[DK] Neighbors

1.6K 152 7
                                    

Kau melemparkan tubuhmu ke kasur yang baru saja kau rapihkan. Mencoba beristirahat dengan tenang setelah menata sebagian barang barangmu. Setelah putus dari kekasihmu, kau memilih keluar dari rumah yang awalnya kalian tinggali bersama. Sehingga disinilah kau berada.

Namun matamu kembali terbuka karena kerusuhan yang terjadi dari unit apartemen sebelahmu. Suara tawa nyaring mereka bahkan bisa kau dengar dari unitmu. Kau berdecak sebal, mereka serusuh apa sampai kau bisa mendengar samar samar dari ruangan yang sudah kedap suara ini.

Dengan langkah malas malasan, kau meraih cardiganmu dan melangkah keluar. Di lorong, suara tawa mereka bisa terdengar lebih jelas. Dasar tidak bisakah mereka sadar diri. Kau memencet bel pintu unit itu.

Tidak ada yang menyahut, membuatmu semakin kesal. Kau menekan bel nya lebih ganas, hingga akhirnya pintu terbuka. Seorang pria berwajah tampan dengan mata bulat yang bersinar keluar. Kau terpana beberapa saat, sepertinya pria itu juga terpana melihat dirimu. Ia tidak mengedip sedikit pun.

"Tolong jangan berisik" ujarmu setelah menyadarkan diri. Pria itu ikut mengerjap, tersadar dari lamunannya. Beberapa kepala muncul dari balik badannya. Mungkin ada sekitar 12 orang lainnya di unit itu.

"Eoh?" Dia bergumam, kebingungan menyadari tidak mendengarkan saat kau berbicara. Kau menghela napas pelan, bisa bisanya kau dapat tetangga seperti ini.

"Tolong jangan berisik, saya ingin istirahat" ujarmu dengan suara yang lebih lantang, berharap pria lainnya juga mendengar. Setelah itu kau berbalik badan dan segera menuju unitmu kembali. Tidak punya waktu untuk menanggapi tetangga barumu itu.

Namun tak lama terdengar suara barang terjatuh, dan gerakan yang lebih rusuh.

"Hyung, jangan pingsan!"

***

Pagi ini kau sudah bersiap untuk berlari pagi. Langit belum sepenuhnya cerah, orang orang mungkin masih terlelap dalam tidurnya. Sepatu olahragamu sudah dipastikan terikat dengan kencang, kau mulai berlari menyusuri taman apartemenmu. Taman yang cukup besar untuk kau jadikan track lari pagi setiap harinya.

Namun matamu tertuju pada pria yang sedang berlari mengejar anjing yang kini berlari ke arahmu. Kau dengan segera menghentikan langkahmu, dan menangkap anjing yang tampaknya berlari dari pemiliknya itu.

"Coco-ya! Tunggu aku!" Pria yang berlari itu, kini berdiri di hadapanmu, berusaha menyesuaikan pernapasannya. Kau tidak begitu memerhatikan, pandanganmu fokus pada bola bulu cokelat yang berada di gendonganmu.

"Ah, kamsaham-" ucapannya terputus ketika mata kalian bertemu. Kau cukup terkejut ketika mengetahui pemilik anjing ini adalah pria yang menjadi tetangga kamar sebelah.

"Pak tetangga ternyata" kau tersenyum tipis, membuat pria dihadapanmu kembali tersadar dari lamunannya. Ia mengangguk dengan cengiran canggungnya, masih merasa tidak enak soal malam tadi.

"Malam tadi saya minta maaf sekali, teman teman saya datang tanpa mengabari, dan saya tidak tau kalau unit disebelah sudah ada yang menempati" ujar pria itu malu. Kau hanya mengangguk pelan, sudah memaafkan kejadian malam tadi.

"Anjingmu?" Tanyamu sambil mengelus kepala coco, pak tetangga mengangguk semangat. "Sangat enerjetik, pantas kau kewalahan" kau memilih menurunkan anjing itu dari gendonganmu, dan sudah siap kembali berlari jika saja talinya lepas dari genggamanmu.

Kau menyerahkan tali di tanganmu pada si pak tetangga itu, lalu tersenyum tipis sambil hendak berlalu. Namun tiba tiba tangan besarnya menahan lenganmu. Kau memandangi tangannya cukup terkejut.

"Ah maaf" gumam pak tetangga ketika tersadar. "Saya Lee Dokyeom, siapa namamu?" Tanyanya dengan cepat, lalu mengalihkan pandangan mungkin merasa malu. Kau menggeleng pelan, dan memilih untuk melanjutkan langkahmu.

Bahu Dokyeom turun, memerhatikan dengan sedih punggung kecil yang berjalan menjauh darinya. Namun, wajahnya kembali cerah ketika dirimu berhenti berjalan dan berbalik.

"Kang Yn, itu namaku" ujarmu dengan senyum tipis. Dokyeom menahan senyumnya mati matian, dan memilih ikut berjalan pulang. Ah, rasanya hari pria itu sudah sempurna.

***

Matamu terbuka ketika mendengar gedoran tak santai dari pintu apartemenmu. Kau menggeliat kesal, tidak bisakah bertamu ketika hari sudah lebih siang. Rasanya kau baru saja memejamkan matamu.

Dengan langkah malas malasan, kau bergerak menuju pintu. Tidak peduli seperti apa penampilanmu, kau akan menyuruh tamu itu untuk pulang saja.

"Kau masih tertidur?" Suara pria menyambutmu ketika kau membuka pintu, matamu menyipit berusaha mengetahui siapa yang bertamu. Tetangga sebelah ternyata, Lee Dokyeom.

"Eung, bertamulah lain kali, aku ingin tidur" gumammu dan bersiap menutup pintu, namun tangan Dokyeom menahan pintumu. Kau berdecak pelan, sekalinya menyebalkan akan tetap menyebalkan ya.

"Tidak akan lama, saya ingin memberimu ini" tangannya mengulurkan seikat bunga dihadapan wajahmu. Kau mengernyit, ngapain juga dia memberi bungan ranunculus atau biasa disebut buttercup itu.

"Untuk?" Tanyamu tanpa berniat menerima buket bunga itu. Dokyeom tampak tersenyum malu malu.

"Bunga ini berarti pesona, saya terpesona dengan Yn-ssi"

- END

Uhuk uhuk, gimana mbak yeen tanggapanny? Vomment jangan lupa ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uhuk uhuk, gimana mbak yeen tanggapanny? Vomment jangan lupa ya!

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang