamu.
"Peluk, badan kamu dingin" kau merentangkan tangan, ingin merasakan rasa dingin dari badan kekasihmu itu.
"Udah makan?" Bukannya menanggapi permintaanmu, Joshua malah bertanya hal lain. Kau hanya menggeleng, masih kukuh meminta pelukannya.
"Nanti, ayo peluk" pintamu lagi.
"Berarti belum minum obat?" Joshua kembali mengabaikan dirimu. Kau hanya mengangguk, mulai sebal karena tidak mendapatkan yang kau inginkan.
"Peluk!" Rengekmu sambil menendang nendang pelan selimutmu. Joshua hanya bisa menghela napas, tak mampu menolak keinginanmu. Ia menaiki kasur, ikut masuk ke dalam selimutmu, menarik tubuh tak bertenagamu ke dalam pelukannya. Menukarkan rasa dingin dari tubuhnya yang bersuhu normal dengan suhu tubuhmu yang hangat.
Joshua tidak melepaskan lilitan eratnya di pinggangmu selagi kau kembali tidur sambil memesan obat untuk dikirimkan ke apartemenmu.
"Bangunlah, obatmu sudah sampai" gumam Joshua ditelingamu, setelah mendengar bel pintu. Kau hanya bergumam tak jelas tanpa berniat berpindah dari posisi nyamanmu. Melihat dirimu yang masih nyaman dari tidurmu, Joshua secara perlahan menarik lengannya yang melilit tubuhmu dan bangkit dari kasur.
Ia kembali dengan sebungkus obat ditangannya. Setelah memilah milah apa yang harus dimakan sebelum makan dan setelah makan, Joshua kembali ke kamarmu. Ia menepuk nepuk pipimu lembut.
"Bangunlah, kau harus minum ini sebelum makan" kau merengut, Joshua terkekeh kecil dan menarik tanganmu yang menggapai gapai meminta bantuan. Ia menarikmu untuk duduk dipangkuannya.
"Aku gak bisa makan pil" gumammu pelan memerhatikan, obat yang Joshua keluarkan.
"Cobain dulu" ujar Joshua sibuk dengan pil yang harus dikeluarkan dari stripnya. Kau meninju pelan dada kekasihmu itu.
"Nanti airnya doank yang ketelen, pilnya masih di lidah" protesmu kesal. Joshua tidak pernah merasakan yang namanya obat tertinggal di lidah, menyebalkan.
Joshua memerhatikan wajahmu yang merengut sebal, tampak berpikir cara lain agar kau menelan seluruh obat obatan ini. Lalu ia tersenyum tipis.
Joshua memakan pil yang harusnya kau telan, lalu mengisi mulutnya dengan air, persis seperti ia akan meminum obatnya. Membuat dirimu bingung, memang dengan ia meminumnya, panasmu akan turun begitu?
Namun tanpa aba aba, tangan besar Joshua menarik lehermu, mempertemukan bibirnya, dan ditengah keterkejutanmu ia mendorong air beserta pil di mulutnya ke dirimu, membuat dirimu tidak ada pilihan lain selain menelannya. Setelah habis tak tersisa, Joshua memberi lumatan lembut di bibirmu dan melepaskannya.
"Good girl" bisiknya dan meninggalkan kecupan ringan di dahimu.
- END
carats don't want boyfriends, they want JOSHUA HONG😩😤
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fiksi Penggemar- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.