[JH] My Enemy

1.6K 143 2
                                    

kau berjalan ringan menuju mejamu, tawamu masih terdengar membahas gosip tentang anak kelas sebelah. Kelas matematika akan mulai beberapa saat lagi, kau meraba kolong mejamu mencari cari tempat pensilmu.

Namun bukannya tempat pensil yang kau temukan, sebuah benda lengket dan lembek terasa di tanganmu. Penasaran, kau akhirnya menunduk, mencari tau benda apa yang kau sentuh. Hingga akhirnya benda itu loncat keluar dari kolongmu.

"KYAA! YOON JEONGHAN!!" Pekikmu ketika katak berwarna hijau itu melompat kesana kemari, membuat gelak tawa puas terdengar dari pria yang duduk di pojok kelas paling belakang. Dasar pria sialan satu itu.

Dia Yoon Jeonghan, satu sekolah pun tau sebagaimana kalian bermusuhan dari awal tahun. Pria paling iseng dan licik yang pernah kau temui. Personalitimu dan dirinya tidak akan pernah bisa damai, salahkan pria itu yang terus mencari ribut denganmu, dan egomu yang tidak ingin kalah.

"Balasan untuk permen karet di celanaku, Kang Yn!" teriaknya dengan senyum penuh kemenangan. Senyum yang sialnya membuat wajahnya itu terlihat tampan, tapi tetap saja senyumnya sangat menyebalkan.

~

"Kemana kau sehabis ini? Ujian sudah selesai, kita akan liburan sebentar lagi" tanya temanmu. Kau mengangkat bahu, tidak begitu berniat untuk melakukan apapun sepulang sekolah.

"Karaoke? Kita sudah lama tidak kesana" usul temanmu yang lain. Teman temanmu bersorak setuju, namun kau sendiri yang menggeleng pelan, sambil tersenyum merasa bersalah.

"Mian, aku sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu, aku akan pulang ke rumah saja" terdengar desahan kecewa dari teman temanmu, namun mereka membiarkanmu pergi. Kau hanya tersenyum sambil melambaikan tanganmu membiarkan teman temanmu pergi ke arah yang berbeda.

Sebelum benar benar pergi dari kawasan sekolah, kau kembali memasuki area sekolah. Sepertinya ada beberapa barang yang masih tertinggal di lokermu. Kau bersenandung ria, lingkungan sekolah sudah sepi, jelas ini sudah cukup lama setelah jam sekolah berakhir.

Setelah mengambil barangmu yang tertinggal, kau menghela napas ketika melihat siapa yang berdiri tak jauh dari lokermu berada. Cabe cabean sekolah ini, musuh- no, terlalu bagus untuk memanggilnya musuh, orang gila yang suka sekali mengganggumu.

"Hey, loser!"

~

kau terbatuk-batuk merasakan dadamu sesak, sial kalau saja cabe-cabean itu tidak datang bergerombol terntu saja kau bisa mengalahkan mereka dengan mudah. Tapi si pengecut itu malah membawa seluruh anggota genknya membuatmu kalah orang.

Kau bisa merasakan pipimu yang begitu sakit, mungkin lebam, rasanya kau tidak bisa menggerakkan mulutmu karena rasa sakitnya. Jangan lupa kulit kepalamu yang rasanya akan terlepas dari tengkorakmu dari ajang gelut tadi. Dan untuk menambah memperburuk keadaan, mereka menyirammu dengan air membuat sekarang kau menggigil kedinginan.

"Damn it" makimu pelan ketika berusaha bangkit dari posisi duduk di lantaimu. Rasanya seluruh tubuhmu begitu sakit saat ini.

Langkahmu yang teratih juga kepalamu yang tak berhenti untuk berputar, membuatmu tidak bisa berjalan dengan benar. Beberapa kali tubuhmu oleng ingin terjatuh. Samar samar, kau dapat melihat seorang pria berdiri di ujung lorong. Itu si sialan Yoon Jeonghan. Astaga, aku sedang tidak ingin menghadapinya.

Namun reaksinya berbeda dari yang kau bayangkan. Matanya membulat ketika melihat kondisimu yang begitu buruk, dan sepertinya ia marah rahangnya mengeras, kalau kau tidak salah lihat. Ia berlari dengan cepat ketika tubuhmu oleh, tidak bisa menahan bobot tubuhmu.

"Ya! Kang Yn!" ia berteriak sambil melepaskan jaket yang ia kenakan, dan menangkap tubuhmu sebelum kau benar benar menghantam lantai yang dingin. Ia lalu menyelimuti tubuhmu yang lembab karena siraman air tadi dengan jaketnya.

"Bertahanlah, aku akan mencari bantuan" gumamnya dengan nada panik yang bisa kau tangkap. Kau mengerut, panik? Untuk apa ia panik, kalian ini bermusuhan, bukannya saat ini ia senang kau dalam keadaan seperti ini.

"Mengapa kau menolongku?" tanyamu pelan, ditengah Jeonghan yang sibuk menelfon seseorang. Tatapan matanya kini berfokus padamu, menatap dalam manikmu yang menatapnya sayu. Ia menghela napas kasar.

"Hanya aku yang boleh mebuatmu menderita" jawabnya dingin dengan kilatan amarah, yang tidak bisa kau pahami untuk siapa.

- END

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang